62. Rumah itu saja tidak cukup

4.2K 523 24
                                    

Gadis berusaha menahan senyumannya kala mendengar permintaan Angela selaku pengacaranya untuk memberikan hak kepemilikan rumah di Bontang kepadanya sebagai kompensasi atas sakit hati yang ia rasakan. Sayangnya, pengacara Pradipta tidak menyetujuinya sehingga persidangan berjalan cukup alot hingga Gadis lelah mengikuti prosesnya. Sayangnya ia tak bisa kabur dari tempat ini sesuka hatinya.

Kini setelah satu jam lebih, persidangan perceraian antara dirinya dan Pradipta baru selesai. Dan tetap saja pengacara Pradipta kekeuh tidak menyetujui permintaannya. Padahal dari bukti yang sudah tersaji di meja persidangan, semua sudah cukup jelas bahwa Pradipta terbukti melakukan perselingkuhan di belakangnya hingga melakukan KDRT. Benar-benar memalukan bagi Gadis karena Pradipta yang berbuat zinah, tapi Pradipta sendiri yang tantrum. Entah kenapa ia bersyukur karena Pradipta tidak menunggu tiga bulan atau enam bulan untuk menggugat cerai dirinya. Karena berlama-lama menjalin hubungan dengan pasangan yang memiliki standart moral yang berbeda itu sungguh buang-buang waktu, tenaga dan pikiran.

Saat keluar dari ruang persidangan, Gadis bisa melihat Alena dan Gavriel yang setia menunggunya dengan duduk di kursi yang ada di depan pintu masuk ruang sidang. Gadis memilih mendekati mereka berdua dan duduk di samping Alena. Ia memilih menunggu di tempat ini karena Angela sedang diajak berbicara bersama Pradipta dan team kuasa hukumnya. Menurut Angela, ia tak perlu ikut dan cukup tahu hasilnya saja. Mungkin saja Angela takut bahwa dirinya akan kehilangan kesabaran jika berbicara berdua dengan Pradipta.

"Lama bener sidang perceraian lo? Sebelah sudah ganti orang tiga kali," Kata Alena sambil menatap Gadis yang tampak loyo.

"Capek juga ya dengar orang debat tentang masalah kita, tapi kitanya cuma ngang ngong doang enggak bisa bicara apa-apa."

Gavriel tersedak tawanya kala mendengar pengakuan Gadis ini. Inilah salah satu alasannya tidak mau menjadi pengacara meskipun dulu mendiang kakeknya memintanya mengambil jurusan hukum. Ia tidak suka ikut campur urusan orang lain. Apalagi jika harus membela orang yang salah seperti Pradipta. Meskipun memiliki hak untuk menolak membela dan menjadi kuasa hukum, tetapi rasanya memilih-milih client sangat susah dilakukan jika seorang kuasa hukum itu belum memiliki nama besar.

"Karena masalah client adalah cuan buat mereka. Kalo enggak ada kasus begini ya mereka enggak dapat penghasilan."

Gadis menganggukkan kepalanya. Kini ia harus meninggalkan Gavriel serta Alena karena Angela memanggilnya. Saat sudah bersama Angela dan team-nya kembali, Angela langsung melaporkan apa yang bisa ia laporkan pada Gadis mengenai pembicaraan dengan kuasa hukum Pradipta.

"Bu Gadis, barusan pengacaranya pak Pradipta bilang kalo pak Pradipta akan menyetujui permintaan ibu dengan syarat..."

Belum selesai Angela berbicara, Gadis sudah memotong perkataan Angela karena ia sudah tidak sabar dengan syarat yang diajukan Pradipta. "Syarat apa?"

"Laporan atas tindakan KDRT dan perzinahan dicabut."

Gadis tersenyum sinis saat mendengar hal itu. Pilihannya cukup berat. Padahal ia ingin melihat Pradipta menggunakan rompi berwarna oren dan tidur di hotel prodeo. Ia ingin Pradipta mendekam di sana cukup lama agar tidak ada korban lagi selain dirinya. Bagi Gadis, laki-laki yang pernah melakukan KDRT, berpotensi melakukan hal yang sama di kemudian hari. Lebih baik melakukan tindakan preventif dengan mengunci Pradipta di hotel prodeo daripada membiarkannya bebas berkeliaran.

"Rasanya tidak sebanding jika rumah itu saja yang menjadi milik saya tetapi dia bisa bebas. Tidak ada jaminan jika dia sudah kapok melakukan hal itu."

"Apa ibu Gadis trauma?"

"Daripada trauma, saya lebih takut dia melakukan hal yang sama ke perempuan lain. Karena tidak semua perempuan berani speak up mengenai masalah kekerasan yang dialaminya."

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now