49 | om wirya

31.3K 6K 2.8K
                                    

Sebenarnya, Wirya nggak lagi 'sebebas' itu buat bisa ngikutin Rossa secara impulsif, cuma ya, berhubung waktu berantem kemarin, Rossa sempat bawa-bawa excuse sibuk, mau nggak mau dia jadi sempat kepikiran.

Kata-kata Rossa nggak salah, sih.

Dia memang sibuk dengan pekerjaannya yang seperti nggak ada habis-habisnya—kayak, selesai satu project, nggak berapa lama, project yang lain datang lagi.

Terus begitu, hingga tahu-tahu, tahun baru tiba. Boro-boro buat Rossa, terkadang, Wirya bahkan ngerasa kurang waktu buat dirinya sendiri. Tapi, kalau Rossa mau menggunakan alasan itu buat 'menyalahkannya', yang sibuk diantara mereka bukan cuma Wirya, kok!

Rossa juga begitu.

Makanya, Wirya booking tiket penerbangan yang sama—sekali lagi, dia sebetulnya nggak benar-benar berniat memata-matai pacarnya, namun berhubung akun email Rossa masih nyangkut di ponselnya, otomatis Wirya jadi tahu.

Keputusannya betulan impulsif.

Oleh sebab itu, nggak heran setelah Rossa pergi ke tempatnya bakal meeting terkait pekerjaannya, Wirya sempat dibikin mati kutu sendirian di hotel.

Wirya bukan tipe yang bisa luwes jalan-jalan sendirian bahkan di tempat asing sekalipun kayak Tigra atau Johnny.

Dia cenderung awkward bersikap di dekat orang yang belum dia kenal baik, mana wajahnya yang bisa terkesan sangat dingin ketika lagi nggak berekspresi sangat mampu mengintimidasi orang lain.

Namun tetap stay di dalam kamar juga membosankan.

Berenang? Bukan pilihan.

Wirya paling malas kembali ke kamarnya dengan baju basah berbalut bathrobe, lagipula udaranya akhir-akhir ini lagi dingin. Semalam pun, nggak lama setelah dia meninggalkan kamar Rossa usai memberikan salep memar pada perempuan itu, hujan turun dengan deras.

Wirya masih belum punya ide ketika dia keluar dari hotel, cuma mengenakan kaos lengan pendek dan sweatpants biasa. Tapi ya, betul apa yang dibilang orang-orang kalau terkadang, wow atau biasa sajanya sebuah pakaian itu bisa tergantung ke siapa yang make. Kalau yang make Wirya sih... kayaknya dia mau pakai piyama doang bisa dikira orang-orang mau fashion show.

Di depan hotel, ada vending machine yang menjual beraneka macam minuman kaleng maupun botolan.

Wirya memutuskan buat berhenti sejenak di sana dan membeli sekaleng minuman. Nggak lama, sekaleng cola dingin keluar, yang langsung dia buka. Lelaki itu masih berdiri di pelataran depan hotel, ketika dia melihat seorang gadis muda terlihat menunggu di trotoar pinggir jalan.

Gadis itu berpenampilan seperti cewek rebel yang Wirya kira, hanya akan dia lihat pada film-film coming of age berlatar kehidupan sekolahan keluaran Amerika Serikat.

Gadis itu jelas masih muda, mungkin baru di awal usia dua puluhan. Dia mengenakan rok tenis lipit berwarna hitam pendek yang dipadu dengan stocking jaring. Rambutnya hitam panjang, dikuncir satu. Tinggi, kayak gaya khas-nya Ariana Grande. Dia mengenakan ransel kulit yang tentu kelihatan terlalu kecil buat diisi buku-buku.

Tiba-tiba, sebuah mobil melintas di depannya, melindas pas banget di genangan air yang tercipta gara-gara hujan semalam. Jalanan di kota ini biasanya mulus, cuma ya, berhubung hujan semalam itu cukup deras, mungkin masih ada genangan yang belum sepenuhnya mengalir ke saluran pembuangan.

Mobilnya berjalan dalam kecepatan yang cukup tinggi, jadi nggak heran kalau cipratan airnya cukup dahsyat ketika mengenai si gadis yang masih berdiri di pinggir jalan.

A Bunch of Daddy ✅Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα