Yang Ditinggalkan

394 34 13
                                    


***


   =======================================


In Loving Memory of

ANNAND RAICHAND

 November 02, 1976 - September 21, 1999

A Gentle Soul, Beloved Son, And A Dearest Brother Who Will Forever in our hearts. Your Laughter, Love, and Light Live On.


=======================================



Meera yang kini berjongkok, memejamkan mata dan menghela napas perlahan. Terus mencoba menguatkan diri dan berusaha menenangkan hatinya. Setidaknya, air mata tak terus berderai saat ia sedang berhadapan dengan Annand seperti ini. Jemarinya terangkat, menyentuh tulisan pada batu nisan dengan lembut. Merasakan setiap ukiran yang terbentuk seolah wajah Annand lah yang ia gapai. Perlahan matanya terbuka, yang langsung mambaca tanggal kepergian kekasihnya itu. Tanggal yang merupakan seminggu setelah kelulusan kuliah mereka.

Dan tanggal kepergian Meera kembali ke India.


Gadis itu menahan isakkannya, menghapus kasar air mata yang sudah menggenang dengan cepat.

"Seandainya.... Seandainya saja saat itu aku mau menunggumu lebih lama, Annand. Menunggumu, hanya untuk sekedar mendapat kabar keberadaanmu. Atau mungkin menunggumu datang ke bandara untuk mengantar kepulanganku. Setidaknya, saat itu bisa menjadi kenanganku mengucapkan salam perpisahan padamu.." Ia menghela napas. Sedikit berpikir akan apa saja yang harus ia sampaikan. "Tapi tidak, aku terlalu egois. Aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri sampai tak bisa melihatmu yang sedang berjuang untuk hidup. Tak merasakan rasa sakit yang sedang kau pendam. Maafkan aku yang terlalu terhanyut akan kasih yang kau beri, Annand. Sampai lupa untuk memberimu cinta yang lebih banyak.."

Meera menutup matanya, ingin sekali rasanya ia berteriak. "Annand..." Ia terisak. Suaranya begitu parau. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Lima tahun aku menunggumu tanpa kepastian, tapi ternyata kau sudah pergi diwaktu awal aku mulai menunggu." Ia menghapus kembali air mata yang tak sengaja meleleh. Ia menunduk, menahan segala emosi yang ingin dimuntahkan. Hingga napasnya mulai teratur kembali dan kini Meera mendongak. Menatap batu nisan Annand dengan senyum yang merekah.

Orang-orang di sekitarnya malah semakin sedih dengan ekspresi yang diberikan gadis itu. "Maaf... Aku malah mengomel diperjumpaan pertama kita ini. Harusnya aku senang kau sudah berada di tempat terbaik sekarang. Kau pasti sedang mentertawakanku yang kembali banyak bicara ini, kan?" ucapnya yang masih terus tersenyum tapi air mata begitu deras mengalir. Ternyata harapannya untuk tak menangis hari ini tidak bisa ia penuhi. Bagaimana ia tidak menangis jika dirinya kini tak dapat memeluk kekasihnya lagi.


"Meera.." Sayeedah menghampiri, ikut duduk tertekuk di sisi sang gadis dan mengusap lembut surainya. Melihat kondisi Meera saat ini, membuat hati Sayeedah terenyuh. Kenapa anak baik seperti Meera bisa mendapat cobaan yang begitu berat. "Lepaskanlah, Beta.. Lepaskan semua kerinduanmu sekarang. Setelah itu bebaskan dia... relakan Annand. Dia sudah bersama tuhan yang akan terus menjaganya."

INCOMPLETED LOVE [✓]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ