30. Akhirnya kami tahu

4.2K 371 6
                                    

Dengan telinga yang rasanya sudah pekak karena ocehan Banyu, akhirnya hari ini Gadis memilih menuruti keinginan kakaknya itu untuk pulang ke Solo. Padahal Gadis ingin menyelesaikan semua ini terlebih dahulu baru pulang ke Solo. Sayangnya Banyu tidak mengijinkannya berada di kota ini sendirian tanpa ada orang yang bisa ia percaya. Terlebih lagi Alena dan Gavriel tidak mengunjungi adiknya kala weekend kemarin. Ini yang membuat Banyu tidak bisa meninggalkan Gadis seorang diri. Cuti panjangnya juga akan berakhir tiga hari lagi dan ia harus kembali ke Singapura.

"Sebenarnya aku bisa tanya sama Papa via telepon, Mas tentang masalah kepemilikan saham itu. Enggak harus kita pulang ke Solo."

"Masalah seperti ini tidak pantas dibicarakan melalui telepon, Dis. Lagipula kita landing di YIA bukan Adisumarmo."

Gadis langsung menoleh untuk menatap kakaknya itu dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Bagaimana bisa kakaknya memilih penerbangan ini.

"Kenapa harus turun di Jogja sih, Mas?"

"Karena Mas bilang ke Mama dan Papa kalo kita sedang ada di Jogja, bukan di Bontang. Pak Manto akan jemput kita di stasiun Balapan. Biar tidak ada yang curiga."

Seketika kepala Gadis terasa pusing kala mendengar penjelasan kakaknya ini.

"Mama sama Papa tidak tahu kabar rumahtanggaku yang porak-poranda ini sampai sekarang, Mas?"

Banyu menggelengkan kepalanya. "Enggak, Dis. Aku enggak mau kehilangan Mama sama Papa karena mereka jantungan mendengar semua ini. Kamu anak kesayangan mereka. Kalo mereka tahu kamu sampai diperlakukan seperti ini, entah akan seperti apa keadaannya."

Gadis tersenyum lalu ia memeluk Banyu dengan kedua tangannya. Sambil masih memeluk sang Kakak, Gadis berkata, "Makasih ya, Mas. Mas Banyu memang kakak yang terbaik. Aku beruntung punya kakak seperti Mas Banyu."

Setelah mengatakan itu, Gadis mendongakkan kepalanya. Ia daratkan sebuah kecupan di pipi kanan Banyu.

Muach....

"Duh, kena jigongmu, Dis," Ucap Banyu sambil mengelap pipinya.

Gadis yang melihat reaksi kakaknya ini hanya tertawa geli. Kini tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka akhirnya segera berangkat ke bandara. Jangan sampai mereka ketinggalan pesawat.

***

Gadis mengira jika Banyu akan mengajaknya untuk langsung pulang ke Solo setelah mereka mendarat di YIA. Ternyata Banyu justru mengajaknya untuk menginap di salah satu hotel yang ada di kawasan Malioboro, dekat dengan stasiun Tugu.

"Mas, kenapa enggak langsung pulang aja sih?"

"Kamu tahu enggak, Dis?" Bisik Banyu pelan di dekat telinga sang adik.

"Enggak. Apaan?"

"Papa tadi WA, katanya malam ini kita harus wakilin Mama sama Papa buat datang ke acara nikahan anak teman mereka."

Kedua mata Gadis langsung membelalak lebar mendengar hal ini.

"Hah? Mana bisa begitu. Aku enggak bawa baju buat kondangan."

Banyu langsung menjentikkan jarinya di depan wajah sang adik.

"Karena itu kita menginap di sini. Kita bisa langsung ke butik batik buat cari pakaian. Nanti kamu bisa colong-colong start untuk menjalankan misi kamu kemarin."

"Benar juga kata kamu, Mas. Kalo begitu sekarang aja kita langsung berangkat," Kata Gadis sambil mulai berdiri lalu ia menarik sang kakak untuk segera keluar dari kamar hotel mereka.

Gadis bersyukur karena dirinya bukan tipe wanita yang terlalu pilih-pilih dalam urusan merek pakaian dan model pakaian. Baginya selagi nyaman saat digunakan, ia tidak akan banyak pilih-pilih. Tidak sampai dua puluh menit, Banyu dan Gadis sudah mendapatkan pakaian yang akan mereka kenakan malam ini.

From Bully to Love MeМесто, где живут истории. Откройте их для себя