Tak Terduga

321 35 5
                                    


***


"KYA?? Oh, God! Aku tak menyangka itu keputusan yang Ammar pilih untuk kalian. Dan dia mengatakannya langsung di depan Papamu juga Ayahnya?"

Pia memandang sang sahabat dengan terkejut saat Meera selesai menceritakan apa yang terjadi di lapangan golf. Seperti yang sudah dijanjikan, sore itu Pia Kapoor, atau kini yang sudah menjadi Nyonya Pia Khan, datang ke kediaman Chopra. Saling melepas rindu dan bercerita tentang apa yang mereka lewatkan selama beberapa hari ini.

Setelah Pia menceritakan seindah apa bulan madu di Switzerland, Meera pun menceritakan apa yang menjadi kegelisahannya.

"Bisa-bisanya Ammar mengeluarkan kalimat itu dengan mudah. Apa dia tak memikirkan perasaanmu sama sekali? Atau setidaknya kaulah orang pertama yang dimintai persetujuan sebelum orang tua kalian tau!" Murka Pia. Dia kecewa sekali pada Ammar. "Lalu apa yang dia katakan setelahnya, Meera? Atau Ammar pergi begitu saja?"


Meera yang terduduk di atas kasurnya dan menyibukkan diri dengan memanjakan Annand, Err-maksudnya Annu, menggeleng tanpa menatap Pia di hadapan. "Papa langsung membawaku pulang." Ucapnya santai seperti bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan.


Pia membelalakan mata, merasa kesal dengan perlakuan Ammar dan respon datar Meera. Ia merasa harus bertindak. "Aku harus bicara pada Ammar sekarang juga!" Gadis itu meraih handbag nya di atas nakas, yang bersisian dengan Meera, untuk mengambil ponsel.


Meera berdecak, ia menggendong Annu di pangkuan. "Sudahlah Pia. Sejak awal aku juga sudah menyuruh Ammar tetap dengan tujuannya. Jadi mungkin itu dorongan untuknya juga dalam mengambil keputusan tersebut." Meera menanggapi dengan senyuman tipis. Tapi Pia merasakan keterpaksaan dalam senyuman itu.

Pia bangkit dari duduknya, gadis itu benar-benar terlihat emosi dengan sikap Meera yang selalu pasrah. "Meera Chopra! Kau adalah orang yang mendorongku untuk meraih cintaku, tapi kau sendiri tak berusaha untuk meraih kebahagiaanmu!"


"Aku sudah melakukannya, Pia!" 


Sentakkan Meera membuat Pia terkejut, Annu pun sampai melompat dari pangkuan. Meera menghela napas, kembali meredakan emosi yang tak sepantasnya ia keluarkan pada sang sahabat. Lalu mendongak, kembali memandang Pia dengan tenang tapi lekat. "Apa yang aku lakukan di pernikahanmu adalah sebuah usahaku yang ingin kembali merasa bahagia. Tapi nyatanya, itu hanyalah suatu kebodohan. Seperti yang Ammar katakan.."


"He said..... what??"



Upss... Meera lupa menceritakan percakapan Ammar dan Naina di rumah sakit.




***




"Sir! Aku begitu senang dengan apa yang kau putuskan!" Semangat Ibrahim saat melihat senyuman yang mengembang di bibir Ammar.


"Tapi jangan katakan apapun dulu pada Pia. Istrimu itu tak akan bisa menyimpan rahasia dari sahabatnya." Ucap Ammar sembari mengetuk-ngetuk sebuah etalase kaca, menunjuk sebuah barang yang ingin ia lihat pada pramuniaga. Sesuai kesepakatan, Ibrahim kini sedang menemani Ammar ke sebuah tempat yang baru saja ia ketahui saat pria di hadapan membawanya.

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now