💛 18

24.4K 2.8K 163
                                    

.
.
.
.
Happy Reading 🌊


"daun yang jatuh tak pernah membenci angin~"

Kalian pernah mendengar kalimat itu?

Makna dari kata itu adalah adanya keihlasan ketika menghadapi masalah hidup. Ya, kehidupan yang kita jalani ini memang harus banyak keikhlasan apalagi ketika orang yang kita cintai pergi___selamanya...

Berbeda dengan sosok alexander yang selalu buta atau menolak hatinya ketika tuhan memberi petunjuk. Dirinya menolak keihklasan itu.

Ketukan jam terasa keras didengar dikeheningan Ruangan yang hanya sedikit pencahayaan.

Alexander menatap buku note catatan kaylan yang ia temukan. Ada bercak darah disampul catatan tersebut. Ia meremas salah satu kertas catatan itu kuat. Hatinya sakit melihat setiap tulisan kaylan yang tidak teratur.

Catatan itu selalu menyebut umur kaylan ketika ia menulisnya. Note itu dicatat sejak kaylan berumur 5 tahun, alexander tidak menyangka kalau kaylan sudah bisa menulis diumur itu.

"Huh_ sialan kenapa hatiku sakit." Desisinya masih meremas kertas tersebut.

***

Xavier dan arvin sudah duduk diruang tamu megah oma dan opanya, sedangkan kaylan dipangkuan abangnya yang masih tertidur sambil mengemut jarinya.

Suara langkah kaki terdengar jelas, terlihat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan anggun. Diana Deandra, Walupun usia omanya sudah menginjak 63 tahun. Namun, jika dilihat langsung, omanya tidak seperti umur tersebut. Bahkan keriput yang dimiliki omanya tidak seperti wanita tua pada umumnya.

"Kau xavier?" Tanya tiba-tiba omanya menunjuk xavier kemudian duduk dihadapan mereka.

"Iya oma." Jawab xavier pelan. Ini adalah pertama kalinya dirinya bertemu dengan omanya.

Omanya tersenyum. Sudah lama sekali suasana seperti ini tidak ia rasakan. Ia menatap fokus anak kecil yang dipangkuan xavier.

"Ini kaylan, yang aku bicarakan." Ucap xavier tahu maksud dari tatapan itu.

"Dia mirip sekali dengan elle," lirih omanya menatap dalam kaylan yang masih tertidur.

Xavier dan arvin ikut menatap kaylan. Ya, kaylan memang sangat mirip dengan mommynya itu.

"Kau berangkat malam ini?" Tanya tiba-tiba omanya menatap xavier, anak sulung anaknya ini sangat mirip dengan alexander, tetapi sifat dan hatinya sangat berbeda sekali. Terlihat dari tatapan tulus xavier menatap adiknya itu.

"Iya malam ini." Ucap xavier sambil mengusap surai lembut kaylan.

Omanya mengangguk, kemudian menatap arvin. Ia menghela nafas. Ia sangat tahu permasalahan keluarga anaknya itu. Dan diana sudah sangat lelah mengingatkan alexander yang tidak mendengarnya sedikitpun. Bahkan suaminya sudah bertindak keras sekalipun alexander tetap dengan pikirannya itu.

"Tidurkan adikmu terlebih dulu, kemudian kita lanjutkan obrolan ini." Perintah omanya, ia tidak tega melihat cucu bungsunya yang sedari tadi terusik.

Xavier mengangguk, ia mengangkat kaylan perlahan.

Omanya meminta maid mengantar xavier ke kamar kaylan yang memang sudah disediakan.

Xavier mengikuti maid tersebut, sambil melihat-lihat mansion megah omanya. Mansion ini__ lebih mewah dibandingkan mansion daddynya.

***

Arvin menundukkan kepalanya dalam, kemudian menatap takut omanya yang duduk didepannya.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang