💛 8

33.7K 2.9K 28
                                    

.
.
.
.
Happy Reading 💛

Mobil mewah terparkir rapih dengan bodyguard yang berbaris menyambut kedatangan pria dewasa dengan wajah dinginnya. Ia berjalan angkuh langsung memasuki mansion.

Ricard Alexander, kepala keluarga yang tidak pernah lagi tersenyum sedikitpun. Dirinya benar-benar berubah. Ia selalu mengejar pekerjaannya untuk mengalihkan pikirannya itu.

Saat memasuki mansion, ia melihat bocah kecil sedang menonton televisi. Ia menatap dingin pemandangan tersebut.

Drama apa lagi yang anak itu perbuat?

Alexander berjalan mendekati sofa yang diduduki Kaylan. Ia memandang Kaylan yang masih asik menonton televisi sambil memakan buah strawberry yang diselangi dengan tawa kecilnya. Kaylan tidak menyadari kedatangan dirinnya.

"Sepertinya kau sangat bahagia?" tanya dingin Alexander. Ia sangat benci melihat senyuman itu.

Kaylan yang mendengar suara seseorang ia langsung menengok ke belakang. Siapa paman itu? Pikirnya.

Kaylan diam. Ia takut dengan tatapan seperti itu.

"Apakah kau bisu hm?" tanya Alexander tajam. Ia mendekati Kaylan, lalu mencengkram dagu kecilnya.

Kaylan kaget, ia terpaksa mendongak menatap wajah tajam orang didepannya. Mata bulatnya berkaca-kaca. Ia menatap sekeliling ruangan, kenapa tidak ada orang yang lewat? Apakah orang yang didepannya ini jahat? Pikirnya terus berputar.

"Hiks....sa_sakit." Lirihnya pelan, ia menahan sakit dagunya yang dicengkram kuat. Kaylan tidak mengerti, kenapa tiba-tiba paman didepannya ini marah padanya?

Alexander hanya menatap datar Kaylan yang sudah terisak. Ia menatap mata bulat yang berwarna hazel itu dalam. Warna itu...mengingatkannya pada istrinya. Sialan.

Ia mencengkram lebih kuat dagu kaylan tanpa sadar.

"To-tolong..paman..le-pas.."ucapnya terbata. Air mata kaylan mengalir. Ia sangat takut.

Alexander yang mendengar panggilan tersebut sadar. Kaylan memanggilnya paman? Kenapa hatinya merasa tidak enak? Bukankah ia sangat membenci bocah didepannya ini?

"Ma_maf...paman, ma-maf..hiks.." racau kaylan lagi. Sungguh ia sangat takut pada orang didepanya ini. Perlakuan seperti ini mengingatkannya pada kehidupannya dulu.

Alexander melepaskan tangannya kasar. Ia menatap datar kaylan yang masih menangis tersedu di bawah sofa. Apakah benar anak sialan ini lupa ingatan?

Alexander menatap datar kaylan sebentar lalu pergi dari ruangan tersebut. Ia tidak peduli pada kaylan.

***

Arvan keluar dari kamarnya. namun, saat ia membuka pintu kamar, ia melihat crish tangan kanan dari daddynya terburu-buru menghampirinya.

Ternyata daddynya sudah sampai. Pikirnya.

Arvan langsung mengingat kaylan yang masih berada di ruang tengah.

"Tu-tuan muda, mohon maaf tuan kecil,," kata crish terbata, dibanding dengan xavier anak sulung keluarga ini, arvanlah yang paling ia takuti.

Arvan yang mendengar hal tersebut langsung pergi terburu-buru menuju kaylan. Pasti terjadi sesuatu.

Chris menatap tidak percaya tuan mudanya itu, apakah mereka sudah baikan? Pikirnya. Tadinya ia mencari xavier namun tidak ada dimana-mana. Lalu melihat arvan yang baru keluar dari kamar ia langsung buru-buru memberi tahu keadaan kaylan karena ia tidak diperbolehkan menolong tuan kecilnya itu. Alexander mengancamnya dengan hukuman 100 cambukan jika ia menolongnya.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang