41 | riot

30.7K 5.7K 2.8K
                                    

"Traumatic brain injury adalah penyebab utama terjadinya disabilitas pada anak-anak. Untuk saat ini, yang bisa kami lakukan hanya memantau perkembangan Chester. So far, kondisinya cukup stabil, tapi sangat sulit memprediksi dampak jangka panjang dari apa yang sudah dia alami."

Gia menelan saliva, mengepalkan tangannya agar tremor yang merambati jari-jarinya tidak terlalu kentara. "Tapi dia bakal baik-baik aja, kan? Dia bakal sembuh? Dokter sendiri yang bilang kalau kondisinya cukup stabil—" Gia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Wajahnya memerah dan dia tampak seperti siap meledak dalam tangis kapan saja.

Johnny yang berwajah murung hanya mampu menghela napas panjang, lalu tangannya terulur, meraih Gia agar lebih dekat dengannya. Bukan buat menenangkan, sebab pada waktu-waktu seperti ini, Johnny pun merasa dia tengah tidak cukup tenang untuk menenangkan siapapun. Namun, sebagai orang tua lainnya dari Chester, Johnny rasa hanya Gia yang sekarang bisa memahami perasaannya.

Atau mungkin tidak?

Jika Chester penting bagi Gia, bukankah seharusnya Gia tidak egois dan kerap meninggalkan anak itu berhari-hari?

"Seperti yang saya katakan, dampak jangka panjangnya masih sulit diprediksi. Jika melihat dari keterangan suami anda, mobil tidak sedang melaju dalam kecepatan tinggi. Tetapi umur Chester yang masih sangat muda dan mempertimbangkan bagian kepala yang menerima impact benturan paling besar, segalanya masih sulit dipastikan. Meski recovery tergantung kepada tingkat keparahan cedera, ada banyak faktor-faktor lain. Dalam banyak kasus, ada dua atau lebih pasien yang mengalami jenis cedera otak yang sama, tapi memiliki durasi dan tingkat pemulihan yang berbeda."

Gia ternganga, sudah buka mulut dan siap memberondong dokter yang menangani anak mereka dengan serentetan tanya, namun Johnny telah lebih dulu menginterupsi. Lelaki itu paham, kalau pertanyaan Gia pasti akan lebih emosional daripada logis. Buat mereka, Chester adalah segalanya. Tapi buat dokter di depan mereka, Chester bisa jadi hanya satu dari sekian banyak kasus serupa yang pernah dia tangani.

"Then tell us, the best and the worst that can happen later." Ekspresi wajah Johnny terlihat amat pahit ketika dia mengatakan itu. Gia tersentak, menoleh pada Johnny dengan keterkejutan yang tidak bisa dia tutupi.

"What the hell, John? He'll be alright! He shall be alright!"

"The best scenario, hasil pemeriksaan lanjutan menunjukkan kalau impact dari benturan yang Chester alami tidak berpengaruh banyak terhadap bagian-bagian penting otaknya dan meski mungkin akan memerlukan waktu cukup lama untuk recovery, Chester bisa sembuh, beraktivitas seperti sebelumnya dan tumbuh besar seperti anak-anak pada umumnya."

Johnny menghela napas, berusaha menegarkan hatinya ketika dia membalas kata-kata dokter tersebut. "... then... how about—" Johnny menelan saliva, susah payah melanjutkan ucapannya. "—how about—the worst?"

"Trauma berat pada kepala, terutama pada usia sangat muda dapat menyebabkan kerusakan seumur hidup pada otak, yang dapat berujung pada kematian. Pasien yang berhasil bertahan, sejauh ini dilaporkan dapat memiliki kemampuan penglihatan yang buruk, kemampuan pendengaran yang berkurang drastis, keterlambatan dalam perkembangan motorik serta disabilitas permanen."

"I am not hearing that." Gia beranjak dari duduknya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tanpa berpamitan, perempuan itu melangkah keluar dari ruangan.

Johnny mengembuskan napas berat, memaksakan diri untuk mengucapkan terimakasih pada dokter yang telah memberi penjelasan pada mereka, kemudian bergerak cepat ke luar ruangan untuk menyusul Gia. Gia sendiri tampaknya sangat terguncang, sebab perempuan itu terlihat menyusuri koridor rumah sakit sendirian sambil berusaha membungkam isaknya dengan telapak tangan.

A Bunch of Daddy ✅Where stories live. Discover now