Transfer 15 [Bonds (II)] rev.

9K 456 33
                                    

"Jadi begitulah, Ruko. Aku tak pulang dan tak bisa online hari ini. Beritahu Flamia dan Chiaki aku minta maaf karena tak bisa bersama mereka."

"(Buu.. baiklah, mau bagaimana lagi kalau begitu, tapi jika Onii-chan ketahuan merayu gadis lagi, aku, tidak, kami tak akan memaafkanmu. Apakah 3 orang gadis cantik tak cukup menjadi pemuas nafsumu?)"

Kuro langsung tersenyum pahit.

Seberapa mesum dirinya di mata mereka bertiga? Kuro sangat penasaran karena jika diingat ingat, dia jarang sekali meminta terlebih dahulu.

"Aku tak akan melakukan itu. Sekali kali percayalah kepadaku."

"(Tapi aku tak bisa melakukannya)"

"Guhh!!!"

Jawaban yang tanpa ragu merupakan pukulan berat.

"(Onii-chan lupa kalau sudah memiliki tunangan secantik diriku, tapi masih merayu Chiaki. Yah.. aku masih merasa wajar karena kalian teman masa kecil, tapi Onii-chan tak lupa tel-)"

"Aku mengerti. Aku mengerti" potong Kuro. "Aku tak bisa dipercaya, tapi bisakah kau mengungkit semua itu. Jujur saja aku tak kuat lagi."

Kuro menjerit dalam hati. Dia sangat ingin tahu apa yang dipikirkan mereka. Selain tak bisa dipercaya dan mesum, apa lagi dirinya di mata mereka bertiga?

"(He he he.. tapi kami mengerti keadaan Onii-chan, jadi jangan kawatir.)"

Kuro tersenyum kecil. Dia sedikit merasa lega.

"Ya, aku tahu itu dan aku senang bisa bersama kalian."

"(...ngomong ngomong apa ada yang terjadi di antara kalian berdua?)"

"Maksudmu Chiaki?"

"(Ya. Beberapa hari ini dia selalu tak terlihat bersemangat dan murung. Apakah Onii-chan tahu sebabnya?"

Kuro tak langsung menjawab.

Setelah hari itu, hubungan Kuro dan Chiaki sedikit merenggang, tapi bukan berarti hubungan mereka putus dan justru baik baik saja. Mereka masih bermesraan dan bercinta seperti biasa, tapi hawa dingin terasa dalam setiap kali mereka melakukannya.

Dia masih marah. Itulah yang Kuro tahu.

".....aku tak terlalu tahu. ...tapi jangan kawatir. Dia memang selalu seperti itu jika sedang ngambek. Kau ingat kejadian dulu dulu kan?"

"(Hmm.. itu benar, tapi aku tetap kawatir.)"

"Aku juga kawatir, tapi percayalah. Dia akan segera ceria lagi seperti biasa. Kita tahu seperti apa dia kan?"

"(Unn.. baiklah. Aku menyerahkan masalah ini kepada Onii-Chan. Kalau begitu sudah dulu, selamat malam.)"

"Selamat malam, ........Hime."

Setelah itu sambungan terputus.

Kuro mendesah kecil lalu melihat pemandangan kota dari beranda rumah Mea. Pemandangan kota yang ramai dan menyilaukan, tapi suasana begitu sepi.

Dia sedikit merasa bersalah, tapi tak ada yang bisa dia lakukan. Tidak, dalam hal ii lebih tepat jika belum tahu apa yang harus dia perbuat.

Dia melirik ke arah langit. Langit yang tertutup awan dan cahaya rembulan yang gelap seolah mewakili perasaannya saat ini.

(......Hm? Kenapa aku memanggil Ruko dengan sebutan Hime?)

Dia sekali lagi mendesah. Dia tak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini.

Rumit dan begitu tak nyaman. Itulah yang dia rasakan.

[..itulah caraku mencintaimu, Kuro-chan..]

Celestial Soul Online [End]Where stories live. Discover now