Long Time No See

386 35 15
                                    


***


Meera menggeser terbuka salah satu pintu walking closetnya, dimana ia biasa menyimpan perhiasan, untuk dipakai malam ini. Beberapa kotak terjajar dengan rapi, tapi bukannya mengambil kotak-kotak dengan cover beludru dimana perhiasannya tersimpan, Meera malah meraih sebuah kotak penyimpanan yang tak juga ia buka dalam setahun ini. 


Kotak surat-surat Annand.


Bukan tidak sempat, tapi Meera masih belum sanggup untuk membaca isinya. Walaupun rasa penasaran selalu menghantui.

Apa karena itu dalam hatinya masih ada yang mengganjal sampai saat ini?


Tanpa membuka kotak tersebut, Meera kembali menaruhnya dan mengambil salah satu kotak beludru dan membawanya ke kamar.


"Annand!"


Panggilan Meera itu sedikit lantang di depan cermin rias. Gadis itu menaruh kotak beludru di meja rias dan mengeluarkan isinya. Tatapannya kini lurus melalui cermin tersebut seolah melihat sesuatu selain dirinya sendiri. "Menurutmu mana yang cocok? jhumka emas atau silver?" Meera yang kini sudah begitu cantik berbalut lehenga coklat kekuningan dengan kilauan payet silver pada setiap sisinya, berdiri di depan cerimin sambil menunjukan dua buah anting-anting klasik berbentuk bulan sabit ukuran besar berhias manik kristal dengan warna berbeda di tangan kiri dan kanannya. Malam ini acara Sangeet Pia. Sebuah perayaan yang diadakan sebelum upacara pernikahan besok. Untung saja rapat di Kalkota berakhir sebelum makan siang tadi dan sempat mendapat tiket pesawat yang mendarat di Delhi dua jam lalu, jadi Meera masih punya waktu untuk bersiap seperti sekarang.

Rambutnya yang sudah di style dengan half ponytail, menambah kesan anggun gadis itu. "Annand, aku bertanya padamu. Cepat jawab!" ternyata Meera masih menunggu jawaban. "Jangan sok sibuk menjilati kakimu, Ann-"


"Chup, Meera!" Sayeedah yang masuk kamar Meera, menghentikan panggilan gadis itu. "Berhentilah memanggil Annu dengan Annand. Kau menakutiku." ucapnya yang ikut melihat pantulan diri si kucing abu-abu gempal yang sedang bermalasan di atas kasur Meera.


Meera terkekeh, "Kau ini terlalu paranoid, Daijaan. Namanya kan memang Annand, kita saja yang terbiasa memanggil kucing nakal itu memakai nama kecilnya..."


Sayeedah menghela napas, "Tolong jangan bercanda seperti itu, Beta. Tidak baik.." ia menangkup wajah cantik sang anak majikan, membuat Meera menyunggingkan senyum dan mengangguk pelan. "Fine.. I'm sorry. Kalau begitu, kau yang pilihkan." Meera mengulurkan dua pasang perhiasan berkilau itu.


Wanita paruh baya tersebut meraih sepasang jhumka dari tangan kiri Meera. "Yang silver ini lebih serasi dengan payet dan warna dupatta yang tersampir di bahumu, Meera.." ucapnya yang langsung membantu Meera menggunakan anting-anting tersebut.


"Benarkah?" Meera sedikit bergaya di depan Sayeedah setelah antingnya terpasang.

"Bahut sundar*!" jawab Sayeedah. "Aku jadi tak bisa membayangkan secantik apa kau nanti saat di pernikahanmu sendiri, Meera.."

( *Sangat cantik )


Meera menjatuhkan senyumnya, "Daijaan.. kau sudah berjanji untuk tidak membicarakan hal itu denganku."

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now