61 | méi gui

29.3K 5K 1.8K
                                    

Sewaktu Rossa menepikan mobilnya, ternyata Jaka telah menunggu di depan warmindo. Lelaki itu sedang ngobrol dengan tukang parkir, duduk di atas bangku plastik yang berada di dekat barisan motor-motor para pengunjung. Jaka langsung menoleh ke arah datangnya mobil Rossa, lalu bergerak cepat beranjak dan begitu saja, tanpa diminta, dia alih fungsi jadi tukang parkir dadakan.

Bahkan ketika masih berada di dalam mobil pun, Rossa sudah menahan senyum. Begitu mobilnya telah terparkir sempurna, Rossa meraih tasnya, terus menurunkan kaca di bagian langit-langit mobil untuk memeriksa sekali lagi penampilannya.

Oke, udah on point, Rossa membatin begitu seraya membuka pintu mobil, melebarkan senyum pada Jaka yang telah menunggu di samping kendaraannya.

"Ampun deh, ke warmindo aja cantiknya kebangetan!" Jaka spontan berseru, bikin tawa Rossa akhirnya meledak.

"Apaan sih, bikin malu aja lo ngomongnya keras gitu!"

"Emang cantik, Shan. Serius. Lo bisa-bisa disangka artis yang lagi humble dan kepengen ngerasain makanan jelata."

"Excuse me, tapi sampai sekarang, dari sekian banyak makanan enak yang pernah gue makan, Indomie masih tetap nggak terkalahkan ya!"

"I know right?!" Jaka berseru riang. "Kayak yang gue bilang, apalagi kalau dimasakkin babang-babang!"

Lelaki itu mundur sedikit, mempersilakkan Rossa berjalan lebih dulu sebelum dia menyusul, membuat mereka berjalan beriringan menuju warmindo yang ternyata lumayan ramai. Sebelum masuk ke warmindo tersebut, Jaka sempat sekali lagi menyapa abang-abang parkir yang masih duduk, yang dibalas dengan lambaian dan senyum ramah.

"Katanya mau makan Indomie? Kenapa malah nongkrong di luar?"

"Kan nungguin lo dateng. Takutnya aja nyasar atau bingung nanti parkirnya gimana."

"Kan ada abang parkir di luar."

"Nggak apa-apa. Lagian kalau tau lo mau dateng, masa gue makan duluan?"

Rossa terdiam sejenak. Perempuan itu sempat makin nggak bisa berkata-kata sewaktu Jaka mendahului menarik salah satu bangku dan menyiratkan Rossa agar duduk di sana menggunakan gestur, tanpa kata. Anggap dia berlebihan atau apa ya, tapi Rossa baru "tersadar" kalau selama ini tuh, Jaka sangat sering melakukan tindakan-tindakan kecil yang sebetulnya sangat manis kalau saja Rossa cukup memperhatikan.

Mulai dari bersedia datang di tengah malam karena ban mobilnya yang bermasalah di tol, menyuruhnya menunggu di dalam mobil sampai Jaka datang karena menurutnya cukup bahaya kalau perempuan berada di jalanan sendirian menjelang tengah malam, menunda tidur karena dia tau Rossa akan landing semalam, tak pernah menolak kalau Rossa butuh bantuannya buat memeriksa water heater atau keran apartemen yang bermasalah, hingga menunggunya datang dan "menyiapkan" tempat duduk buatnya.

Bukannya mau membandingkan Jaka dengan Wirya, cuma, mungkin love language Wirya yang berbeda membuatnya tak banyak memberi Rossa "perhatian kecil" seperti yang Jaka lakukan.

Rossa menghela napas.

Boleh jadi, perasaannya dan perasaan Wirya tak sebesar yang mereka kira. Cuma, karena cerita mereka nggak punya kesempatan "berakhir" seperti seharusnya di masa lalu, selalu ada sebentuk perasaan yang tertinggal, yang mengkristal sampai bertahun-tahun. Secercah rasa yang bikin mereka sama-sama tertipu, mengira bahwa mereka adalah sepasang belahan jiwa yang memang ditakdirkan untuk sama-sama seterusnya.

Ketika sebetulnya, mungkin saja, nggak seperti itu.

Rossa hanya ditakdirkan "numpang lewat" di hidup Wirya, begitupun sebaliknya.

A Bunch of Daddy ✅Where stories live. Discover now