CITRANGGADA & WICITRAWIRYA

9.8K 207 6
                                    

Citrānggada adalah putera sulung pasangan Raja Santanu dan Satyawati dalam wiracarita Mahabharata. Wicitrawirya lahir sebagai putra bungsu dari pasangan Prabu Santanu dengan Dewi Satyawati.

Semenjak Bisma mengucapkan sumpah bahwa ia tidak akan menikah dan meneruskan tahta Hastinapura, Citrānggada menjadi raja menggantikan ayahnya dan pemerintahannya berhasil.

Saat Citrānggada naik tahta, Hastinapura merasakan ketentraman, khususnya bagi Satyawati, namun hanya sesaat. Tanpa diduga, petaka muncul di Hastinapura. Surat tantangan diberikan oleh seorang raja gandarwa yang juga bernama Citrānggada. Ia marah karena merasa dua raja dengan nama yang sama tidak mungkin akan hidup bersama dalam satu zaman, maka ia berpikir bahwa salah satu di antaranya harus mati.

Citrānggada putera Santanu menerima tantangan tersebut. Setelah itu, meletuslah pertempuran antara Citrānggada manusia dengan Citrānggada gandarwa di "medan Kuru" atau Kurukshetra.

Setelah pertempuran besar terjadi selama tiga bulan, Citrānggada putera Santanu gugur dan kekuasaannya digantikan oleh adiknya, Wicitrawirya.

Sebelum wafat, Citrānggada belum menikah sehingga tidak memiliki keturunan.

Ketika Citrānggada gugur di usia muda dalam suatu pertempuran dan sesuai dengan tradisi, maka Wicitrawirya menggantikan kekuasaannya. Pada waktu itu usia Wicitrawirya juga masih muda.

Karena Wicitrawirya masih muda untuk melanjutkan pemerintahan maka ia dibantu oleh saudara tirinya Bisma. Citrawirya menjadi raja tapi sakit-sakitan. Satyowati takut kalau Citrawirya juga meninggal sebelum punya anak. Maka, Bisma berangkat melamar tiga putri Kasi bernama Amba, Ambika, dan Ambalika untuk adik tirinya itu. Tapi Amba menolak menjadi istri Citrawirya dan ingin menjadi istri Bisma. Bisma menolak karena sudah bersumpah hidup membujang.

Dalam serial Mahabharata ANTV Wiciitrawirya digambarkan sebagai pangeran dan raja yang tidak kompeten, karena suka mabuk mabukkan dan sangat dimanja oleh ibunya.

Citrawirya menikahi Ambika dan Ambalika, tapi ia tetap saja meninggal sebelum kedua istrinya hamil. Satyowati menyesali keserakahannya dan meminta Bisma mencabut sumpah supaya bisa menjadi raja. Bisma menolak. Maka kemudian Satyowati pun memanggil anak pertamanya yang bernama Wyasa untuk menyambung darah Barata.

Dulu sebelum menikah dengan Raja Sentanu, Satyowati pernah menderita penyakit amis dan disembuhkan oleh brahmana bernama Parasara. Mereka kemudian menikah dan lahirlah Wyasa.

Satyowati mengundang Wyasa untuk memberi restu kepada kedua janda Citrawirya agar mereka bisa mengandung.

Kedua janda Wicitrawirya Ambika dan Ambalika akan menyelenggarakan upacara Putrotpadana untuk memohon anak, dan upacara tersebut dipimpin oleh Resi Byasa. Sebelumnya, Byasa menyuruh agar kedua janda tersebut mendatanginya sendirian untuk melakukan ritual suci tersebut.

Pertama Ambika datang. Namun karena ia takut, maka selama proses ritual ia menutup matanya. Lalu Byasa berkata bahwa kelak anaknya akan terlahir buta. Anak tersebut diberi nama Drestarastra.

Kemudian Ambalika datang. Namun karena ia takut, maka selama proses ritual wajahnya pucat. Lalu Byasa berkata bahwa anaknya akan terlahir dengan muka pucat sebagai penderita anemia dan tidak cukup sehat untuk memerintah kerajaan. Anak tersebut diberi nama Pandu.

Atas permohonan Dewi Satyawati, Byasa menyuruh agar salah satu dari mereka menghadap kembali supaya Byasa bisa melakukan ritual lagi dan anak yang sehat bisa lahir. Ambika dan Ambalika menyuruh salah satu dari pelayannya untuk menghadap. Pelayan tersebut sangat tenang pada saat proses ritual dan anak yang akan dilahirkan tidak cacat, meski pincang sedikit. Anak tersebut kemudian diberi nama Widura.

Ketiganya kemudian dididik oleh Bisma.

Kisah Tokoh Tokoh MAHABHARATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang