💛 2

39.3K 3.1K 22
                                    


.
.
.
Happy Reading 💛

Dokter Ryan menatap hasil pemeriksaan Kaylan dengan teliti. Ia sangat kaget ketika bibi Lana pengasuh Kaylan menekan berkali-kali tombol darurat yang langsung tersambung keruangannya. Ia langsung buru-buru keruangan tersebut.

Namun, ketika ia sampai di ruangan rawat Kaylan ia melihat tatapan tuan kecilnya bingung. Setelah menanyakan beberapa hal ia yakin bahwa saat ini tuan kecilnya lupa ingatan.

Dokter Ryan adalah dokter pribadi keluarga Alexcander, ia tahu persis sifat keluarga itu kepada anak bungsunya.

"Semoga ini pertanda baik..." ucap pelan dokter Ryan menghela nafas.

***

"Tuan ingin sesuatu?" Bibi Lana terus bertanya pada tuan kecilnya sedari tadi. Ia sedih tuannya menjadi pendiam tidak seperti biasanya.

"Bi-bibi jangan panggil kay tuan, cukup Kaylan saja," ucap Kaylan menatap berani ibu-ibu yang berada disampingnya. Ia tidak tega melihat ibu itu terus bertanya dari tadi.

Bibi Lana tersenyum mendengar ucapan tuan kecilnya. Selama ia merawat tuannya ia tidak pernah mendengar ucapan lembut seperti barusan. Sejak kecil, tuannya ini selalu berusaha bersikap dewasa.

"Cobalah ini tuan kecil," Bibi Lana menyodorkan buah strawberry yang sudah dibersihkan. Semoga tuannya tidak menolak seperti biasanya.

Kaylan menatap ibu itu sayu. Sebenarnya ia masih mengantuk bahkan tubuhnya terasa lemas sekali untuk digerakan. Tetapi ia tertarik dengan buah yang disodorkan ibu itu. sepertinya enak?

"A-apakah boleh?" Tanyanya ragu. Kaylan tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh orangtuanya.

"Tentu saja," Jawab bibi Lana tersenyum lembut sambil menyodorkan buah strawberry pada tuan kecilanya. Ia gemas melihat tuan kecilnya saat ini.

Kaylan mengunyah pelan buah strawberry yang disodorkan bibi Lana sambil manautkan alisnya tanpa sadar. Ia belum pernah mencobanya.

Bibi Lana terkekeh menatap tuannya dengan ekspresi tersebut. Ini sangatlah langka.

"Tuan masih sakit, wajar jika buahnya tidak berasa," ucap bibi Lana tersenyum lembut.

Kaylan menganggukan kepalanya. Pantas saja rasanya hambar. Tapi ini cukup enak, bahkan salama ia tinggal bersama orangtuanya ia tidak pernah memakan buah. Ini adalah buah pertama yang Kaylan makan.

"Bibi...kay ingin kekamar mandi, bibi bisa membantu kay?"  ucap Kaylan menatap bibi lana berharap. Pasalnya ia ingin buang air kecil dari tadi, tapi ia melihat jarum ditangannya belum dilepas pasti ia akan kesusahan.

Bibi lana tersenyum hangat, kemudian mengangguk.

"Tentu saja tuan kecil," ucap bibi lana bersemangat.

Peralatan rumah sakit yang menempel pada tubuh Kaylan sudah dilepas oleh dokter ryan tadi. Hanya infusan yang belum terlepas.

***

Kaylan menatap sekeliling kamar mandi, Ini terlalu mewah untuk disebut kamar mandi rumah sakit. Ia menatap cermin besar yang berada diujung, terlihat anak yang menatapnya balik. Kaylan mendekat. Kenapa ada orang di dalam cermin?

"H-halo," ucap Kaylan pelan sambil melambaikan tangannya ragu. Gerakan anak itu mengikuti dirinya.

Kaylan buru-buru memegang pipinya yang tirus. Kenapa anak di dalam cermin itu mengikutinya? Apa yang terjadi? Apakah itu dirinya?

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang