73. Seperti apa teman-teman kamu?

3.6K 499 14
                                    

Gadis langsung berdiri kala melihat seorang laki-laki dengan perawakan yang hampir mirip dengan Gavriel berjalan masuk ke rumah. Dari aura yang terpancar di wajah laki-laki itu, Gadis tahu bahwa laki-laki itu bukan laki-laki biasa. Sepertinya jika sudah mengepakkan sayapnya, beberapa wanita pasti akan terpesona pada dirinya.

"Dis, kenalin. Ini Wilson," Kata Gavriel saat sampai di hadapan Gadis.

Gadis segera mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Wilson. Berbeda dengan Adit yang tampak santai dan langsung mengobrol dengannya, kali ini Wilson lebih memilih diam dan duduk berseberangan dengan dirinya.

"Son, pinjam centeng lo satu atau dua sekarang bisa enggak?"

"Buat apa?"

"Enggak tenang aja pikiran gue kalo datang ke rumah Rachel cuma berdua sama Gadis."

"Okay, gue hubungi mereka. Lo langsung ketemu di depan club aja, ya? lo lewat sana 'kan?"

"Iya."

Gadis masih diam dan memperhatikan Wilson yang menghubungi seseorang. Melihat bagaimana Aditya dan kini Wilson di hadapannya, Gadis menjadi bertanya-tanya, seperti apakah circle pertemanan Gavriel ini di luar kantor? Meskipun tampak biasa saja secara penampilan dan tidak terlalu menggunakan merek-merek mewah seperti Adit, tapi aura Wilson juga sudah menyiratkan bahwa ia berlumuran uang. Meskipun entah itu uang halal atau haram mengingat sepertinya laki-laki ini menggeluti dunia malam sebagai pekerjaannya.

"Sudah gue hubungi. Nanti ada dua orang yang akan ikuti mobil lo dari belakang."

"Kalo begitu gue sama Gadis berangkat sekarang."

Setelah mengatakan itu, Gavriel menarik tangan Gadis untuk berdiri. Meskipun tanpa mengatakan apapun, Gadis tahu jika Gavriel mengajaknya untuk segera berangkat. Saat ia sudah mulai berjalan bersama Gavriel, suara Wilson bisa Gadis dengar.

"Hati-hati di jalan. Kalo mau mampir ke hotel dulu juga enggak pa-pa."

Andai melemparkan vas bunga ke kepala orang tidak termasuk kekerasan dan bisa terkena pasal pidana, Gadis yakin saat ini vas bunga yang ada di ruang tamu Gavriel sudah terbang ke arah kepala Wilson.

Menyadari jika Gadis belum terbiasa dengan candaan temannya, Gavriel mencoba untuk menenangkan Gadis saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Jangan kamu ambil hati omongannya Wilson."

"Teman kamu memang begitu cara bercandanya?"

Gavriel memilih menganggukkan kepalanya. Tak mungkin ia menerangkan bagaimana isi group Lapak Dosa yang kemungkinan besar isinya bisa membuat Gadis jantungan bahkan menyumpal mulut ketiga temannya itu dengan kain dan mematahkan jari-jari mereka.

Sepanjang perjalanan menuju club malam milik Wilson, Gadis lebih banyak diam yang membuat Gavriel harus lebih aktif berbicara. Obrolan-obrolan santai coba Gavriel lakukan meskipun jawaban Gadis benar-benar singkat. Saat sampai di parkiran club malam, dua orang karyawan Wilson langsung menemui Gavriel. Mereka segera berangkat terlebih waktu sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam.

Kala mobil sudah berjalan kembali menuju ke rumah Rachel, Gadis mencoba memberanikan dirinya untuk bertanya. Semoga saja tidak menyinggung perasaan Gavriel.

"Gav, sebenarnya seperti apa teman-teman kamu?"

"Bukankah kamu sudah kenal mereka? Teman-teman aku sebagian juga teman kamu 'kan?"

"Itu enggak bisa disebut teman karena kita rekan kerja. Yang aku maksud teman itu seperti Wilson, Adit dan Elang."

Dibalik kemudi mobilnya, Gavriel tersenyum kecil. Mungkin tidak ada salahnya untuk mencoba memperkenalkan tiga temannya itu kepada Gadis. Lagipula jika ia ingin serius dengan Gadis, Gadis harus tahu seperti apa kehidupannya yang tidak bisa lepas dari ketiga temannya itu. Di samping itu Leander saja sudah menganggap Gadis sebagai Bundanya. Itu berarti secara tidak langsung, Gadis harus menganggap Elang adalah saudara karena Elang adalah wali sah Leander setelah kedua orangtua bocah itu meninggal dunia.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now