68 | wedding

27.9K 4.8K 2K
                                    

"Jadi, ini masih date atau udah bisa dibilang honeymoon?"

Itu yang pertama kali terlontar dari Rossa setelah ciuman mereka akhirnya tersudahi. Jaka mengerjap, agak nge-bug sedikit. Responnya bikin Rossa tersenyum jahil, sebelum akhirnya melepas tawa.

"Are you okay?"

Lelaki itu mengedipkan kedua matanya beberapa kali. "Well... I am okay... but at the same time... feels not okay?"

"Ciuman sama gue seburuk itu ya?"

"NO, NO, NO, OF COURSE NOT! You're a good—oh, you're kind of a great kisser anddamn it, kenapa omongan gue jadi belibet gini ya?" Jaka meremas rambutnya sendiri. Wajahnya memerah. Lehernya juga merona. Tapi di saat yang sama, dia tampak frustrasi.

"Then, let me give you some more—"

"Bentar, Shan."

"Hm, kenapa?"

"Nyawa gue belum ngumpul."

Rossa tertawa keras lagi, tapi kali ini, dia menepuk-nepuk bahu Jaka dengan penuh simpati.

"Sori. Sekaget itukah?"

"Daripada kaget, gue lebih ke nggak percaya."

"Nggak percayanya di bagian mana?"

"Was it real?"

"Ciumannya?"

"Iya."

Rossa mengulurkan tangan, menepuk pipi Jaka agak keras. "Kerasa nggak?"

"Kerasa."

"Berarti bukan mimpi." Perempuan itu menyunggingkan senyum lebar. "Dan ya, beneran. I just kissed you."

Jaka terperangah sebentar. Berarti yang barusan itu adalah ciuman pertama mereka. Yah, ciuman pertama yang dilakukan saat keduanya sama-sama sadar, maksudnya.

"... astaga—"

"Nggak suka ya?" senyum di wajah Rossa mulai memudar. "Sori, gue nggak minta izin dulu. Sori juga, kalau ternyata—"

"Nggak. Suka kok. Serius. Asli. Nggak bohong." Jaka menukas cepat.

Rossa terkekeh lagi. "Oke, karena kayaknya sekarang lo udah mulai bisa diajak ngomong, gue ulangin lagi pertanyaan gue yang sebelumnya. Jadi, ini kita masih date atau udah bisa dibilang honeymoon?"

"Shan, yang kita lakuin barusan itu ciuman, bukan berjanji sehidup-semati di depan altar."

Rossa cemberut. "Berarti ini masih date?"

Jaka mengangguk. "Masih date."

"Berarti nanti malam, kita tetap tidur sendiri-sendiri?"

"Iya. Lagian sayang kan, gue udah booking dua kamar. Masa yang dipake cuma satu?"

"Lo serius?"

"Serius."

Rossa membuang napas, agak meniup sejumput rambut yang jatuh di keningnya. Terus dia merebahkan tubuh di atas kasur kamarnya Jaka. Matanya menatap langit-langit ruangan.

Jaka menoleh padanya, sempat tertawa kecil.

"Ngetawain apa?"

"Nggak apa-apa."

"Pasti ngetawain gue."

"Iya. Tapi bukan cuma ngetawain lo sih. Gue juga ngetawain diri gue sendiri."

A Bunch of Daddy ✅حيث تعيش القصص. اكتشف الآن