💛 21

22.4K 2.8K 149
                                    

.
.
.
.
Happy Reading 💛

Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan jantung berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hati senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika, dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.

Suara gemuruh petir terdengar keras didengar.

Malam ini ditemani dengan malam yang sangat gelap. Tidak ada bulan ataupun bintang yang muncul.

Suasana mansion Alexander saat ini sangat kacau, banyak bodyguard yang tumbang karena perkelahian yang terjadi.

Alexander menatap sekumpulan orang didepannya tajam, ia tahu orang-orang ini. Terlihat dari tanda seragam yang dipakai. Apakah ayahnya yang mengirim mereka?

Alexander tersenyum, berarti saat ini kaylan sedang bersama ayah dan ibunya?

Alexander menekan tombol darurat disamping meja kerjanya berkali-kali sambil memegangi pistolnya kuat.

Dor!
Dor!

Pertempuran diruang sempit itu sudah dari tadi. Alexander sedikit kesulitan menghadapi pengawal yang cukup banyak itu. Sialan, kemana para bodyguard disini. Dan dimana asistennya itu?

Dor!

"Shh" ringis Alexander memegangi perutnya. Alexander mengganti buru-buru pelurunya lagi. Lalu menembak brutal para pengawal didepannya yang semakin mendekat. Sialan, sejak kapan pengawal ayahnya ini semakin kuat?

Alexander hendak mengambil senjata lain dilaci mejanya. namun tangannya ditembak tiba-tiba. Dirinya__ sangat terpojokkan.

Barang-barang disekitar ruangan tersebut banyak yang sudah hancur. Sangat berantakan. Ada sekitar 30 pengawal yang menyerangnya saat ini.

Tim yang saat ini bersama caesar adalah tim satu, yaitu tim terkuat yang dipimpin langsung pasukan militer terkuat di meksiko. Caesar tidak ingin kejadian dulu terulang kembali. Dimana dirinya kalah dari anaknya sendiri. Sangat memalukan sekali.

"Kau tidak sekuat dulu," kekeh caesar menatap anaknya yang sedang kesulitan. Ia berjalan mendekati anaknya itu.

Caesar baru muncul diruangan Alexander. saat sampai dimansion tadi, caesar langsung membagi timnya dan juga mencari keberadaan arvan. Saat ini arvan sudah dibawa kerumah sakit miliknya.

"Kau__sangat menjijikan ricard." Lirih caesar menatap dingin Anaknya penuh kekecewaan, lalu ia membalikkan tubuhnya. Pergi meninggalkan ruangan yang sangat kacau saat ini.

Alexander menatap kepergian ayahnya. Ia mengepalkan tangannya kuat. Sialan dirinya kalah_

***

Kaylan memandangi wajah arvin sedari tadi sambil memakan buah strawberry yang tadi omanya antarkan, tadi omanya datang sambil membawa beberapa cemilan untuknya dan juga susu dalam botol kesukaannya. Akan tetapi, omanya pergi lagi karena ada urusan.

"Abang arvin?" Seru kaylan sedikit keras, dirinya melihat abangnya yang mulai membuka matanya perlahan.

Arvin merasakan kehangatan saat mendengar suara lembut familiar itu. Terlihat wajah kaylan yang dekat dengan wajahnya menatap khawatir.

"Kenapa abang sakit?" Tanya kaylan pelan mengedipkan mata bulatnya. Kaylan merasakan kesepian sedari tadi. Ternyata, jika tidak ada abangnya ini, ia tidak memiliki teman untuk diajak main.

Arvin yang mendengar pertanyaan dari adiknya tersenyum. Rasa sakit didadanya sudah tidak terasa lagi. Arvin berusaha bangun dari tidurnya lalu menyenderkan tubuhnya dikepala ranjang.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang