💛 26

13.5K 1.8K 45
                                    

.
.
.
.

Semoga menghibur 🌊


"Kay, Kay bukan Kaylan Edbert Alexander__"

Sekitar ruangan langsung senyap, mereka melirik satu sama lain setelah mendengar ucapan Kaylan.

"Hahahahaha," tawa Arvin tiba-tiba menggelegar sambil memegangi perutnya. Apakah adiknya sedang membuat lelucon?

"Kalian pasti tidak mempercayai Kay, Kaylan Saputra itu nama Kay." ucap Kaylan menatap satu persatu keluarganya. Ah, tatapan mereka mengapa seperti itu?

"Kau sedang bercanda?" tanya Arvan datar.

Kaylan menggelengkan kepalanya. Dirinya sedang serius, bahkan tangannya gemetar karena takut akan tatapan keluarganya saat ini.

"Maaf telah membohongi kalian, kalian boleh mengusir Kay saat ini. Tapi, ta-tapi apakah boleh untuk malam ini Kay bersama kalian?" ucap Kayaln mengusap air matanya yang menetes tiba-tiba. Hatinya terasa sakit lagi. Bagaimanapun, keluarga inilah yang memberikan dirinya kasih sayang yang ia impikan sedari dulu.

Kaylan melipat kaki kecilnya disofa yang saat ini ia duduki. Lalu menyembunyikan kepalanya.

"Ma-maaf, maaf...hiks" lirih Kaylan, ia tidak mau melihat tatapan dingin keluarganya saat ini.

"Maaf Kaylan telah berbohong...hiks."

Xavier yang melihat adiknya gemetar langsung mengangkat Kaylan kepangkuannya. Ia menatap khawatir adiknya saat ini.

"Berhentilah menagis Kay," ucap Xavier mengusap air mata Kaylan. Adiknya sudah banyak menangis hari ini.

"Abang tidak mempercayai Kay?" tanya Kaylan menatap Xavier abangnya.

Xavier menghela nafas. Ada apa dengan adiknya? Kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu?

"Turunkan Kay," ucap Kaylan menundukkan wajahnya lagi. Ia sudah yakin pasti keluarganya tidak akan mempercayainya.

Kaylan berontak dari pangkuan abangnya.

Diana yang melihat itu mendekati Kaylan, lalu menarik kedua tangan kecil Kaylan.

"Kau bukan Kaylan?" tanya Diana menatap Kaylan lembut. Ia akan mengikuti ucapan Kaylan saat ini.

Kaylan menatap omanya cukup lama. Apakah omanya mempercayainya?

Kaylan mengangguk.

"Kay tidak tahu kenapa jiwa kay berada disini. Kay bukanlah dari keluarga ini oma. Du-dulu, kay selalu membantu ibu kay berjualan setiap hari untuk mendapatkan uang. Saat itu Kay memiliki sakit Maag yang sering Kay tahan. Te-tetapi, semenjak Kay berada disini Kay tidak merasakan sakit itu. Oma, oma percaya kan?"

Arvin yang mendengar Kaylan terus berbicara sedari tadi mengepalkan tangannya kuat. Didepannya bukan adiknya? Lelucon macam apa itu?!

Brak!

"Lalu, dimana adikku saat ini?" tanya Arvin menatap tajam Kaylan yang masih meneteskan air matanya sedari tadi. Arvin menatap mata cantik adiknya, tidak ada kebohongan didalamnya. Apakah semua ucapan barusan benar?

Kaylan menggeleng, ia juga tidak tahu dimana Kaylan asli saat ini.

Arvin menggeram. Apakah maksud dari semua ucapan adiknya jiwa mereka tertukar? Tidak masuk akal sekali!

"Maaf, hiks ma-maaf..." isak Kaylan semakin kencang. Kaylan memegang baju bagian dadanya. Dadanya sakit.

"Kaylan! Berhentilah hey." tegur Xavier memeluk erat adiknya. Ia benar-benar tidak suka adiknya seperti ini.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang