💛 7

34.2K 2.9K 17
                                    

.
.
.
.

Happy Reading 💛

Arvan terus memandang Kaylan yang sedari tadi berada di pangkuannya, ia menatap bibir mungil itu yang terus menerus menyedot dot yang sudah habis. 

Arvan menarik dot tersebut, kemudian menaruhnya. Ia menggendong kembali Kaylan.

Arvan akan menidurkan Kaylan di kamarnya.

Saat menuju kamar, ia merasa ada yang bergerak di lehernya. Arvan menjauhkan kepala Kaylan sebentar, terlihat bibir tipis Kaylan yang bergerak seperti sedang mencari sesuatu. 

Kaylan terusik, ia merasa tidak nyaman dengan tidurnya.

Arvan yang melihat itu panik, sial kenapa dirinya menjadi khawatir? Ia buru-buru menyenderkan kembali wajah Kaylan pada lehernya. Lalu berjalan kembali menuju lift agar cepat sampai kamar. 

Kaylan yang masih di gendongan Arvan menduselkan kepalanya, mulut kecilnya terus mencari sesuatu. Ia menyedot pelan leher arvan tidak sadar.

" shh, Ini pasti ulah bang xavier,,," lirih Arvan. 

Arvan masuk kedalam kamar xavier, pàsti ada pecifer di kamar abangnya itu. Ia menarik laci samping kasur. Benar dugaannya, ada banyak pecifer di laci tersebut, bahkan hampir memenuhi laci. Abangnya benar-benar merubah kaylan menjadi seperti bayi.

***

Suasana dapur sangat ramai, karena para maid barlalu lalang menyiapkan sarapan pagi.

Xavier mengehela nafasnya berat. Hari ini adalah kepulangan daddynya dari milan, dion sudah memberitaunya semalam.

Semoga daddynya itu tidak  menyikasa lagi adiknya. Xavier tidak akan membiarkan adiknya terluka lagi, ia tidak akan tinggal diam.

Xavier berjalan menuju kamarnya hendak membangunkan adiknya, ia menatap kasur besarnya. Kemana lagi adiknya itu? Xavier mengehela nafas, ia belum tidur dari semalam karena mengerjakan laporan yang menumpuk dari seminggu lalu. Dirinya sangat lelah. 

Xavier keluar kamar hendak mencari Kaylan, namun saat keluar, Xavier tersentak tiba-tiba arvan adik kembarnya sudah ada didepan pintu kamar yang menatap dirinya datar.

"Kaylan ada dikamarku, kau istirahat saja." ucapnya dingin, lalu pergi meninggalkan Xavier.

Xavier diam, baru kali ini mendengar lagi suara adik kembarnya itu. Sedari dulu mereka jarang mengobrol dan juga bertemu. Wajar jika ada kejanggungan didalamnya. Ditambah selisih umur mereka yang cukup jauh. Xavier berumur 30 tahun, sedangkan adik kembarnya itu 21 tahun. Karena memang mommynya dulu cukup sulit untuk bisa hamil.

"Ck, bocah itu bisa-bisanya dia memanggilku seperti itu." decak Xavier menatap kepergian Arvan.

Xavier kembali masuk kamar, ia akan tidur sebentar. Semoga Kaylan nyaman dengan adik dinginnya itu. Ia senang akhirnya Arvan berdekatan dengan kaylan. Tinggal daddy dan adik kasarnya itu. 

***

07.00

Arvan berjalan mendekati tempat tidurnya, ia menatap Kaylan yang masih tertidur pulas sambil menghisap pecifer, pipi bulatnya terus bergerak-gerak.

"Hey bangun." ucap Arvan datar sambil mengusap pipi bulat Kaylan. Kenapa pipi ini sangat berisi? Dulu yang ia tau Kaylan sangat menjaga porsi makannya agar tidak terlihat gemuk. Sekarang sangat berbeda, orang yang didepannyanya ini seperti bukan Kaylan yang ia kenal.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang