💛 16

27.2K 3.1K 141
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading 🍓🍓🍓

Angin berhembus pelan, menggoyangkan tumbuhan sekitar yang menenangkan. Burung-burung berkicau indah dilangit senja yang nyaman untuk dipandang.

Arvin menatap kaylan yang sedari tadi menatap takjub sunset dari balkon vila. Karena vila tersebut dekat dengan pantai yang memang arvin desain sendiri.

"Kau senang hm?" Tanya arvin mengusap rambut kaylan yang terbang terkena angin.

Kaylan mengangguk, rasa sedihnya sudah tergantikan.

Arvin mengambil buah strowberry yang tadi ia bawa dari mansion, lalu memberikannya pada kaylan.

Kaylan menatap buah tersebut lalu menatap abangnya, apakah ia sudah memaafkan abangnya ini? Entahlah kaylan tidak mengerti.

"Terima kasih," ucap kaylan pelan sambil memakan lahap buah tersebut.

Arvin tersenyum lalu mengangkat kaylan kegendongannya ia akan mengajak kaylan berjalan-jalan dipinggir pantai. Karena memang hari juga sangat mendukung.

Saat sudah sampai dipantai, kaylan berontak dari gendongannya. Ia ingin merasakan pasir itu dikakinya.

"Kay ingin turun," ucap kaylan berontak dari gendongannya.

"Sebentar kay," tegur arvin, karena memang pasir yang saat ini masih kasar.

Arvin menurunkan kaylan dari gendongannya, membiarkan kaylan berlari dipinggir pantai yang sepi. Hanya mereka berdua dipantai itu.

Matahari semakin terbenam, menandakan hari akan berganti. Arvin menatap kaylan yang sedari tadi memainkan pasir disekitarnya dengan tawa kecilnya.

"Kay, sudah ya." Ucap arvin sambil menarik mainan adiknya itu.

Kaylan langsung menatap abangnya tidak suka, ia masih ingin bermain. Ini adalah pertama kalinya ia berada ditempat indah seperti ini.

"Tidak mau." Jawab jutek kaylan lalu menarik skop mainan ditangan abangnya.

Arvin menghela nafas, harus memakai cara apa agar adikanaya ini menurut.

"Abang akan membelikanmu mobilan baru jika kau menurut,"ucap arvin

Kaylan yang mendengar nama mainan itu langsung menoleh, mata bulatnya menatap arvin penuh kecurigaan.

Arvin yang dipandang seperti itu terkekeh, ingin rasanya ia memakan pipi merah adiknya itu.
"Abang tidak berbohong,"ucap arvin lagi.

"Kalau kau tidak ingin pergi, yasudah abang duluan," ucap arvin lagi lalu ia berdiri dari jongkoknya, berjalan menjauhi kaylan perlahan.

Kaylan yang ditinggalkan abangnya berusaha biasa saja, tempat tinggalnyakan dekat dari sini. Untuk apa ia takut? Pikir kaylan, lalu melanjutkan lagi galian pasirnya.

Setelah beberapa menit,
Hari mulai menggelap, menandakan malam tiba. Kaylan menatap sekelilingnya. Sepi sekali. Kaylan berdiri dari duduknya. Ia harus pulang.

Kaylan berlari menjauhi pantai, kemana pergi abangnya? Mata bulatnya menelusuri sekitar.

"A-abang arvin?" Ucap kaylan ragu, tempat tinggalnya sedikit lagi sampai. Namun kaylan ragu melewati gubuk didepannya yang gelap.

Kaylan memegang ujung bajunya erat. Ia melanjutkan langkahnya perlahan.

'Kaylan~' tiba-tiba terdengar suara bisikan saat kaylan mulai mendekati gubuk tersebut.

"A-abang?" Kaylan yakin dengan suara bisikan itu. Ia melanjutkan lagi jalannya ragu.

"Dor!"

"Aaa setann!!" Jerit kaylan kaget, tubuhnya terhuyung kebelakang.

Remove Wounds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang