11. Aku vs keluargaku

4K 323 18
                                    

Gadis tersenyum kala melihat rumah kedua orangtuanya yang bergaya Jawa modern. Halaman depan rumahnya yang luas dan terdapat air mancur serta taman ini membuatnya benar-benar merasa nyaman di sini. Rumah yang sudah ia huni sejak lahir, tempat ia tumbuh dan dewasa, benar-benar menyimpan banyak kenangan di hidupnya yang tak mungkin ia lupakan sampai akhir hayatnya.

Ketika sampai di depan pintu, Gadis segera membunyikan bel. Tidak lama menunggu, akhirnya seorang asisten rumah tangga muda yang baru kali ini Gadis temui muncul di sana.

Begitu mempersilahkan Gadis masuk, Sari segera mendorong koper cabin size Gadis. Baru sekali ini Sari bertemu dengan Gadis. Nama yang beberapa hari ini sering terdengar di rumah ini.

"Assalamu'alaikum, Mama," Ucap Gadis sambil berjalan cepat untuk menuju ke Mamanya yang sedang membaca majalah.

"Waalaikum salam," Ucap Aryanti sambil memeluk Gadis.

"Papa mana, Ma?" Tanya Gadis setelah mengurai pelukannya pada sangat Mama.

"Belum pulang."

"Jam segini masih di kantor, Ma?"

"Enggak, cuma ada acara perkumpulan Paguyuban, Dis. Kamu sendiri aja ke sini?"

"Iya, Ma. Mas Banyu mana?"

"Di kamarnya. Coba aja kamu ke sana."

Gadis tersenyum lalu ia segera pamit kepada Mamanya untuk mengunjungi kakak laki-lakinya. Sambil berjalan menuju ke arah tangga, Gadis terus memikirkan pembicaraannya dengan Sumanto tadi. Gadis hanya berharap apapun yang membuat kakaknya itu murka, tidak ada hubungannya dengan suami dan keluarga suaminya.

Begitu Gadis sampai di depan kamar Banyu, ia menyiapkan dirinya sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kayu jati berwarna coklat itu.

Tok...

Tok...

Tok...

"Mas... Mas Banyu?"

"Come in," Ucap Banyu dari dalam kamarnya yang membuat Gadis memberanikan diri untuk membuka pintu.

Begitu pintu kamar itu dibuka, Gadis langsung mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Banyu yang ternyata sedang melakukan plank di teras kamarnya. Melihat kakaknya yang sudah berusia 35 tahun tetapi masih tampak muda seperti pria berusia 25 tahunan ini membuat Gadis tersenyum.

"Masuk, Dis. Jangan di situ aja," Kata Banyu sambil menyudahi sesi olahraga malamnya.

Gadis segera melangkahkan kakinya menuju teras kamar kakaknya. Berbeda dengan saat bertemu Mamanya, kali ini Gadis tidak mau memeluk kakaknya ini karena tubuh kakaknya penuh dengan keringat.

"Aku enggak mau peluk dan dipeluk ya, Mas?" Ucap Gadis yang membuat Banyu tertawa.

"Iya, aku tahu kamu enggak suka dipeluk sama orang yang habis olahraga. By the way, kamu baru sampai?"

"Iya, Mas."

"Sendiri aja?"

"Memang mau sama siapa lagi? Suami aku ada di Bontang."

"Luar biasa suami dan keluarga suami kamu."

Gadis langsung menutup bibirnya rapat-rapat. Sepertinya ia harus memasang kuda-kuda karena Banyu terlihat lebih banyak mengetahui hal-hal yang ia sembunyikan selama ini dari kelurga.

"Kalo enggak luar biasa, enggak akan aku pilih, Mas."

Gadis mencoba mengelak dan mengamini prediksi Banyu. Hal ini justru membuat Banyu memilih duduk di samping adik perempuannya ini.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now