57. Aku belum bisa menerimamu

4.5K 412 4
                                    

"Gimana, Dis?" Tanya Gavriel kala melihat Gadis tampak menggigit ujung kuku jarinya setelah menelepon Alena.

"Alena belum balik. Kamu kasih tugas apaan sih di kantor?"

"Kenapa mesti tanya kalo kamu sendiri tahu apa yang dia kerjakan."

"Iya-iya, aku paham, tapi kalo dia setiap hari lembur begini, kapan dia bakalan dapat jodoh?"

"Memangnya penting punya pasangan kalo cewek itu sudah mandiri secara finansial?"

"Tergantung individunya."

"Kalo kamu?"

"Aku?"

Gavriel menganggukkan kepalanya. Ia bisa melihat Gadis yang tampak sedikit bingung dengan pertanyaannya.

"Setelah apa yang aku alami, sepertinya tidak terlalu penting selagi punya duit."

"Cukup realistis. Karena itu juga mungkin salah satu alasan angka pernikahan di negara ini turun drastis. Banyak yang sudah sadar bahwa menikah itu bukan cuma perkara 'i love you, you love me'."

"Udahlah, aku mau balik dulu ke rumahnya Alena."

"Enggak nginap di sini aja?"

Reflek, Gadis langsung melemparkan bantal sofa yang ada di pangkuannya ke arah Gavriel.

"'Kan aku cuma tanya, Dis. Jangan galak-galak lah."

"Enggak. Sudah cukup aku diinterogasi sama bu RT waktu arisan tadi."

"Ya sudah kalo begitu. Sekarang kita makan dulu. Aku sudah selesai masak."

Gadis menatap Gavriel dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Laki-laki ini masih mau memasak? Wow, jarang-jarang ada laki-laki yang masih mau melakukan hal ini ketika ia memiliki pekerjaan yang segunung.

"Kamu masak?"

"Iya. Buruan makan terus aku antar ke rumah Alena."

Gadis segera berdiri dan berjalan mengikuti Gavriel ke arah meja makan. Gadis cukup terkejut melihat Gavriel yang sudah memasak ayam goreng bumbu ungkep lengkap bersama sambal dan lalapannya.

"Kamu bisa masak olahan ayam, Gav?"

"Bisalah, 'kan tinggal goreng aja."

"Oh, jadi udah beli ayamnya yang dibumbuin."

"Iyalah, lebih hemat waktu, tenaga dan biaya. Bumbu-bumbu sekarang mahal, Dis. Lagipula belum tentu kalo aku bumbuin sendiri rasanya jadi enak."

Gadis menganggukkan kepalanya. Kini ia memilih segera duduk di kursi yang ada di hadapannya. Melihat Gadis yang sudah duduk, Gavriel juga memilih duduk di samping Gadis.

Bagi Gadis ini sedikit aneh karena biasanya jika ia makan berdua saja, pasti orang yang makan bersamanya akan memilih duduk di hadapannya, tapi tidak dengan Gavriel yang memilih untuk selalu duduk di sampingnya daripada di hadapannya. 

"Kamu ambil duluan aja, Gav," Kata Gadis sambil membalikkan piring yang ada di hadapannya.

"Ladies first."

Tidak mau banyak berdebat, Gadis memilih untuk segera mengambil nasi lebih dulu. Setelah itu ia segera mengambil lauk beserta pelengkapnya. Gavriel pun melakukan hal yang sama.

"Besok aku kabarin kapan jadwal sidang keduanya."

"Memang sidang pertama kapan?"

"Tunggu surat dari pengadilan agama sampai ke rumah. Cuma karena sidang pertama itu mediasi, aku enggak akan datang soalnya aku enggak minat untuk rujuk."

From Bully to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang