39. Enggak mau berdua

4K 338 10
                                    

Pagi-pagi buta seperti ini memang jalanan Jakarta cukup ramah untuk dilewati karena tidak ada macet di mana-mana. Sepanjang perjalanan juga Gadis lebih banyak diam dan menatap jalanan dari jendela mobil.

"Lo diam aja kenapa, Dis?"

Mendengar suara Gavriel ini, Gadis memilih untuk menoleh ke arah Gavriel yang sedang sibuk pada kemudi mobil.

"Lagi mikir buat batalin reservasasi atau tetap gue ke sana."

"Memang lo mau ke mana?"

"Harusnya weekend ini gue sama Alena ke Lembang, tapi dia batalin dadakan tadi waktu gue di toilet."

"Kalo lo batalin, terus lo mau ke mana?"

"Enggak tahu. Gue punya misi habisin duit sebanyak-banyaknya sih ke Jakarta ini."

"Pantesan tipe kamar hotel lo yang termahal."

"Harus begitu, Gav. Lebih baik uangnya gue habisin daripada Rachel yang habisin semua."

"Ya sudah berangkat aja, nanti gue temani, tapi Minggu malam sudah balik lagi ya? Senin gue kerja."

Gadis cukup terkejut dengan tawaran dari Gavriel ini. Ia bahkan sampai menelan salivanya sebelum bisa menanggapi tawaran Gavriel.

"Cewek lo enggak akan marah lo pergi sama gue?"

"Boro-boro punya cewek. Hidup gue beberapa tahun ini cuma gue habisin buat kerja. Kalopun bisa hangout paling-paling sama 3 pendosa itu aja."

"Pendosa?" Gumam Gadis pelan yang membuat Gavriel berusaha menahan tawanya.

"Iya. Elang, Adit sama Wilson. Sama mereka aja ke mana-mana sampai pernah dikira kita semua maho."

"Setidaknya lo masih jauh lebih beruntung karena punya teman-teman buat berbagi meksipun tidak punya istri. Belum tentu yang punya pasangan hidupnya akan lebih indah daripada lo yang single."

"Sejatinya enggak punya pasangan itu bukan hal yang menakutkan, lebih menakutkan kalo enggak punya kerjaan sama duit."

Gadis tertawa mendengar perkataan jujur Gavriel ini. "Cukup realistis pemikiran lo, Gav."

Obrolan Gadis dan Gavriel terus berlanjut hingga akhirnya mobil yang dikemudikan Gavriel berhenti di depan lobby hotel tempat Gadis menginap. Tanpa membuang banyak waktu lagi, Gadis segera turun dan ia ucapkan terimakasih.

"Thanks, Gav. Nanti jam sepuluh pagi gue tunggu di lobby."

"Okay, gue duluan, Dis."

Gadis menganggukkan kepalanya dan kini ia tutup pintu mobil Gavriel. Baru saat mobil Gavriel sudah tidak tampak lagi, Gadis mulai memasuki lobby hotel. Sambil berjalan menuju ke arah meja resepsionis, Gadis mulai memikirkan apa yang sudah ia lakukan malam ini. Jika ia sakit hati dengan cara Pradipta yang berselingkuh di belakangnya, bukankah ia sama saja? Ia pergi bersama Gavriel malam ini meskipun tidak hanya berdua, ada Adit diantara mereka.

Gadis menggelengkan kepalanya. Tidak-tidak, ia tidak mau jika hanya berdua dengan Gavriel saja. Harus ada orang lain bersama mereka. Otak Gadis terus berpikir siapa yang bisa ia ajak kali ini untuk menginap di Lembang bersama Gavriel?

Sejenak Gadis melupakan semua yang ada di kepalanya dan mengambil kartu kunci di meja resepsionis. Begitu mendapatkannya, Gadis segera berjalan ke arah lift sambil mencari nomer telepon Alena di handphonenya. Begitu mendapatkannya, Gadis langsung menghubungi temannya itu.

Gadis kira Alena akan lama mengangkat teleponnya, ternyata tidak. Pada deringan kedua temannya itu sudah mengangkatnya meskipun suaranya terdengar seperti orang yang baru saja menangis.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now