50 | sugarbaby

30.8K 5.6K 2.5K
                                    

Wirya nggak tau, kenapa dia yang biasanya unbothered bisa-bisanya mau direpotin sama bocah bernama Ryza ini.

Ralat deng, dia bukan bocah—walau yah, perbedaan umur dia dan Wirya seenggaknya... sembilan tahun?

Waktu Wirya tonjok-tonjokkan sama Jaka gara-gara Jaka bikin hamil Rossa, kayaknya Ryza ini lagi nge-gabut di rumah sambil baca majalah Bobo habis kelar Ujian Nasional Sekolah Dasar.

"Tuh kan, bener!" Ryza berseru begitu mereka tiba di sebuah patung yang memang jadi salah landmark kota ini.

"Apanya yang bener?"

"Pacar saya pernah foto di sini, Om!"

"Bukan cuma pacar kamu, jutaan orang lainnya juga pernah foto di sini!" Wirya berdecak. "Saya aja udah pernah foto seenggaknya lima kali di sini."

"Om pasti orang kaya."

"Emangnya kamu bukan?"

Setahu Wirya mah ya, orang Indonesia yang udah bisa cabut ke luar negeri apalagi nginepnya mandiri di hotel tuh biasanya punya privilege lebih.

"Bukan, Om. Saya kan masih beban keluarga dan beban negara. Datang kesini aja ngabisin tabungan. Kalau orang tua saya tau, saya pasti ditabok bolak-balik."

"Terus kenapa masih nekad kesini?"

"Kan mau cari pacar saya, Om! Saya tau, dia pasti belum meninggal!!"

Wirya berusaha ngingetin dirinya sendiri biar ngasih peringatan ke teman-temannya yang udah pada punya anak buat ngawasin anak mereka baik-baik. Ini sih parah banget ya, kabur abis skripsinya bukan kabur ke gunung atau ke pantai buat refreshing, tapi malah kabur sampai ke negara orang. Udah sendirian, kayaknya duit yang dibawa ini anak juga terbatas pula—menilik dari gimana ceritanya tadi, yang katanya udah check-out dari hotel tempatnya semula menginap untuk cari hotel lain yang lebih murah.

Sinting banget.

Kalau bukan karena rasa solidaritas sebagai sesama pemegang paspor hijau berlambang Garuda, kayaknya Wirya juga ogah peduli ama nih anak.

"Terus gimana cara kamu nemuin pacar kamu dengan datengin patung ini? Kayak yang saya bilang tadi, ada jutaan orang yang pernah foto di sini."

"Bentar, Om."

Ryza mengeluarkan ponselnya, terus mengambil foto selfie sembari memastikan kalau patungnya terlihat di foto.

Sehabis itu, dia sibuk mengutak-atik ponselnya, melarikan jari-jarinya dengan lincah di atas layar disusul senyum puas.

"Beres."

Wirya menoleh ke kiri, ke kanan, terus memiringkan wajah sambil menatap Ryza dengan ekspresi tak terkesan.

"Beres dari mananya?"

"Barusan saya kirim foto saya ke pacar saya. Ke akun Twitternya deng. Lewat dm."

"Terus?"

"Saya bilang 'aku tau kamu belum mati, Yang. Ayo kita ketemuan! Aku nggak akan pulang sampai kita beneran ketemu! Mau aku mesti ngegembel di jalan pun, aku nggak akan pulang sebelum aku ketemu kamu!' gitu, Om."

Wirya beneran nggak habis pikir ama nih anak.

"Dan menurut kamu, pacar kamu yang kamu yakini belum meninggal itu bakal datang nemuin kamu?"

"Iya."

Hadeh, naif banget.

Bawaannya Wirya jadi pengen ngata-ngatain Ryza, tapi dia mencoba menahan diri dan mencoba memahami sudut pandang anak baru dewasa kayak Ryza.

A Bunch of Daddy ✅Where stories live. Discover now