3. Tamu tak diundang

5.6K 373 6
                                    

"Si Gadis kebangetan parah. Bisa-bisanya kita satu kantor diundang semua kecuali Gavriel," Keluh Ragil pelan di samping Alena.

Sengaja Ragil melakukan itu agar teman dekat Gadis di kantor ini menyampaikan hal ini kepada Gadis.

"Gue enggak bisa komentar apa-apa. Ini semua diluar wewenang gue."

"Minimal lo sebagai temannya kasih tahu lah. Meskipun diundang belum tentu juga si Gavriel mau datang. Dia 'kan lagi persiapan buat dampingi Mr. Perfect ke Bali seminggu lagi."

"Mau ngapain ke Bali?"

"Biasa, ketemu calon kreditur besar."

Setelah mengatakan itu, Ragil memilih meninggalkan Alena yang sedang merapikan kebaya model Janggan warna dusty pink yang menjadi seragam bridesmaids siang ini di acara akad nikah Gadis dan Pradipta. Selesai merapikan kebaya yang ia kenakan, ingatan Alena kembali kepada kejadian dua minggu lalu saat ia mengantar Gadis ke Stasiun Gambir. Ketika mereka baru saja turun dari mobil, Alena sudah langsung protes pada Gadis tentang masalah undangan pernikahan. Bagaimana bisa Gadis tidak mengundang Gavriel meskipun sekedar untuk basa-basi? Bukankah mereka tetap rekan kerja terlepas jika mereka cocok ataupun tidak selama bekerja bersama.

"Gue harap lo tetap kasih undangan ke Gavriel."

"Stocknya habis. Enggak ada sisa, Len."

"Kalo begitu pakai undangan punya gue aja. Lagian cuma tinggal ganti plastik sama cetak nama. Nanti gue bikin sendiri."

Alena melihat Gadis menghela napas panjang lalu menggelengkan kepalanya. Sontak hal ini membuat Alena mengernyitkan keningnya.

"Why?"

"Karena gue memang enggak pernah berniat untuk mengundang dia. Jadi gue harap lo jangan kasih undangan ke Gavriel."

"Sebenci itu lo sama Gavriel?"

Hanya senyum tipis di bibir Gadis yang menjadi jawaban untuk Alena. Setelah itu bahkan Gadis langsung berpamitan padanya seakan-akan obrolan mereka ini tidak pernah terjadi.

Lamunan Alena berakhir kala sebuah tepukan pelan mendarat di pundaknya. Saat ia membalikkan badannya, seketika kedua bola mata Alena hampir jatuh ke lantai. Bagaimana bisa Gavriel yang baru saja ia pikirkan ada di hadapannya dalam balutan kemeja lengan panjang warna sky blue dan celana hitam. Okay, mungkin jika tidak karena hampir setiap hari bertemu dengan Gavriel, Alena akan jatuh hati melihat sosoknya yang semakin hari semakin good looking, tampan dan mapan. Ya, hampir sebagian kaum jomblo wanita di kantornya menjadikan Gavriel figur pacar idaman. Selain secara fisik, tentunya ia adalah seorang workaholic dan sopan ketika berhadapan dengan lawan bicaranya terutama jika berada di lingkungan kantor. Attitude Gavriel benar-benar membuat banyak orang termasuk dirinya kagum. Dalam hal pekerjaan juga jenjang kariernya pun Alena yakin akan sangat terjamin mengingat ia sudah karyawan tetap bukan lagi kontrak.

"Hai, Len," sapaan ramah Gavriel membuat Alena menelan salivanya.

"Hai, Gav. Lo kok bisa ada di sini?"

"Iya. Gue lagi temani Rachel. Dia yang dapat undangan nikahan Gadis sama Dipta."

Meskipun dalam hati Alena ia bertanya-tanya siapakah Rachel? Namun kepalanya tetap mengangguk serta bibirnya memaparkan senyum kecil. Ia bahkan tidak bertanya lebih jauh lagi pada Gavriel. Kini saat Gavriel pamit dari hadapannya, satu hal yang terlintas di kepala Alena. Ia harus memberitahu Gadis tentang kehadiran Gavriel siang hari ini meskipun ia tidak memiliki undangan. Jangan sampai Gadis mengira dirinya yang tetap menjalankan misinya untuk mengundang Gavriel meskipun Gadis sudah melarang.

From Bully to Love MeOnde histórias criam vida. Descubra agora