5. Aku mau hakku, Mas!

6.7K 324 8
                                    

"Mas, kamu enggak mau temani aku buka kado nikahan kita?" Tanya Gadis ketika Pradipta baru saja ke luar dari kamar mandi.

"Enggak deh, kamu aja. Aku capek, Dis."

Meskipun sedikit kecewa dengan jawaban sang suami, Gadis mencoba menutupinya dengan senyuman. Kini ia mulai membuka kado demi kado yang diberikan para tamu undangan untuk mereka. Gadis kini membuka sebuah kado berukuran tidak terlalu besar. Saat ia membukanya, keningnya langsung berkerut ketika melihat sebuah kotak dengan label brand asal Perancis. Dalam hati Gadis bertanya-tanya, siapakah yang rela memberikan kado barang dari brand ternama dunia? Ia yang berasal dari keluarga berada saja masih pikir-pikir ribuan kali jika memberikan kado barang mahal seperti ini untuk orang yang tidak terlalu dekat. Mata Gadis justru melebar kala melihat sebuah ikat pinggang dan sepucuk surat ada di sana.

Seharusnya kartu ucapan, kenapa orang ini justru memberikan surat? Pertanyaan ini terus bergelayut di dalam hati Gadis hingga akhirnya ia memutuskan untuk membaca surat itu.

Dear my Dipta...

Aku ingat kamu ingin membeli ikat pinggang ini waktu kita pergi ke Paris tahun lalu. Semoga kamu suka dengan ikat pinggangnya.

-Rachel-

"Rachel?" Gumam Gadis pelan.

Kini pikiran Gadis mulai melayang memikirkan perempuan yang suaminya ajak berbicara sebelum acara ijab qobul. Dengan rasa gemas yang tidak bisa ia bendung lagi, Gadis meremas-remas surat itu. Dalam hatinya ia terus menyumpah serapahi Rachel karena dengan sadarnya melakuan hal ini. Seharusnya bukankah Rachel mengucapakan selamat menempuh hidup baru dan semacemnya untuk dirinya dan Dipta? Bukan ucapan seperti ini yang dengan jelas terlihat bahwa ia tidak berniat ikut berbahagia atas pernikahannya dan Dipta. Lalu kenapa ia harus hadir?

Susah payah Gadis mengatur dirinya sendri hingga akhirnya ia memilih memasukkan kembali surat itu pada amplopnya dan memasukkan ikat pinggang itu ke dalam box. Tidak ingin suaminya tahu tentang kado ini, Gadis memilih untuk memasukkannya ke dalam tas plastik berisi sampah-sampah kertas kado. Lebih baik baginya membuat tindakan preventif seperti ini meksipun harga ikat pinggang itu puluhan juta rupiah.

Tak ingin terlalu lama memikirkan hal-hal yang membuatnya sakit hati, Gadis mencoba melanjutkan aktivitas membuka kadonya. Banyak sekali kado-kado berisi sprei, bedcover bahkan hingga voucher belanja dan liburan. Sepertinya pekerjaan Dipta membuatnya cukup memiliki kolega dan teman-teman dari berbagai latar belakang.

Kini Gadis meihat sebuah kado terakhir berukutan kecil. Ia bahkan hampir tidak menyadari jika masih ada kado ini yang belum ia buka. Segera Gadis menbukanya dan keningnya langsung berkerut kala melihat sebuah kunci rumah dengan gantungan minni mouse menggunakan gaun pengantin berwarna pink.

Ada sebuah surat di sana yang membuat Gadis heran.

"Awas aja kalo ini dari Rachel lagi. Gue labrak juga ini perempuan kalo kelakuannya enggak tahu diri," Ucap Gadis pelan sambil tangannya tetap terus membuka surat itu yang ternyata dari tulisan tangannya saja sudah sangat ia kenal sebagai tulisan tangan Gavriel. Tulisan tangan laki-laki yang paling rapi dan pernah ia lihat di hidupnya adalah milik Gavriel. Tulisan tangannya saja yang perempuan kalah rapi dan indah.

"Si Kunyuk? Ngapain dia kasih gue kunci rumah? Kagak sekalian kasih sertifikatnya?" Ucap Gadis pelan karena takut suaminya akan mendengar semua ini 

Kini ia mulai membaca surat dari Gavriel yang membuatnya masih terheran-heran.

Happy Wedding, Dis...
Thanks karena lo enggak ngundang gue di hari bahagia lo. Sayangnya gue tetep aja bisa datang :D

Itu kunci tempat di mana gue selalu bisa minggat tanpa ketahuan orang-orang. Barangkali aja suatu saat lo butuh. Alamat tempatnya ada di surat satunya ya.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now