Tak Semudah Itu

396 34 0
                                    

        

***

         

Setelah kesepakatan jual beli gagal dilakukan Annand Raichand, laki-laki itu sekarang malah seperti bayangan bagi Meera.

Tau maksudnya, kan?

Dimana Meera melangkah, disitu Annand juga akan terlihat. Dan perlakuannya itu sudah terjadi selama dua hari!

Bayangkan!

Padahal sebelumnya, hampir tak pernah Meera berpapasan dengan mahasiswa dari fakultas musik itu. Walaupun sebenarnya, gedung fakultas mereka tak begitu jauh. Hanya terpisahkan oleh gedung auditorium.

Keberadaan Annand yang selalu tak jauh dari Meera, sedikitnya membuat gadis itu risih.
  

Kenapa?

Annand Raichand merupakan mahasiswa kebanggaan fakultas, dikenal oleh seluruh mahasiswa dan dosen akan keahliannya dalam memainkan banyak alat musik, khususnya biola. Kini malah menjadikan Meera sasaran ratusan pasang mata penasaran akan hubungan keduanya. Seorang Meera yang masuk dalam golongan manusia antisosial.

Padahal gadis itu tak melakukan apapun.
Meera pun tetap diam saat Annand mengajaknya bicara.

Seperti yang sedang laki-laki itu lakukan di perpustakaan sekarang.

   
"Sparkling Cyanide.." Annand membaca dengan lantang judul pada cover novel yang terlihat lusuh di tangan Meera, yang membuat kepala dari orang-orang di perpustakaan menengok ke arah mereka.

Ruangan besar tapi sunyi itu membuat ucapan Annand mudah didengar oleh yang lain.
  

Tapi Annand tampaknya tidak peduli tatapan mereka, seolah ia memang mencari perhatian. Perhatian gadis berkacamata baca yang masih saja bungkam, tepatnya.

"Selain melukis ternyata kau juga suka membaca novel, Meera?" lanjutnya.

   
Si gadis masih saja tak membuka mulut, ia terlihat begitu fokus dengan apa yang sedang dibaca.

  
Annand berdecak. "Tidak mau menceritakan padaku isi novel itu?"

Meera menarik napas sebelum akhirnya bicara. "Diam atau aku akan membunuhmu dengan memasukan sianida kedalam minumanmu seperti yang ada pada novel ini." Ucap Meera datar tanpa melepas matanya dari jajaran paragraf.

Bibir Annand membentuk huruf O sempurna. Seperti itu ceritanya. Senyum Annand mengembang. "Kau tau, cara membunuh seperti itu terlalu sulit. Jika mau lebih gampang, bunuh saja aku dengan tatapanmu-"

BUGH!

Dengan wajah kesal Meera membanting novel karya Agatha Christie itu di atas meja, yang membuat semua orang terlonjak dari kursi.

"Miss!!" Teguran penjaga perpustakaan langsung menggema.

"I'm sorry.." Ucap Meera yang bangkit dari kursi dan memutuskan melangkah keluar.

   
"Meera!" Panggil Annand yang tentu saja masih mengikuti langkah gadis itu.

"Meer-"

Hampir saja Annand menabrak tubuh Meera jika ia tak langsung mengerem.

Meera yang kini berbalik dan sudah melepas kacamata, dengan mudah membuat iris indahnya itu menatap galak Annand. Bukannya takut, senyuman malah terukir di wajah si laki-laki.

"Wooff! Aku tidak menyangka kau mau membunuhku secepat ini, Meera-"

   
"What.Do.You.Want.?" Meera menekan di setiap katanya.
   
  

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now