64. Kalian punya anak?

4.5K 546 35
                                    

"Satu... Dua... Tiga.... Kok kurang satu? Ayah mana?" Tanya Leander kala ia memasuki rumah sepulang sekolah dan bertemu dengan Aditya, Wilson serta Elang di ruang keluarga.

Aditya yang melihat Leander sudah menitikkan air matanya lagi. Hal ini membuat Wilson menghela napas panjang sedangkan Elang langsung menggiring Leander menuju ke kamar bocah itu.

"Ayah lagi di Solo."

"Kok Ayah duluan sih? Bukannya masih lama pikniknya, Pa?"

"Aduh, Papa enggak tahu. Kita ke kamar kamu aja, ya?"

"Aku mau telepon Ayah ya, Pa?"

"Iya, kita ke kamar dulu ganti baju. Takut Om Adit nanti sedih lagi kalo lihat kamu."

Meskipun tidak paham dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi, tapi Leander menganggukkan kepalanya. Sepanjang jalan menuju ke kamarnya, Leander banyak bercerita kepada Elang tentang kegiatannya hari ini di sekolah.

"Papa?"

"Hmm..."

"Bulan depan ada acara kegiatan keluarga di sekolah."

"Ada suratnya?"

"Ada di dalam tas."

"Ngapain aja itu besok?"

"Kita buat tenda terus outbond. Main di sawah, di sungai."

"Okay, Papa temani."

"Ah, enggak mau. Papa enggak punya Mama."

"Nanti kita beli Mama, tenang aja."

"Enggak ada yang jual. Biar Ayah aja yang temani."

"Walinya Lean di sekolah itu Papa, bukan Ayah. Ayah sibuk kerja cari uang biar bisa beli mainan."

"Enggak pa-pa enggak beli mainan. Mainanku sudah banyak. Pokoknya mau ditemani Ayah soalnya Ayah punya Bunda."

Elang segera membuka pintu kamar Leander. Sambil melihat bocah itu yang berjalan menuju ke arah meja belajarnya, ia menghela napas panjang. Siapa sangka jika acara kegiatan sekolah anak yang mengharuskan kedua orangtuanya hadir adalah salah satu kegiatan yang paling menguji batas kesabarannya karena tidak semua keluarga itu memiliki anggota yang lengkap. Seperti dirinya yang harus jadi orangtua tunggal, mana mungkin memiliki pasangan. Lagipula kalopun memiliki pasangan belum tentu pasangan itu bisa sayang kepada Leander seperti sayang kepadanya. Mencari yang seperti itu di jaman saat ini sulitnya bukan main.

"Ayah, bantuin ambil baju ganti."

"Iya."

Elang berjalan ke arah lemari Leander dan membukanya. Ia tatap tumpukan baju yang sudah rapi di depannya.

"Mau pakai baju gambar dinosaurus, mobil atau mau pakai apa?"

"Mau pakai baju yang gambarnya bus telolet."

Elang langsung menolehkan kepalanya. Ia melihat Leander yang ada di sampingnya dengan tatapan bingung.

"Mana ada baju kaya begitu, Le. Baju enggak ada suaranya."

"Ada. Baju telolet bazuri. Kalo enggak percaya telepon Ayah."

Dengan terpaksa Elang mengeluarkan handphone dari saku celananya. Ia segera mencari nomer telepon Gavriel. Begitu mendapatkan nomer telepon Gavriel, Elang segera melakukan panggilan video.

"Kita duduk di sana sambil tunggu Ayah jawab panggilan videonya."

Leander menganggukkan kepalanya dan segera berlari menuju ke sofa panjang yang ada di dekat ranjang tempat tidurnya. Sambil berjalan menuju ke arah Leander, Elang berharap jika saat ini Gavriel sudah keluar dari ruang sidang perceraian Gadis.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now