21 | ultah wuje

39.6K 6.6K 2.6K
                                    

Buat Dhaka, rumah tangga itu adalah kerja kelompok yang mana di dalamnya, semestinya nggak ada yang gabut dan masing-masing punya skill-set yang bisa saling melengkapi.

Kenapa begitu?

Soalnya kalau ada yang gabut, otomatis lama-kelamaan, yang satunya akan ngerasa "kerja" sendirian. Kalau kerja kelompok buat project sekolah yang temporary saja bisa kerasa kayak beban sekiranya cuma kita doang yang kerja, apalagi kerja kelompok dalam pernikahan yang niatnya hanya sekali untuk seumur hidup?

Contohnya tuh macam... kalau ada masalah, yang mikirin penyelesaiannya cuma satu orang, atau kalau mau merayakan event-event penting dan memorable dalam hubungan, yang inisiatif cuma satu orang, atau perkara mengurus dan mendidik anak, tanggung jawabnya cuma berat di satu orang.

Lama-lama, nih satu orang yang kerja tunggal bakal bosan dan ngerasa apa poinnya berumah tangga sama pasangannya kalau apa-apa, hanya dia yang mikirin penyelesaian masalah, punya inisiatif dan ngurus anak-anaknya.

Jujur banget, sebelum ketemu Juno, Dhaka nggak tau apa bakal ada orang yang kepengen dia nikahi atau nggak.

Kalau ada yang nanya, inginnya Dhaka menikah sama siapa, dia pasti akan jawab satu nama; Regina.

Bukan karena dia yakin, dia bisa menghabiskan seumur hidupnya sama perempuan itu. Tapi sesederhana karena menurutnya, Rei bisa jadi partner kerja kelompok yang menyenangkan untuk dia dalam waktu yang lama. Rei nggak punya keinginan untuk mengubah Dhaka, dan Dhaka pun nggak punya keinginan mengubah Rei—walau dia ingin Rei tau, kalau perempuan itu berhak buat dicintai.

Namun ya, kalau dipikir secara logika, dari awal, Dhaka juga sudah tau kalau Rei itu bukan ada di dunia ini buat jadi teman hidupnya.

Tapi pikirannya berubah setelah dia ketemu Juno.

Juno tuh apa ya... dibilang cuek, ya nggak juga, tapi dia jauh dari kategori clingy dan manja. Juno itu pribadi yang mandiri, tapi tetap mampu membuat Dhaka ngerasa dibutuhkan. Pada satu hari, dia bisa secerah matahari musim panas, tapi di hari-hari yang lain, ada kalanya Juno gloomy kayak langit menjelang turunnya hujan lebat. Dia bisa sangat bawel, namun juga paham kapan waktunya mesti diam. Kadang, apa yang Juno tau bisa membuat Dhaka ngerasa dia bodoh banget. Tapi kadang juga, Dhaka lebih tau akan hal-hal lain. Jadinya, mereka bisa saling mengajari. Seimbang, saling melengkapi.

Juno mau memahami apa yang Dhaka suka tanpa dipaksa, dan membiarkan Dhaka pelan-pelan tahu apa yang dia suka, pun tanpa memaksa—misalnya kayak perkara nonton drama Korea itu.

Nggak terasa, seperti perlahan-lahan, lalu sontak seluruhnya, Dhaka merasa kalau dia pengen kerja kelompok sama Juno buat seumur hidup.

Lamarannya pun simpel, yang dimulai dari candaan mereka di chat waktu itu.

Keesokan harinya, Dhaka langsung datang ke tempat Juno, mana sebelumnya dia pakai ngasih tau dulu lewat chat.

dhaka:
no

juno:
lo tuh kalo nyingkat nama gue caranya yg beradab dikit dong

dhaka:
ju

juno:
sama aja boong, bujang

dhaka:
syg

juno:
nah ini singkatan yg gue suka

dhaka:
wkwkwk gue lagi otw tempat lo.

juno:
HAH.
KATANYA MAU NONTON BOLA MALAM INI?

A Bunch of Daddy ✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora