74. Alasan aku belum menjawab

3.6K 481 12
                                    

Wilson hanya bisa berguling ke kanan lalu ke kiri malam ini. Sepi betul malam kali ini. Andai saja besok pagi Leander tidak harus ikut ke Solo pagi-pagi, tentu saja ia akan membangunkan bocah itu dan mengajaknya bermain. Sayangnya jika ia melakukan itu dan Leander justru rewel yang ada ia akan stress sendiri. Hanya helaan napas panjang yang bisa menjadi ungkapan rasa bosan Wilson kali ini apalagi ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam lewat. Seharusnya Gavriel pulang saat ini jika tidak ingin mobil Land Rover Defendernya berubah menjadi labu dan bodyguard club malamnya berubah menjadi tikus. Siapa sangka jika Wilson justru menguap. Sepertinya rasa kantuk mulai datang menderanya. Untuk membuat matanya tetap terbuka, Wilson mencoba membuka smartphone miliknya.

Group Lapak Dosa

Wilson : Gav... Lo buruan balik. Sudah jam dua belas lebih. Gue takut mobil lo berubah jadi labu dan bodyguard-nya berubah jadi tikus.

Elang : Wilson kalo ngomongnya sudah melantur parah begini, tanda dia lagi gabut bercampur ngantuk.

Wilson : Dalam hal begini aja si Elang Mahaputra Adikara ini cerdas. Coba hal lainnya lah kalo peka. Misal kirimin gue makanan begitu ke sini.

Elang : Sudah tengah malam. Kasian abang ojolnya, nanti ngiranya orderan fiktif. By the way, setelah bertemu pertama kali dengan calon kakak ipar. Apa kesan lo mengenai Mbak Gadis Sekarwangi?

Wilson : Dia tipikal wanita idaman para bule.

Elang : Gue tanya beneran ini. Malah lo jawabnya begitu.

Aditya : Lo enggak salah, Wil soalnya si Gavriel juga separo bule. Kita lihat emaknya Gavriel juga bentukannya cantik eksotis 'kan? Nikahnya juga sama bule lagi.

Wilson : Kasian ya si Tante enggak pernah nyobain produk lokal kaya kita. Padahal meskipun pisang kita ukurannya standart, untuk performa boleh diadu.

Elang : Somprett.... Hapus itu chat lo sebelum di kick-off dari group ini sama Mr. Erlando

Wilson : Iya, gue bakalan hapus sekarang.

Di waktu yang sama di dalam mobil, Gadis menghela napas panjang stelah hampir sepuluh menit ia berdebat dengan Gavriel tentang masalah di mana ia akan tidur malam hari ini.

"Aku selama ini selalu ngalah sama kamu. Jadi untuk sekali ini aja kamu yang gantian ngalah sama aku, Dis. Kamu tidur di rumah aku aja malam ini biar besok pagi aku enggak repot karena harus jemput kamu ke hotel."

"Gavriel...."

"Sebentar, aku belum selesai memaparkan alasan aku."

"Iya. silahkan dilanjutkan."

Gadis tahu bahwa Gavriel akan mengulang alasan tentang efisiensi waktu dan tentunya ia tidak mau menerima ocehan Leander di pagi hari karena Gadis tidak ada di rumah ketika ia bangun tidur.

"Kamu tahu 'kan gimana comelnya mulutnya Lean? Apa kamu tega pagi-pagi lihat aku harus perang dunia sama Lean terus itu buat mood aku rusak seharian? Asal kamu tahu, Dis, aku paling enggak bisa dapat situasi enggak enak di pagi hari karena itu biasanya akan mempengaruhi mood aku seharian."

Setelah Gavriel selesai dengan keluhannya, Gadis mencoba menyiapkan dirinya untuk mengatur kata-kata yang tepat agar Gavriel bisa mengerti kenapa ia menolak untuk menginap di rumahnya.

"Gav, apa aku sudah boleh bicara?" 

Gavriel menganggukkan kepalanya.

"Gav, aku menghargai kamu sebagai seorang laki-laki yang baik dan memiliki kehormatan di mata orang-orang terlebih tetangga sekitar rumah kamu. Aku mau menghargai dan menjaga citra kamu. Besok pagi kamu enggak usah jemput aku. Aku akan datang ke rumah kamu sendiri pagi-pagi. Aku pastikan jam enam pagi aku sudah sampai di rumah kamu lagi."

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now