26. Aku tumbal berikutnya.

940 183 34
                                    

Tidur malam ku kembali terganggu oleh sebuah mimpi yang aneh.

Ada satu sosok perempuan datang, masuk ke dalam mimpi. Menggunakan baju atasan kemben berwarna merah.

Kulit nya pucat, seputih tembok kusam. Rambut nya panjang dari pinggang hingga ke bawah tapi tidak sampai menyentuh tanah.

Mata nya aneh, tidak terlihat seperti mata manusia. Menatap ku lekat, seolah aku adalah mangsa yang di harapkan nya.

Perempuan itu berjalan ke arah ku yang sedang berdiri, tak bergerak dan hanya bisa menatap ke depan, ke arah nya.

Dia datang menghampiri ku, semakin lama mendekat ku rasakan hawa merinding menjalari tubuh.

Batin ku mengatakan, perempuan itu bukanlah sosok positif.

Perempuan tersebut tersenyum, kulit nya yang pucat berubah menjadi sisik berwarna hijau mengkilat mirip kulit ular. Mata nya juga terlihat aneh, terlihat seperti mata dari spesies reptil.

Lidah nya menjulur keluar, bercabang dua dan bertaring tajam di kedua sisi mulut.

Perempuan di hadapan ku ini, yang semula memiliki wujud seperti manusia. Dalam sekejap berubah menjadi siluman ular berbadan besar.

Bagian bawah tubuh dari pinggang ke bawah berbentuk ular hijau dengan sisik bercahaya. Sedangkan bagian pinggang hingga ke atas kepala memiliki bentuk perempuan cantik dengan bagian dada nya tertutupi kemben berwarna merah.

Rambut terurai, memakai tiara kecil dengan aksesori batu delima berwarna merah di tengah nya.

"Cah ayu" ucap nya

Bibir ku tak bisa mengeluarkan suara, seolah terkunci rapat dan tak boleh berbicara.

"Kamu tumbal ku, berikutnya" perempuan ular itu mengelus wajah ku

Merasakan tubuh yang tak bisa di gerakan, membuat ku panik dan berusaha untuk terbangun dari alam bawah sadar. Mau memanjakan doa-doa pun, tak bisa. Seolah sekujur tubuh di buat membatu oleh si perempuan berbadan ular.

Ku rasakan sisik yang lembap itu mengenai kulit, si perempuan ular mulai meilit tubuh ku cukup keras.

Di lilit seperti itu, membuat ku sulit bernafas. Hanya bisa menghirup sedikit udara saja, selebihnya rasa sesak mulai merasuki rongga paru-paru.

"Jangan takut anak ku, hihihi. Kau akan tinggal bersama ku selamanya" perempuan ular itu menyeringai seram

Tubuh ku menggelinjang, susah payah berusaha untuk terlepas dari lilitan siluman ular tersebut. Tapi segala yang ku lakukan tidaklah berhasil.

Meski tengah berada dalam posisi yang menakutkan, mata ku masih bisa melotot menatap tajam ke arah perempuan ular itu. Seolah menantang dengan menggunakan tatapan mata, sebab bibir tak bisa berbicara.

Perasaan untuk tidak takut dengan suatu hal yang menyeramkan sudah tertanam dalam pikiran ku. Karena semakin aku merasakan perasan tersebut, energi para makhluk negatif malah menjadi semakin kuat.

Dengan susah payah aku berusaha untuk kembali ke dunia nyata. Hingga akhirnya aku terbangun dalam kondisi terbatuk batuk.

Lilitan badan ular itu masih terasa di kulit, terbawa hingga ke dunia nyata.

Dengan cepat mengambil sebotol air yang ada di samping meja. Memang sengaja ku siapkan, karena aku sering merasa haus di tengah malam dan malas untuk mengambil air di dapur.

Begitu selesai minum, ku rasakan bau anyir menyeruak memenuhi seluruh ruangan kamar. Bukan bau amis darah, bau nya tercium seperti bau sisik ular yang basah.

Indigo Stories 2Where stories live. Discover now