First Date

315 35 10
                                    


***


Ketukan di pintu membuat dua orang di dalam ruangan menoleh. Seorang wanita berpakaian rapi dan modis terlihat diambang pintu begitu ia membukanya. Dia adalah sekretaris dari Mukesh Chopra. "Maaf Tuan Chopra, Nona Meera.. Seseorang sudah datang untuk menjemput anda, Nona." ucapnya.

Mendengar itu, senyum Meera langsung mengembang. Sang gadis melirik jam tangannya, Ammar sangatlah tepat waktu, untung saja pekerjaannya juga sudah selesai. "Terima kasih Ritu, katakan padanya untuk menunggu-"


"Jemput?" potong Mukesh, alisnya terangkat.


Meera membeku. Dia lupa mengatakan pada sang ayah tentang hubungannya dengan Ammar. "Ah.. Papa-"


"Ritu, bawa orang yang akan menjemput putriku itu kemari.." ucap tajam Mukesh yang membuat Meera sampai menggigit bibir.


"Ji, Sir.." sang Sekretaris pun mengangguk pergi.


Meera yang berada di meja kerja kecilnya bersebelahan dengan meja besar sang ayah, melirik takut-takut pemilik meja tersebut. Tapi ternyata Mukesh masih tak memalingkan wajahnya dari arah pintu masuk ruangan mereka.

Hingga ketukan di pintu pun terdengar kembali. Ritu datang dengan laki-laki yang akhirnya membuat Mukesh menoleh pada Meera dengan kerutan di dahi.


"Sir.." Ammar yang membuka kacamata hitamnya, membungkuk kecil pada pemilik ruangan. Dengan kaos loreng dan jaket kulit yang ia kenakan, laki-laki itu masuk ke ruangan. Sedangkan Ritu kembali ke mejanya tanpa menutup pintu.


"Ah, Mayor Raichand... What a surprise." Mukesh kembali memandang Ammar.


Ammar yang masih berdiri tak jauh dari pintu, terlihat canggung dengan perkataan tersebut. Ia melirik Meera yang sedang membuka dan mengatupkan bibirnya dengan cepat. Untungngnya Ammar dapat menangkap beberapa kata yang diucapkan gadis itu tanpa bersuara. Seperti maaf, Papa belum tau, dan lupa.

Ammar mengangguk mengerti pada kekasihnya, tapi saking kecilnya anggukan itu sampai tak terlihat oleh Mukesh Chopra. Sang Mayor menyunggingkan senyum sembari melangkah mendekat menuju meja kerja ayah Meera. "Sir.. Aku minta maaf jika kedatanganku kemari tidak anda ketahui. Tapi, aku dan putri anda sebenarnya sudah membuat janji."


Mukesh menyenderkan seluruh tubuhnya pada senderan kursi sambil melipat tangan di dada. Kursi kerjanya itu sampai berdecit karena perubahan massa topang yang terjadi. "Acha.. Dan janji seperti apa yang sampai membuatmu menjemput putriku, Mayor? Bukan hanya sekedar menjemputnya untuk pulang, kan?"


"Papa-"


Ammar mengangkat tangannya rendah pada Meera, menahannya untuk bicara. Biar dia yang melakukannya. "Maaf, mungkin ini juga mendadak untuk anda. Tapi sejak kemarin lusa, aku dan Meera sudah menjalin hubungan lebih dari sekedar pertemanan. Meera sudah menerimaku untuk menjadi kekasihnya. Aku disini meminta ijin padamu untuk dapat menggenggam tangan putri anda sepenuhnya, Sir." ucapnya dengan penuh keyakinan. 


Meera rasanya ingin menangis, bisa-bisanya Ammar meminta ijin pada sang ayah seperti itu. Tapi Mukesh Chopra terlihat membeku atas pernyataan Ammar. Seseorang yang tadinya akan masuk ke ruangan direktur utamapun sampai terdiam di depan pintu saat ucapan itu sampai ke telinganya. Dan ia bisa melihat siapa yang mengatakan hal tersebut dari celah pintu yang masih terbuka.

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now