💛 24

17.5K 2.3K 36
                                    

.
.
.

Happy Reading 💛


Kaylan menatap punggung daddynya yang akan meninggalkannya. Entah kenapa hatinya meminta untuk mengejar daddynya saat ini juga.

Kaylan mengusap air matanya sebentar, lalu berlari mengejar daddynya yang tidak jauh dari pandangannya.

"Dy, da-daddy...hiks..." ucap Kaylan dengan tangisannya sambil menahan lengan besar daddynya.

Alexander langsung Membalikkan tubuhnya, ia menatap Kaylan yang sudah meneteskan air matanya.

"Daddy...hiks..." isak Kaylan.

Alexander yang melihat itu mensejajarkan tubuhnya dengan kaylan, lalu memeluk tubuh kecil itu erat. Alexander tidak mau melihat air mata itu terjatuh lagi.

"Ma-maaf," bisik Alexander, tidak terasa air matanya sudah turun.

Kaylan membalas pelukan daddynya, tangisannya semakin kencang. Hangat, itu yang ia rasakan saat ini. Sama halnya dengan Alexander rasakan.

***

Arvan menatap sekelilingnya, kemana adiknya berlari? Sialan! Ia kehilangan jejak adiknya saat ini.

Ia terus menelusuri setiap rak, tetapi nihil. Arvan buru-buru mengambil ponselnya karena sedari tadi berbunyi.

'Kaylan bersamamu?' Tanya seseorang lewat ponsel.

Arvan terdiam, ia harus menjawab apa pada adiknya ini.

'Arvan! Jawab!' Bentak Arvin tanpa sadar.

"Aku sedang mencarinya, bersabarlah," jawab Arvan sambil menatap sekelilingnya.

'Sialan! Apa yang telah terjadi?!' bentak Arvin lagi.

'Dimana kau?' Tanya Arvin buru-buru.

"Mall opa," jawab Arvan yang masih menelusuri sekeliling.

Arvan Menghela nafas setelah Arvin mematikan ponselnya sepihak.

Tidak lama kemudian, dapat dilihat Arvin yang buru-buru menghampirinya. Cepat sekali dia sampai. Pikir Arvan heran.

"Bodoh! Kenapa bisa sampai hilang!" Bentak Arvin menatap tajam Arvan.

Setelah jam kuliahnya habis, Arvin hendak mengajak Kaylan pergi jalan-jalan. Akan tetapi saat opanya mengatakan kalau Kaylan sedang bersama kembaranya, ia langsung buru-buru menghubungi kembarannya itu.

Arvan diam, ia malas untuk menjawab jika adiknya sedang seperti ini.

"Diamlah, kita cari bersama," ucap Arvan meninggalkan Arvin yang sedari tadi menatap tajam dirinya.

Arvin menghela nafas, dirinya benar-benar khawatir pada adiknya saat ini.

Arvin berjalan menelusuri ujung rak cukup lama , terlihat orang-orang berbisik sambil menatap kearah rak mainan.

Arvin mendekat, ia menatap kaget pemandangan didepannya. Kaylan dan daddynya? Mengapa adiknya menangis dipelukan daddynya?

Arvin menatàp dingin pemandangan didepannya, ia mengepalkan tangannya kuat.

"Sialan! Apa yang kau lakukan?!" Bentak Arvin sambil menarik baju daddynya kasar. Ia tidak bisa menahan amarahnya saat ini. Apalagi melihat Kaylan yang menangis pilu seperti itu.

Alexander yang merasakan tarikan itu melepaskan pelukannya dengan Kaylan. Ia menoleh kebelakang.

Bugh!

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang