💛 9

33.4K 3K 90
                                    

.
.
.
.
Happy Reading

Arvin Jourel Alexander anak tampan dan juga periang. Sifatnya yang selalu mencairkan suasana, ramah dan juga ia sangat menyanyangi keluarganya sepenuh hati.

Disaat mommy yang ia cintai pergi untuk selamanya, saat itu umur arvin masih 9 tahun. Ia masih ingat bahwa ia selalu berbicara pada mommynya kalau ia sangat ingin mempunya adik. Bahkan hampir setiap hari ia memintanya.

Kalian tahu apa yang menyakitkan?

Saat itu mommynya ada masalah dengan rahimnya, tetapi arvin tetap ingin dengan permintaan tersebut. Ia sampai mendiami keluarganya saat itu karena menolak permintaannya. Arvin menginginkan teman, ia tidak suka bermain dengan arvan karena sifat mereka yang sangat bertolak belakang. Arvan yang sangat dewasa sebelum waktunya sedangkan arvin seperti anak kecil pada umumnya.

Saat itu daddy dan mommynya berusaha agar bisa kembali hamil. Dan arvin sangat senang dengan hal itu. 6 bulan kemudian setelah mengikuti saran-saran dokter terkenal akhirnya mommynya hamil. Arvin sangat senang saat itu. Ia akan memiliki teman.

Namun, saat kehamilan mommynya baru menginjak 8 bulan, tiba-tiba mommynya mengalami pendarahan sampai tidak sadarkan diri.

Semua keluarganya sangat panik, daddynya diam. Menatap kosong ruang operasi. Xavier abangnya langsung pulang kemansion karena saat itu masih menyelasaikan sekolahnya di paris. Tidak sampai satu hari mommynya bertahan saat itu, dokter mengatakan bahwa bayi di dalam kandungan tersebut harus segera diselamatkan karena beresiko pada sang ibu. Akhirnya daddynya setuju karena itu memang yang terbaik agar istrinya selamat.

Namun takdir berkata lain,,saat pertengahan operasi persalinan, tiba-tiba mommynya mengalami pendarahan hebat dan tidak bisa diselamatkan.

Semua keluarga Alexander sangat terpukul saat itu, kakek dan neneknya yang memarahi habis-habisan daddynya. Kelahiran kaylan adiknya saat itu disambut dengan awal hancurnya keluarganya saat ini.

Arvin menatap cermin didepannya lalu menampar pipinya yang sudah memerah. Apakah ia pantas menyalahkan kaylan adiknya?
Bukankah seharusnya dirinyalah yang harus disalahkan?

Sialan...sialan...

Seadainya saat itu ia tidak meminta adik pada mommynya mungkin sekarang mommynya masih ada.

***

Arvan memarkirkan mobilnya pelan, lalu menatap kaylan yang berada dipangkuannya. Saat pulang tadi, kaylan tidak mau duduk di kursi sebelahnya karena ia malu pada teman-temannya. Arvan tidak keberatan dengan hal itu. Ia hanya khawatir pada adiknya ini akan pegal-pegal nantinya.

Kaylan masih tertidur sambil memegang kuat susu kotak strowberrynya. Padahal ia sudah meminum 3 kotak ditambah biskuit tetapi masih saja perut kecilnya itu tidak kenyang.

Arvan mengangkat kaylan pelan. Takut adiknya akan terganggu.

"Apakah anak sialan itu tidak bisa berjalan?" Tanya dingin seseorang saat arvan memasuki mansion. Ia melihat daddynya yang sedang membaca koran. Tumben sekali daddynya ada dirumah. Arvan menghiraukan ucapan daddynya. Cukup pagi tadi saja daddynya melukai kaylan.

"Kemarikan anak itu arvan." Perintah alexander datar.

Arvan tetap menghiraukan ucapan Alexander, ia tidak akan membiarkan kaylan terluka lagi.

"Kau ingin hukumanmu bertambah?" Tanya dingin alexander. Baru kali ini arvan tidak menurut padanya.

Arvan berhenti, ia membalikan badanya menghadap alexander. Ia menatap dingin balik alexander.

Kaylan terusik, ia merasa terganggu dari tidurnya.

"Apakah daddy akan menyiksanya lagi?" Tanya dingin arvan.

Alexander yang mendengar pertanyaan tersebut diam. Ia melangkahkan kakinya mendekati arvan lalu merebut paksa kaylan.

"Kau sudah berani membelanya ternyata.." ucap alexander menepuk-nepuk pipi arvan pelan tersenyum remeh.

Arvan diam, ia mengepalkan tangannya kuat. Daddynya tidak main-main kalau sudah menghukum dirinya, begitupun dengan yang lainnya.

Alexander pergi membawa kaylan entah kemana.

Arvan harus memberitahu xavier abangnya saat ini. Ia khwatir akan terjadi sesuatu pada kaylan.

***

Angin berhembus kencang menggoyangkan pepohonan. Suara ombak bersahutan dengan petir yang menandakan hujan akan turun.

Kaylan tersentak kaget karena mendengar suara petir. Ia membuka mata bulatnya perlahan.

Saat melihat sekitar, kaylan kaget melihat orang yang menggendongnya saat ini. Yang menggendongnya bukanlah abangnya. Bukankah ini paman yang jahat padanya tadi pagi? Apakah saat ini ia sedang diculik?

Kaylan diam menatap sekeliling, sungguh saat ini ia sangat takut.

"Kau sudah bangun ternyata..."ucap dingin alexander menatap lurus pantai.

Alexander menurunkan kaylan, ia menunduk menatap kaylan dingin.

Kaylan sudah berkaca-kaca. Ia takut pada orang yang menatapnya saat ini.

"Kau tau, apa kesalahanmu?" Tanya dingin alexander. Ia mengalihkan matanya sebentar. Mengapa hatinya sakit melihat kaylan yang akan meneteskan air matanya itu?

Kaylan meneteskan air matanya perlahan. Sungguh ia tidak tahu orang didepannya ini. Kaylan berpikir keras.

Apakah orang didepannaya ini ayah dari kaylan asli? Ayah yang sangat membenci kaylan.

Air hujan turun deras, hari mulai gelap karena tertutup awan mendung.

Kaylan menundukkan kepalanya sambil mengigit bibirnya, ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Kau...kau..yang telah membunuh istriku sialan!!" Kata alexander keras, ia menujuk keras dada kaylan.

Kaylan tersungkur. Air matanya mengalir deras. Apakah kehidupannya kali ini juga ia tidak akan merasakan kasih sayang dari orang tuanya? Sama seperti dulu...

Alexander menatap dingin kaylan, lalu melangkahkan kakinya hendak pergi. Namun tiba-tiba kakinya ditahan oleh tangan kecil kaylan.

"Dy...daddy ma-maaf,,," ucap kaylan terbata, ia memberanikan diri memanggil daddynya, ayahnya dikehidupan saat ini. Dirinya sudah ingat.

Kaylan takut jika ditinggal sendirian ditempat sepi ini. Dirinya sudah tidak kuat, ditambah air hujan yang semakin deras dan juga angin yang semakin kencang.

"Ma-maaf daddy..." lirih kaylan, ia terjatuh tidak sadarkan diri.

Alexander menatap datar kaylan yang sudah tidak sadarkan diri. Ia hendak melanjutkan langkahnya. Namun berhenti, ia melihat kebelakang lagi. Sial, kenapa hatinya sesak?

Alexander berbalik berjalan menghampiri kaylan, lalu mengangkat kaylan ke gendongannya. Ia menatap bibir kecil yang sudah pucat ditambah badan kaylan yang sudah sangat dingin.

***

"Cari adiku sampai ketemu bodoh!!" Bentak xavier lewat telponnya. Saat ini ia sedang bersama arvan mencari kaylan.

Xavier kaget saat ia diberi tahu oleh arvan, ia langsung pulang kemansion. karena saat kejadian tersebut, xavier sedang tidak ada. Ia ada meeting mendadak menggantikan daddynya.

Apakah ini juga termasuk rencana daddynya? Sialan xavier tidak menyadari hal itu.

Arvan melajukan mobilnya kencang menembus hujan yang sangat lebat. Ia sangat khawatir pada kaylan saat ini.

.
.
.
.
.
Kalian cepet bangett menuhin tantangannya😭

Terima kasih vote and komennya💛💛💛💛

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang