GANDARI - Ibu Kurawa

13K 209 5
                                    

Gandari dalam Mahabharata adalah puteri Subala, Raja Gandhara (pada masa sekarang disebut Kandahar), yaitu wilayah yang meliputi Pakistan barat daya dan Afganistan timur, dan namanya diambil dari sana.

Gandari (atau Gandhari) mempunyai tiga orang saudara dan salah satunya bernama Shangkuni yang mengikutinya pergi ke daerah Bharat, India (Hastinapura).

Sebagai putri raja Gandhara dia berharap dipersunting oleh Pandu, Sang Maharaja Hastinapura, akan tetapi oleh Bisma dia diberikan kepada saudaranya Pandu yakni Drestarastra yang buta.

Pandu lebih memilih Kunti sebagai permaisurinya, putri Prabu Basudewa yang telah diambil anak angkat oleh Prabu Kuntiboja.

Ada rasa sakit hati dalam hati Gandari yang tadinya berharap menjadi permaisuri seorang maharaja, kemudian menjadi istri dari seorang buta saudara sang raja. Dia makin sakit hati kala Pandu menurut saja disuruh Bhisma mengambil Madri, putri raja Mandrapati sebagai istri kedua. Pada saat itu seorang raja jamak beristri dua atau tiga untuk menjamin kelanggengan sebuah dinasti.

Gandari menikahi Dretarastra, pangeran tertua di Kerajaan Kuru. Setelah Gandari menikah dengan dia memutuskan untuk menutup matanya dengan secarik kain dan bersumpah untuk hidup dalam kegelapan sebagaimana suaminya.

Adik bungsu Gandari yang bernama Sangkuni ikut tinggal bersama mereka untuk menjaga Gandari.

Suatu hari Resi Abiyasa datang mengunjungi Gandari di Hastinapura. Gandari melayani Resi Abiyasa sendiri, dan memastikan bahwa Resi itu tinggal di Hastinapura dengan nyaman. Resi Abiyasa merasa senang atas pelayanan Gandari dan diberikan padanya suatu anugerah. Gandari menginginkan seratus putra yang akan sehebat suaminya. Abiyasa memberikan padanya anugerah dan tak lama kemudian Gandari mengandung.

Tetapi setelah mengandung selama dua tahun, Gandari tidak juga melahirkan. Sementara itu Kunti telah melahirkan seorang putra yang bernama Yudistira.

Gandari yang frustasi memukul mukul perutnya sendiri dengan tangan sehingga akhirnya melahirkan sepotong daging keras yang tak bernyawa yang tidak berwujud bayi.

Perasaan Gandari hancur, karena dia mengharapkan untuk melahirkan seratus anak sesuai dengan janji anugerah dari Resi Abiyasa.

Saat dia bermaksud untuk membuang potongan daging yang dilahirkannya tadi, tiba tiba Resi Abiyasa muncul di hadapannya, dan bersabda,

"Anugerahku tidak mungkin tidak ternyatakan. Sediakan seratus guci yang berisi minyak murni (Ghee). Aku akan memotong daging itu menjadi seratus bagian. Potongan daging itu akan menjadi seratus anak yang selama ini kau harapkan."

Gandari kemudian berkata pada Resi Abiyasa bahwa dia juga menginginkan untuk mempunyai seorang anak perempuan.

Resi Abiyasa setuju, lalu dia memotong daging tadi menjadi seratus satu bagian dan menempatkannya masing- masing ke dalam guci berisi minyak murni yang sudah tersedia, lalu menutupnya.

Setelah menunggu dengan sabar guci guci itu siap untuk dibuka.

Gandari membuka guci pertama, dan mengambil bayi yang ada di dalamnya dan menamainya Duryudana.

Namun sayang! Segera setelah bayi mulai menangis segala binatang hutan mulai melolong dan banyak pertanda bencana alam terlihat. Semua penduduk kerajaan Kuru tercengang dan merasa kecewa, karena semua tanda-tanda itu menunjukkan bahwa bayi itu tidak menguntungkan dan akan membawa bencana bagi seluruh penghuni kerajaan Kuru.

Widura kemudian menasihati Raja dan Ratu bahwa anak itu (Duryodana) harus dibuang, karena pertanda yang terlihat tadi akan membawa kejatuhan kerajaan Kuru di kemudian hari.

Widura berkata, "Dalam kitab suci jelas tertulis bahwa untuk menyelamatkan satu keluarga, singkirkanlah satu orang. Untuk menyelamatkan sebuah desa, singkirkanlah satu keluarga, untuk menyelamatkan negeri, singkirkanlah satu desa, untuk menyelamatkan jiwa, lepaskan keduniawian. Sehingga demi kebaikan keluarga dan negeri dan seluruh umat manusia, korbankanlah anak kalian!"

Tapi Gandari dan Drestarata bersikeras bahwa seorang bayi tidak bisa menyebabkan kerusakan apapun dan bertentangan dengan keinginan Widura, mereka memutuskan untuk mempertahankan anak pertama mereka, Duryodana.

Pada saat yang sama Kunti juga melahirkan seorang bayi di hutan yang dinamakan Bima.

Bayi-bayi Gandari yang lain dikeluarkan dari dalam guci, sehingga Gandari memiliki seratus orang putra dan seorang putri bernama Dursala yang menikahi Jayadrata.

Di antara Korawa, yang terkemuka adalah Duryodana dan Dursasana, tokoh antagonis dalam Mahabharata, dan mereka semua terbunuh dalam pertempuran melawan sepupu mereka, yaitu Pandawa di Kurukshetra.

Meskipun putera-putera Gandari disebut sebagai tokoh jahat, ajaran moral yang tinggi dalam Mahabharata mengacu kepada Gandari. Ia berulang kali menasihati puteranya agar mengikuti dharma dan berdamai dengan Pandawa. Akan tetapi karena pengaruh pamannya Sangkuni-lah yang membuat para Kurawa berwatak jahat.

Gandari dekat dengan Kunti yang menghormatinya seperti seorang kakak.

Pada saat perang antara Kurawa dan Pandawa berkecamuk, satu-persatu putera Gandari gugur dalam pertempuran, hingga akhirnya hanya Duryodana yang tersisa. Takut akan kehancuran keturunannya, Gandari memberi anugerah kepada Duryodana agar puteranya tersebut mendapat kekebalan terhadap berbagai serangan musuh. Ia menyuruh agar Duryodana mandi dan setelah itu datang menemui ibunya dalam keadaan telanjang bulat.

Pada saat Duryodana pergi untuk menemui ibunya, ia berpapasan dengan Kresna yang baru saja mengunjungi Gandari. Kresna mencemooh Duryodana yang tak tahu malu karena mau menghadap ibunya sendiri dalam keadaan telanjang bulat. Oleh karena malu terhadap ejekan Kresna, Duryodana mengambil kain dan menutupi wilayah kemaluannya, termasuk paha. Setelah itu ia pergi menemui ibunya.

Ketika Duryodana tiba, Gandari langsung membuka penutup matanya dan melihat Duryodana. Pada saat matanya terbuka, sinar ajaib muncul dan memberi kekuatan kepada Duryodana. Namun ketika ia mengetahui bahwa puteranya menutupi wilayah kemaluannya termasuk paha, Gandari mengatakan bahwa wilayah tersebut tidak akan kebal oleh serangan musuh karena tidak mendapat siraman kekuatan. Prediksi Gandari menjadi kenyataan. Pada saat Duryodana bertarung dengan Bima pada pertempuran di hari kedelapan belas, Duryodana gugur perlahan-lahan karena pahanya yang tidak kebal dihantam oleh gada Bima.

Setelah pertempuran besar di Kurukshetra berakhir, Gandari meratapi kematian seratus putera-puteranya. Gandari menghujat Kresna yang membiarkan perang berkecamuk. Ia juga menyalahkan Kresna yang tidak mampu mencegah peperangan dan tidak bisa mendamaikan kedua pihak.

Kresna berkata bahwa kewajibannya adalah melindungi kebenaran, bukan mencegah peperangan. Kemudian Gandari mengutuk Kresna, bahwa keluarga Kresna, yaitu Wangsa Wresni, akan binasa karena saling membantai sesamanya. Kresna menerima kutukan tersebut dengan senyuman dan sadar bahwa Wangsa Wresni tidak akan terkalahkan kecuali oleh sesamanya.

Tiga puluh enam tahun setelah kutukan tersebut diucapkan, Wangsa Wresni melakukan pembantaian besar-besaran terhadap keluarga mereka sendiri. Mereka saling membunuh sesama. Hanya Kresna, Baladewa, dan para wanita yang bertahan hidup.

Setelah itu, kediaman Wangsa Wresni, yaitu Kerajaan Dwaraka, tenggelam ke dalam lautan dan memusnahkan jejak mereka. Kresna dan Baladewa bertapa ke dalam hutan dan moksa di sana, sementara para wanita mengungsi ke Kurukshetra.

Setelah Pandawa memenangkan pertempuran di Kurukshetra, Yudistira mendapat restu untuk menjadi raja.

Sementara itu, Dretarastra mulai menyadari umurnya yang tua dan memutuskan untuk mengembara sebagai pertapa ke dalam hutan di Himalaya. Gandari menemaininya bersama dengan saudara dan iparnya, seperti Widura, Kunti, dan Sanjaya. Di sana, tubuh Dretarastra mengeluarkan api dan membakar hutan tempat mereka tinggal. Gandari dan saudara saudaranya meninggal ditelan api tersebut.

Kisah Tokoh Tokoh MAHABHARATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang