BEGAWAN PARASURAMA

9.9K 72 2
                                    

cerita tentang Parasurama ini panjang juga lho. Part ini didekasikan buat @baby_yu yang sudah request

*********************

Begawan Parasurama  atau yang di Indonesia kadang disebut Ramaparasu, adalah nama seorang tokoh Ciranjiwin (abadi) dalam ajaran agama Hindu.

Secara harfiah, nama Parasurama bermakna "Rama yang bersenjata kapak". Nama lainnya adalah Bhargawa yang bermakna "keturunan Maharesi Bregu". Ia sendiri dikenal sebagai awatara (titisan) Wisnu yang keenam dan hidup pada zaman Tretayuga. Pada zaman ini banyak kaum kesatria yang berperang satu sama lain sehingga menyebabkan kekacauan di dunia. Maka, Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta lahir ke dunia sebagai seorang brahmana berwujud angker, yaitu Rama putra Jamadagni, untuk menumpas para kesatria tersebut.

Parasurama merupakan putra bungsu Jamadagni, seorang resi keturunan Bregu. Itulah sebabnya ia pun terkenal dengan julukan Bhargawa.

Sewaktu lahir Jamadagni memberi nama putranya itu Rama. Setelah dewasa, Rama pun terkenal dengan julukan Parasurama karena selalu membawa kapak sebagai denjatanya. Selain itu, Parasurama juga memiliki senjata lain berupa busur panah yang besar luar biasa.

Sewaktu muda Parasurama pernah membunuh ibunya sendiri, yang bernama Renuka. Hal itu disebabkan karena kesalahan Renuka dalam melayani kebutuhan Jamadagni sehingga menyebabkan suaminya itu marah. Jamadagni kemudian memerintahkan putra-putranya supaya membunuh ibu mereka tersebut. Ia menjanjikan akan mengabulkan apa pun permintaan mereka. Meskipun demikian, sebagai seorang anak, putra-putra Jamadagni, kecuali Parasurama, tidak ada yang bersedia melakukannya. Jamadagni semakin marah dan mengutuk mereka menjadi batu.

Parasurama sebagai putra termuda dan paling cerdas ternyata bersedia membunuh ibunya sendiri. Setelah kematian Renuka, ia pun mengajukan permintaan sesuai janji Jamadagni. Permintaan tersebut antara lain, Jamadagni harus menghidupkan dan menerima Renuka kembali, serta mengembalikan keempat kakaknya ke wujud manusia.

Jamadagni pun merasa bangga dan memenuhi semua permintaan Parasurama.

Pada zaman kehidupan Parasurama, ketenteraman dunia dikacaukan oleh ulah kaum kesatria yang gemar berperang satu sama lain. Parasurama pun bangkit menumpas mereka, yang seharusnya berperan sebagai pelindung kaum lemah. Tidak terhitung banyaknya kesatria, baik itu raja ataupun pangeran, yang tewas terkena kapak dan panah milik Rama putra Jamadagni.

Konon Parasurama bertekad untuk menumpas habis seluruh kesatria dari muka bumi. Ia bahkan dikisahkan telah mengelilingi dunia sampai tiga kali. Setelah merasa cukup, Parasurama pun mengadakan upacara pengorbanan suci di suatu tempat bernama Samantapancaka. Kelak pada zaman berikutnya, tempat tersebut terkenal dengan nama Kurukshetra dan dianggap sebagai tanah suci yang menjadi ajang perang saudara besar-besaran antara keluarga Pandawa dan Kurawa.

Penyebab khusus mengapa Parasurama bertekad menumpas habis kaum kesatria adalah karena perbuatan raja Kerajaan Hehaya bernama Kartawirya Arjuna yang telah merampas sapi milik Jamadagni. Parasurama marah dan membunuh raja tersebut. Namun pada kesempatan berikutnya, anak-anak Kartawirya Arjuna membalas dendam dengan cara membunuh Jamadagni. Kematian Jamadagni inilah yang menambah besar rasa benci Parasurama kepada seluruh golongan kesatria.

Di sumber lain dikisahkan bahwa, Begawan Parasurama yang aslinya terlahir Rama (beda dengan Rama suaminya Sinta/Sita di Ramayana), ia pergi melakukan tapa dan dianugerahi sebuah kapak dari Dewa Siwa/Shiva. Oleh karena itu, ia dikenal dengan Parasurama.

Ketika Parasurama bertapa, Raja Kartavirya bertamu ke tempat Jamadagni ayah Parasurama.  Tetapi kemudian Raja Kartavirya melarikan domba-domba Jamadgani karena bisa melayani ribuan orang. Raja Kartavirya kemudian  dikejar dan dibunuh oleh Parasurama. Kemudian Parasurama kembali bertapa. Anak-anak Raja Kartavirya datang balas dendam membunuh Jamadagni.

Pulang dari pertapaan, Parashurama menemukan ibunya nangis histeris dan memukul dadanya 21 kali. Maka Parasurama bersumpah untuk membunuh kaum Ksatria/kasta Kshatriya, baik bersalah maupun yang tidak bersalah.

Meskipun jumlah kesatria yang mati dibunuh Parasurama tidak terhitung banyaknya, namun tetap saja masih ada yang tersisa hidup. Antara lain dari Wangsa Surya yang

berkuasa di Ayodhya, Kerajaan Kosala. Salah seorang keturunan wangsa yersebut adalah Sri Rama putra Dasarata.

Pada suatu hari Sri Rama berhasil memenangkan sayembara di Kerajaan Mithila untuk memperebutkan Sita/Sinta putri negeri tersebut. Sayembara yang digelar ialah membentangkan busur pusaka pemberian Dewa Siwa. Dari sekian banyak pelamar hanya Sri Rama yang mampu mengangkat, bahkan mematahkan busur tersebut. Suara gemuruh akibat patahnya busur Siwa sampai terdengar oleh Parasurama di pertapaannya. Ia pun mendatangi istana Mithila untuk menantang Rama yang dianggapnya telah berbuat lancang.

Sri Rama dengan lembut hati berhasil meredakan kemarahan Parasurama yang kemudian kembali pulang ke pertapaannya. Ini merupakan peristiwa bertemunya sesama awatara Wisnu, karena saat itu Wisnu telah menjelma kembali sebagai Rama sedangkan Parasurama sendiri masih hidup.

Peran Parasurama sebagai awatara Wisnu saat itu telah berakhir namun sebagai seorang Ciranjiwin , ia hidup abadi.

Di awal kisah Mahabharata, Parashurama muncul pertama kali saat dimintai bantuan oleh Amba untuk melawan Bisma. Pertempuran antara guru dan murid ini berlangsung 13 hari. Keduanya tidak  bisa mati. Tapi Bisma mempunyai sebuah  senjata yang bisa membuat Parasurama kalah. Sebelum Bisma menggunakan senjata itu, ia dihalangi oleh dewa Siwa.

Parasurama pernah didatangi arwah orang tuanya yang menyuruhnya untuk berhenti membenci dan membunuh kaum Kshatriya. Meski tidak lagi membunuh Kaum Kesatriya  tapi  Parasurama tetap membenci kaum kesatria dan  hanya mau mengajar ilmunya pada Brahmin/Kasta Brahmana.

Parasurama selain menjadi guru Bisma, Ia yang mengajari Drona berbagai senjata sakti, dimana kemudiab Drona menjadi guru militer Pandava dan Kurawa.

Pada zaman Dwaparayuga, Wisnu terlahir kembali sebagai Kresna putra Basudewa. Pada zaman tersebut Parasurama menjadi guru sepupu Kresna"yang bernama Karna yang menyamar sebagai anak seorang brahmana. Setelah mengajarkan berbagai ilmu kesaktian, barulah Parasurama mengetahui kalau Karna berasal dari kaum kesatria. Ia pun mengutuk Karna akan lupa terhadap semua ilmu kesaktian yang pernah dipelajarinya pada saat pertempuran terakhirnya.

Kutukan tersebut menjadi kenyataan ketika Karna berhadapan dengan adiknya sendiri, yang bernama Arjuna, dalam perang di Kurukshetra. Tapi oleh Parasurama,

Karna juga diwariskan busur Vijaya/Wijaya, busur Dewa Siwa/Shiva, yang tidak kalah hebat dengan busur Gandiwa/Gandhiva milik Arjuna.

Episode 47 Serial Mahabharata ANTV diceritakan,  Di hari terakhir pendidikannya, Karna sangat ingin melayani gurunya. Karena itu dia menawarkan Begawan Parasurama yg sedang tidur di atas batu untuk tidur di pangkuannya. Tiba-tiba ada serangga menggigit kaki Karna. Meski gigitan semakin dalam & Karna semakin kesakitan, Karna tidak mau beranjak supaya gurunya tidak terganggu. Begawan Parasurama terbangun & terkejut melihat kaki Karna banyak berdarah. Beliau menyadari satu hal: "Kesabaran yg amat sangat tidak mungkin dimiliki oleh brahmana. Siapa kau?"

"Aku putra dari kasta rendah."

Begawan Parasurama menyesali mengapa Karna berbohong sebab dia sudah bersumpah hanya akan mengajari kasta Brahmana.

Karna menjelaskan selama ini orang-orang mempermalukannya dengan menggunakan kastanya.

"Andai kau membagi masalahmu denganku maka aku akan mengirimmu pada guru yg tepat. Akan datang suatu hari di mana semua ilmu pengetahuanmu akan pergi darimu."

Setelah mendengar itu, Karna tidak membela diri. Karna meminta maaf atas kesalahannya menyamakan Begawan Parasurama seperti manusia biasa. (Parasurama/Parshuram adalah titisan Dewa Wisnu) Karna masih ingin direstui sebelum pulang ke tanahnya.

"Perjuanganmu & kesalahanmu akan membimbing banyak pemuda. Ini adalah doa restuku."

Parasurama diyakini masih hidup pada zaman sekarang. Konon saat ini ia sedang bertapa mengasingkan diri di puncak gunung, atau di dalam hutan belantara.

Kisah Tokoh Tokoh MAHABHARATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang