💛 15

28.3K 3.2K 85
                                    

.
.
.
.

Semoga Menghibur 💛💛

Arvin berjalan masuk kedalam mansion dalam keadaan gontai. Semua ruangan gelap. Tidak ada satupun pekerja yang lewat, karena memang hari sudah sangat malam.

Ia menekan tombol lift berkali-kali,

"sialan~" umpatnya kesal.

Arvin kalah dalam balapannya, ia sangat menyesali akan hal itu. Karena baru pertama kali ini ia kalah dalam balapan seumur hidupnya.

"Sialann!" Tendangnya,

Ting

Tiba-tiba lift terbuka, terlihat kaylan dengan wajah bantalnya. Ditambah rambut yang berantakan dengan sandal bebek yang kebesaran.

Arvin yang melihat itu kaget, Ia langsung bersembunyi di balik tembok. Ia mengucek matanya untuk memastikan siapa yang baru saja keluar dari lift tersebut.

Mengapa kaylan belum tidur ditengah malam begini?

Arvin mengikuti kaylan dari belakang dengan tubuh gontai, ia masih menguasai kesadarannya. Rasa kesalnya sedikit mereda karena melihat adiknya itu.

Kaylan terus berjalan, ia menuju dapur. kemudian membuka pintu kulkas perlahan. Ia berjinjit untuk mengambil sesuatu dari dalam sana. Namun tubuh kecilnya tidak bisa menjangkaunya. Arvin terkekeh melihat itu.

"Susah~" gerutu kaylan.
Mata bulatnya mencari sesuatu. Ia berbinar melihat kursi kecil yang berada didekat kamar mandi bawah ia menghampirinya lalu mengambilnya.

"bisa!" Seru kaylan.

Arvin mengamati kaylan sedari tadi. Ia tersenyum. Ternyata adiknya mengambil susu kotak strowberry kesukaannya.

Kaylan terseyum melihat susu kotak ditangannya.
Ia langsung turun dari kursi kecil itu lalu menutup kembali pintu kulkas itu sepelan mungkin.

Malam ini xavier abangnya belum pulang, entah apa yang dilakukan abang sibuknya itu. Dirinya belum bisa tidur karena biasanya kalau kaylan akan tidur pasti abangnya itu akan mengusap-usap kepalanya agar ia cepat tertidur.

Saat memasuki lift, tiba-tiba kaylan merasa ada seseorang yang ikut masuk, ia langsung menatap orang tersebut curiga. Pakaian hitam-hitam, memakai masker, dan juga topi. Apa itu maling?

Kaylan hanya diam, berharap semoga tidak akan terjadi apa-apa. Walau hatinya saat ini sangat takut.

Lift terbuka,

Kaylan langsung buru-buru keluar. Namun, baru satu langkah dirinya berjalan tiba-tiba tangannya ada yang menarik.

"Maling! Jangan culik kay!" Teriak kaylan reflek. Ia sudah terduduk dilantai dengan menutup telinganya.

"Bisa bantu aku?" Tanya arvin pelan ia sudah tidak kuat lagi. Matanya semakin memudar karena pengaruh alkohol.

Kaylan yang mendengar pertanyaan tersebut mendongakkan kepalanya. Sepertinya ia kenal dengan suara itu.

"Kay?" Tanya arvin,

Arvin membuka maskernya, ia menatap kaylan lembut.

"Tolong bantu kekamar ya, abang mohon," mohon arvin. Ia sudah tidak kuat lagi melihat arah jalan. Matanya semakin berat.

Kaylan menatap penampilan abang kembarnya ini, apa yang telah terjadi padanya?

Kaylan mengangguk, lalu menarik tangan besar arvin abangnya, dirinya dan abangnya ini belum baikan, kaylan masih menutup hatinya untuk berdekatan dengan abangnya ini.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang