Ammar. Hanya Ammar

388 34 0
                                    




***


.Flashback.



"Bhai! Coba dengarkan ini.."

Annand mengayunkan bow ditangan. Dengan wajah yang tersenyum simpul, ia melirik sang kakak di layar laptop. Perlahan Annand mulai menggesek biola yang sudah bertengger di bahu.


< Janam Janam (Intro) - Dilwale >



Tak sampai 30 detik, Annand sudah menghentikan permainan. Ia menatap Ammar yang memandang serius kearahnya. "H-how?" tanyanya yang entah kenapa jadi gugup. Padahal dia sudah biasa bermain biola di depan kakak kembarnya itu.


Di layar komputer lipat miliknya, terlihat sekali kalau Ammar sedang mengerutkan dahi. "Hanya itu? Kenapa sebentar sekali? Aku baru saja menikmatinya."


Annand tertawa, "It's just a teaser.."


"Teaser for what?" tanya Ammar yang kemudian melihat semburat merah di kedua pipi sang adik dan menggaruk belakang kepalanya gugup.


"A teaser for.... an occasion...?" jawab Annand yang terlihat menyembunyikan sesuatu.


"Annand..." tegur Ammar, ia sampai melipat tangannya di dada.


"Bhai! Berkomentarlah untuk permainan biolaku tadi." Ia mengalihkan pembicaraan.


Alis Ammar terangkat. "Untuk apa? Permainanmu selalu menakjubkan seperti biasanya. Mungkin kalau kau bermain lebih lama lagi, aku sudah meneteskan air mata.." Ammar pura-pura mengelap sudut matanya.


"Lagi-lagi kau terlalu terbawa perasaan." Annand tertawa. "Kau yang memakai seragam tentara dan mempunyai lengan berotot, tapi hatimu lebih lembek dariku."

"Hei.. hatiku ini tidak lembek. Hanya... mudah tersentuh." Elak Ammar.

"Apa bedanya? Aku yakin, kau di sana lebih sering menangis dibanding aku."

"You wanna bet?" tanya Ammar yang dibalas tawa oleh Annand. 


"So.. How's Kashmir?"


"Dua bulan berada di sini ternyata rasanya hanya lebih dingin dibanding Delhi." Ammar mengedikkan bahu. Annand menatap kakaknya penuh kekhawatiran. "Take care of yourself, haan?" Ammar tersenyum dan mengangguk pelan.

"Suno.. Lagu tadi terdengar lebih romantis dari biasanya, sepertinya aku tau apa "occasion" mu itu." Ammar mengalihkan pembicaraan, tak mau adiknya terlalu khawatir. Ia ngedipkan mata pada yang lebih muda. "Sudah sampai mana kisah cintamu, Annand? Sudah menyatakannya?"

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now