34 | borokokok

31.7K 5.9K 2.4K
                                    

Selepas kalapnya Alfa di kantor Sakura, kebekuan yang sebelumnya ada diantara Milan dan gadis itu pun mencair.

Di akhir pekan, dengan beralasan kalau mereka perlu bikin Alfa benar-benar yakin mereka punya hubungan spesial, Milan mengajak Sakura untuk nonton film bareng. Sakura kehabisan alasan buat menolak, sebab selain selera filmnya dan Milan cocok, sejujurnya, dirinya juga menginginkan itu. Kehadiran Milan di dekatnya, dengan caranya sendiri, selalu bisa membuat Sakura merasa nyaman.

Apa itu artinya Sakura suka sama Milan?

Sakura nggak bisa benar-benar memastikan. Tapi yang jelas, dia peduli pada Milan. Ketika tahu kalau Milan merasa sakit hati sebab merasa dimanfaatkan untuk membuat Alfa cemburu, Sakura merasa sangat bersalah. Jika berlutut di depan Milan bisa bikin lelaki itu memaafkannya, pasti Sakura telah melakukannya tanpa peduli harga dirinya mau ditaruh di mana.

Soal Alfa sendiri... sebelumnya Sakura nggak percaya kalau dia akan bisa melakukannya, namun dia sudah memblokir semua nomor dan akses dari maupun menuju lelaki itu. Ribut-ribut yang terjadi di kantor juga bikin pihak security kantor lebih siaga. Mereka nggak mengizinkan Alfa berada di area kantor, apalagi sampai masuk ke lobi.

Hanya butuh dua minggu untuk membuat Alfa nggak lagi berusaha menghubunginya, atau ngotot menunggunya pulang kerja—dan selama dua minggu itu juga, rutinitas ganjil-genap Sakura dan Milan kembali. Mereka jadi rajin pergi dan pulang kantor bareng, saling menjemput bergiliran hari. Beberapa kali makan malam bersama. Terus di akhir pekan... berbeda dengan weekend sebelumnya, kali ini Milan muncul tiba-tiba di depan pintu apartemen Sakura sembari membawa sekotak piza.

"Ada yang ulang tahun hari ini?" Sakura nanya sembari membuka pintu lebih lebar, tanda kalau Milan diizinkan masuk.

"Nggak ada. Dan kenapa juga lo tiba-tiba nanya gitu?"

"You showed up unexpectedly. Bawa piza pula. Udah kayak pacar beneran aja." Sakura terkekeh sambil berjalan menuju kulkas dua pintu miliknya, membukanya dan mengeluarkan sebotol besar coke dingin lengkap dengan wadah es batu. "Bukan berarti gue protes."

"Kan biar kayak pacar beneran." Milan berkilah.

"Alfa udah lama nggak berusaha deket-deket atau nyamperin gue lagi. All thanks to you, tapi kayaknya udah nggak perlu lagi deh."

"Sakura—"

Sakura berlutut di dekat meja, menuangkan isi botol coke ke gelas penuh bongkahan es batu untuk Milan. "Hm?"

"Kalau udah nggak perlu, tapi gue masih mau sering kesini... menurut lo... boleh nggak?"

Sakura berhenti menuang isi botol coke, ganti memandang Milan dengan salah satu alis terangkat. Lantas, tawanya pecah. "Boleh, dong. Masa mau gue larang?"

"Kayaknya lo nggak paham apa maksud gue sebenarnya deh."

"Emang maksud lo sebenarnya tuh apa?" Sakura memiringkan wajah.

"Gue mau sering-sering kesini."

Sakura mengangguk. "Em-hm. Gue ngerti kok. Sebetulnya, wajar aja. Toh selera film kita juga nggak jauh beda, terus kita juga nyambung kalau ngobrol. It's okay. Kita masih bisa sering-sering movie night atau Netflix-an bareng."

"Bukan gitu."

"Terus apa?"

"Gue mau cerita dulu nih ya."

"Wah, ada pembukaannya?"

"Oke, nggak jadi."

"Please jangan pundung!" Sakura tertawa.

A Bunch of Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang