💛 28

12.7K 1.7K 46
                                    

.
.
.
.

Happy Reading 🍓

Arvan tersenyum melihat Kaylan yang masih tertidur dipangkuannya. Ditambah buah yang tadi masih diemut adiknya pelan sedari tadi.

Teman-teman Arvan yang melihat pemandangan tersebut menggigit dalam bibirnya. Perhatian mereka tertuju pada sosok kecil yang berada dipangkuan Arvan saat ini.

"Dia benar-benar seperti bayi," bisik Hansel pada Calvin.

Calvin yang mendengar itu mengangguk. Kaylan memang menggemaskan. Ditambah pipi bersemu  yang menambah kesan bayi padanya. Ia jadi ingin memiliki adik seperti itu.

Seseorang menatap dalam anak kucing yang berada dipangkuan temannya. Ia tersenyum smirk. Sangat menarik. Dirinya tidak pernah merasakan rasa penasaran seperti saat ini. Ia ingin memilikinya.

"Hilangkan pikiran anehmu itu Zack," tegur Arvin datar. Jangan sampai teman psikopatnya itu mencoba mendekati adiknya.

Zack yang mendengar itu menatap datar balik Arvin. Dirinya tidak menyukai larangan. Zack Wasley, anak tunggal keluarga Wasley yang cukup  berpengaruh di dunia politik. Dirinya tidak memiliki rasa takut sedikitpun pada sikembar. Ia hanya menghormatinya.

Arvin langsung menghampiri Arvan, ia sudah tidak sabar bertemu adiknya.

"Dia sudah lama tertidur?" Tanya Arvin menatap Kaylan yang terlihat pulas.

Arvan mengangguk, hari ini Kaykan cukup banyak tertidur. Tidak seperti biasanya.

Tiba-tiba Arvin menarik buah yang masih diemut pelan Kaylan. Ia ingin mendengar suara lembut adiknya saat ini juga.

Arvan yang melihat itu menatap kembarannya kaget. Jika Kaylan dipaksa untuk bangun pasti akan menangis. Moodnya sangat buruk jika tidurnya diganggu seperti itu. Ditambah, sebentar lagi kuliahnyaa akan dimulai.

Kaylan yang merasakan tidurnya terganggu membuka mata bulatnya perlahan. Ia menatap sayu sekelilingnya.

"Jangan ganggu kay," ucap Kaylan pelan memeluk Arvan. Lalu menyembunyikan wajahnya didada bidang abangnya.

"Hiks, mau pulang." ucapnya menatap Arvan berkaca-kaca. Air matanya sudah mengalir perlahan kebawah.

Arvan yang mendengar itu menghela nafas. Ingin rasanya ia memukul kepala kembarannya itu.

"Sebentar oke, kuliah abang baru akan mulai baby," ucap Arvan mengusap pipi berisi Kaylan.

Teman-teman Arvan dan Arvin menyaksikan tingkah Kaylan sedari tadi. Sangat lucu. Mereka masih merasa aneh melihat teman dinginnya itu berbica panjang dan lembut seperti itu.

Arvin yang melihat itu mengusap rambut halus Kaylan. Ia senang mendengar tangisan itu. Sangat menghibur.

"K-kay mau tidur hiks..." ucap Kaylan lagi sambil menyingkirkan tangan yang menusuk pipinya. Ia menoleh, lalu menatap garang orang didepannya.

"Jangan ganggu! Hiks..," sentaknya.

Arvan yang merasakan tangisan Kaylan semakin kencang mengusap punggung adiknya pelan.

"Sutt, minum susu oke," ucap Arvan sambil menunjukkan botol susu dari tas kecil khusus perlengkapan adiknya.

Kaylan menggeleng, ia tidak mau apapun saat ini.

"Arvin cukup." Arvan menatap dingin kembarannya yang sedari tadi memainkan pipi Kaylan. Benar-benar tidak tahu kondisi sekali.

"Hiks,hiks, Kay mau pulang. " ucap Kaylan memeluk kembali abangnya erat.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang