16. When Gadis meet Rachel

4.4K 370 17
                                    

Ciiittt.....

Suara ban mobil yang berdecit di depan pagar rumah membuat Alena mengurungkan niatnya untuk masuk ke mobil. Ia mencoba melihat siapa yang datang dan kedua matanya membelalak kala melihat sosok Gavriel datang ke rumahnya sepagi ini.

"Sejak kapan kantornya pindah ke rumah gue?" Tanya Alena kala Gavriel baru saja sampai di hadapannya.

Gavriel menghela napas panjang kala mendengar sindiran Alena ini.

Satu-satunya orang yang bisa membantunya kali ini hanya Alena. Hanya Alena yang tahu alamat rumah Dipta dan Gadis. Tidak hanya itu saja, ia membutuhkan Alena untuk berada di sampingnya kala pergi menemui Pradipta ke Bontang. Tentu saja ini sebagai langkah antisipasi agar tidak ada berita miring yang menganggap Gadis bermain di belakang Pradipta dengan dirinya.

"Gue lagi enggak mood untuk meladeni ocehan lo. Pagi ini situasinya genting."

"Memangnya ada apaan?"

"Rachel ada di Bontang sejak kemarin."

Satu detik....

Dua detik....

Tiga detik....

Alena diam dengan mulut sedikit terbuka. Ia masih mencerna kata-kata Gavriel ini.

"Dan kata Bagas, Rachel ada di rumahnya Dipta."

Tidak perlu bertanya lebih lanjut, Alena menjadi was-was. Ia segera membuka totte bag coach warna khaki miliknya dan segera ia mengambil handphone. Ia cari nomer telepon Gadis dan segera menghubunginya. Berkali-kali Alena mencoba namun hasilnya tetap sama. Handphone Gadis tidak aktif.

Gavriel yang melihat bagaimana reaksi Alena menjadi semakin panik.

"Len, kenapa sepanik ini?"

"Soalnya Gadis mau terbang ke Bontang pagi ini."

Apa yang Gavriel takutkan sejak semalam akhirnya terbukti. Tidak ada pilihan lain, hari ini ia dan Alena harus mengambjl emergency leave dari kantor. Tak ingin berlama-lama, Gavriel segera menggeret tangan kanan Alena untuk menuju ke arah pintu penumpang depan mobilnya.

"Hari ini lo ke kantor bareng gue?" Kata Gavriel sambil membuka pintu mobil.

"Hah?"

"Kita akan susul Gadis ke Bontang."

Alena masih diam. Bahkan ia baru kembali berkedip dan otaknya tidak macet lagi kala Gavriel baru saja menutup pintu mobil. Ia masih diam dan terus mencoba menghubungi nomer telepon Gadis.

Gavriel yang melihat Alena tampak. Sedikit panik hanya bisa bertanya dengan pelan.

"Lo tahu alamat rumah Pradipta?"

Alena mencoba mengingat-ingat dan akhirnya ia anggukan kepalanya. Ia ingat pernah mengirim oleh-oleh untuk Gadis setelah pulang dari Thailand.

"Cuma tahu tapi belum pernah ke sana."

"Okay, enggak pa-pa. Minimal itu sudah cukup buat modal kita."

"Gav, kita ke sana naik apa? Gue belum beli tiket pesawat."

"Tiketnya habis. Kita ke sana naik helikopter."

Satu detik....

Dua detik...

Tiga detik...

Alena diam dan ia mengedipkan kedua matanya berkali-kali. Apakah ia tidak salah dengar? Pergi ke Bontang menggunakan helikopter? Berapa uang yang harus ia keluarkan untuk semua ini? Jangan sampai gajinya yang tinggal separuh setiap bulannya karena sudah terpotong angsuran mobil ini harus habis tak tersisa hanya untuk biaya helikopter.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now