31. Jujur kepada Papa

4.4K 368 15
                                    

Sejak pulang dari acara semalam, Gadis terus memikirkan semua ini. Jika ia ingin membalas dendam pada Pradipta, maka mau tidak mau ia harus meminta tolong pada Papanya. Tidak hanya itu saja, mengganti posisi Pradipta tentunya harus dilakukan dengan melalui rapat pemegang saham. Rasa-rasanya mengumpulkan semua orang hanya untuk kepentingannya pribadi tanpa alasan yang kuat tidak mungkin dilakukan. Mau tidak mau Gadis harus memberikan bukti bahwa selama ini Pradipta telah melakukan kesalahan besar.

Gadis menghela napas panjang ketika menyadari kesalahan terbesar Pradipta adalah melakukan KDRT dan berselingkuh dari dirinya. Apakah ini cukup untuk menurunkannya dari posisi sebagai direktur? Namun jika ia ingin membuat Pradipta kembali ke 'setelan pabriknya', maka mau tidak mau Papanya harus mengetahui semua ini terlebih dahulu.

"Dis, dari semalam kamu enggak makan. Kita mau mampir dulu enggak sebelum pulang?" Tanya Banyu ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

"Enggak, Mas. Aku cuma lagi mikir."

"Mikir apalagi sih, Dis? Kayanya kamu kebanyakan mikir belakangan ini."

"Masalah yang kemarin. Kalo aku mau Pradipta down grade atau mungkin dipecat dari pekerjaannya, mau enggak mau aku harus cerita sama Papa. Sedangkan aku belum yakin Papa akan dengan legowo menerima semua kenyataan ini."

"Enggak ada orangtua yang tidak sakit hati ketika anaknya diperlakukan seperti kamu. Tapi aku yakin kalo Mama sama Papa tetap akan memihak kamu. Mereka pasti akan membantu kamu semaksimal yang mereka bisa."

"Mas Banyu yakin?"

Banyu menganggukkan kepalanya. Ia sengaja tidak memberitahukan kepada orangtuanya tentang smua ini. Ia ingin adiknya yang memberitahu langsung kepada mereka. Jangan sampai ia dianggap membenci Pradipta tanpa alasan yang jelas. Lagipula lebih bijak jika Gadis yang langsung menceritakannya agar tidak ada yang dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi.

Kini saat mobil yang dikemudikan Manto berhasil parkir di depan pintu utama rumah Sudibyo Bimantara, Gadis dan Banyu segera turun dari mobil. Sambutan hangat dari Aryanti membuat mereka tersenyum.

Gadis dan Banyu terpaksa menutupi semua ini terlebih dahulu dari Mamanya. Mereka mulai merangkai cerita apa saja kegiatan mereka di Jogja selama beberapa hari ini.

"Padahal Mama sama Papa baru mau nyusul kalian besok ke Jogja. Eh, malah kalian pulang hari ini."

"Jogja ya gitu-gitu aja, Ma. Masih sama seperti biasanya."

Ucapan Banyu cukup membantu Gadis untuk tidak berbohong terlalu banyak pada sang Mama. Kini Gadis memilih pamit terlebih dahulu untuk naik ke kamarnya yang ada di lantai dua. Melihat sang adik yang mulai berjalan menaiki tangga, Banyu mulai mengikutinya.

Saat mereka telah sampai di lantai dua rumah, Banyu segera menggeret Gadis untuk memasuki kamarnya yang lokasinya tidak jauh dari tangga.

"Dis, lebih baik kita bicara sama Papa dulu tanpa adanya Mama."

"Why?"

"Karena melihat bagaimana Mama yang baru sembuh, aku enggak tega kasih beban pikiran baru. Lagipula yang bisa bantu kamu itu Papa."

Gadis menganggukkan kepalanya. Benar juga perkataan Banyu ini. Namun jika mereka ingin berbicara serius dengan Papanya tanpa ada sang Mama, mau tidak mau mereka harus bertemu di luar rumah.

Atas pembicaraan dengan Banyu tadi pagi, siang ini Gadis sudah duduk di hadapan sang Papa bersama Banyu. Meskipun Sudibyo cukup heran kenapa anak-anaknya mengajak makan siang bersama di luar rumah namun tidak bersama Aryanti.

"Kalian ini kenapa ngajakin lunch tapi Mama malah ditinggalin di rumah?"

Dengan kebulatan tekad di hatinya, Gadis mencoba menjawab pertanyaan sang Papa dengan wajah yang tenang.

From Bully to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang