💛 17

28K 2.9K 113
                                    

.
.
.
.
Semoga Menghiburrr💛💛

Semilir angin malam berhembus kencang, membuat hawa sekitar terasa sangat dingin. Seorang pria berdiri dibalkon kamarnya dengan pakaian santainya.

Xavier menghembuskan rokoknya kasar, ia masih teringat dengan ucapan daddynya tadi. Setelah berpikir lama, jalan satu-satunya adalah menitipkan kaylan pada opa dan omanya. Daddynya pasti tidak berani pada opa dan omanya itu.

Sudah lama sekali keluarganya tidak memberi kabar pada opa dan omanya itu. Lantaran daddynya selalu menjauhkan anak-anaknya pada opa dan omanya semenjak kejadian dulu. Ditambah xavier memang tidak dekat dengan opa dan omanya karena dari kecil ia sangat sibuk dengan pendidikannya.

Xavier akan membawa kaylan pada opa dan omanya untuk sementara, setelah itu ia akan pergi kelondon untuk menyelesaikan pekerjaannya lalu kembali lagi ke indonesia. Jika membawa kaylan pasti akan sangat berbahaya, xavier yakin jika daddynya tidak akan tinggal diam. Ditambah dirinya sudah membantahnya tadi.

Xavier membaca pesan dari arvin diponselnya, bisa-bisanya ia membawa kaylan tanpa mengabarinya dulu. Xavier masih belum percaya pada adik kembarnya itu. Karena memang arvin dan daddynya lah yang paling parah menyiksa kaylan dulu.

Xavier melihat arloji ditangan kanannya, sudah jam 11 malam. Ia tahu tempat dimana arvin dan kaylan berada. Karena saat ia tahu kalau kaylan pergi bersama arvin, ia langsung menyuruh dion untuk melacak keberadaan mereka.

Xavier menghembuskan asap rokoknya lagi, untuk menjadi anak pertama tidaklah gampang. Sejak kecil dirinya harus selalu terlihat sempurna dalam hal apapun. Apalagi peraturan dari daddynya itu, walau dulu sangatlah keras tetapi masih ada kasih sayang pada anak-anaknya. Berbeda dengan sekarang.

Xavier mengambil hoodie di lemari kamarnya, ia akan menjemput kaylan. Xavier sangat khawatir pada adiknya itu.

***

Setelah menempuh jarak 1 jam setengah akhirnya xavier sampai dimana kaylan dan arvin berada. Ia menatap sekelilingnya. Xavier baru tahu kalau ada villa indah ditengah hutan seperti ini, ditambah deburan ombak yang bisa didengar sampai villa.

Saat ia akan memasuki pintu villa, xavier mendengar suara isakan. Ia sangat mengenali tangisan itu.

"Hiks..kenapa da-daddy membenci kay..."

Xavier langsung membuka pintu villa tersebut, mengapa adiknya menyebut daddynya? Apa telah terjadi sesuatu? Atau dia yang salah dengar?

"Siapa yang kau sebut membencimu?" Tanya datar xavier. Ia menatap tidak suka kedekatan mereka yang sudah akrab.

Arvin memundurkan wajahnya, begitupun dengan kaylan, ia memutar kepalanya karena suara itu, ia sangat mengenalnya. Mereka menatap kaget kedatangan orang didepannya.

"Bang vier! Hiks.." seru kaylan diselangi tangisnya. Ia merentangkan tangannya meminta gendong ke abangnya itu.

Xavier mendekati kaylan lalu merebut paksa adiknya. "Kenapa belum tidur hmm?" Tanya xavier pelan sambil mengusap mata kaylan yang basah.

Kaylan memeluk leher xavier erat, tangisannya masih belum reda.

Xavier menatap arvin tajam, bisa-bisanya ia melanggar janjinya.

"Tidur ya," ucap xavier sambil mengusap rambut halus kaylan.

Kaylan hanya diam, tangisnya sudah sedikit mereda. Ia masih menyembunyikan wajahnya didada bidang abangnya.

"Kamar tidur ada dilantai atas, pintu berwarna hitam," ucap arvin setelah melihat tatapan abangnya itu.

Xavier langsung pergi dari ruangan tersebut ia akan menidurkan kaylan terlebih dahulu, baru berbicara pada adik kembarnya itu.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang