23. Penantian Tak Berujung

1.3K 262 66
                                    

Kulihat perempuan, berdiri di atas jembatan kayu berwarna merah.

Tangannya memegang sisi jembatan gantung berwarna merah kusam. Genggaman tangannya sangat kuat, seolah tidak ingin, ada seorang pun yang dapat mengusir nya dari sana. Perempuan itu berdiri mematung dengan wajah sedih dan gelisah.

Perempuan yang memakai baju kebaya berwarna merah. Senada dengan warna jembatan itu, kain batik berwarna cokelat menutupi bagian bawah tubuhnya.

Rambutnya hitam, panjang sebahu. Terurai berantakan seperti tak pernah di sisir atau di rapihkan.

Bila di amati dengan saksama, kebaya yang di gunakan nya sangatlah berbeda dari kebaya modern pada umumnya.

Kebaya yang di pakai perempuan itu, sering ku lihat dalam film film lawas bertema kemerdekaan, pahlawan dan cerita sejarah.

Ini sangatlah aneh. Kira-kira siapa perempuan itu?.

Aku mendekat, ingin melihat perempuan itu lebih jelas lagi.

Berjalan sampai di depan bibir jembatan, kaki ku melangkah maju.

Lalu sedetik kemudian, niatan untuk berjalan, langsung ku urung kan.

Batin ku mengatakan, dia bukanlah manusia. Melainkan entitas atau sosok gaib. Sepertinya ia terperangkap di sana dan mengulang kejadian demi kejadian yang ia lakukan semasa hidup.

Mungkin juga yang bisa di lakukan nya setelah mati, hanyalah menunggu seperti itu.

Pada akhirnya aku memilih untuk berdiri di sini saja, melihat perempuan sedih itu dari kejauhan.

Kamera yang ku bawa, ku arahkan ke sosok perempuan itu.

Aku ingin memastikan lagi, bahwa sosok yang ku lihat tersebut bukanlah seorang manusia.

Setelah kamera sudah ku arahkan dengan cukup baik. Aku menekan tombol potret. Lalu menuju galeri dan melihat gambar yang sudah ku ambil.

Di dalam gambar itu, hanya terlihat jembatan kosong tanpa ada satu orang pun yang berdiri di sana.

Padahal jika di lihat dengan kedua mataku, sosok perempuan itu masih berdiri di sana.

Tapi dalam hasil gambar ku, wujud nya tidak tertangkap lensa kamera.

Dugaan ku benar, ia bukanlah manusia hidup. Raga nya sudah mati, tapi sosok nya masih terlihat.

Perempuan dengan wajah sedih itu, mengganggu pikiran ku.

"Jangan bersedih seperti itu mbak" ucapku ku dalam hati

Sepertinya perempuan itu mendengar suara ku. Kepala nya yang semula tertunduk lesu, langsung mendongak dan menatap ke arahku berdiri.

Wajahnya sayu, berwarna pucat putih seputih kapur. Matanya sendu dengan bulatan kornea yang berwarna cokelat terang. Bibirnya berkeriput tidak lagi merah seperti bibir manusia hidup. Hidung nya tidak mancung, tapi terlihat bagus untuk proporsi di wajahnya.

Pipi nya sangat tirus, saking tirusnya tulang pipi di areal wajahnya pun ikut terlihat. Di lihat lebih jelas lagi, wajahnya tak lebih dari tengkorak yang terlapisi kulit tipis. Semua tulang di wajahnya memang terlihat menonjol keluar.

Perempuan itu masih menatap ku dengan tatapan yang sayu, lalu menangis dengan nada lirih.

"Sedang menunggu sesuatu di sini?" tanya ku

Dia mengangguk.

"Suami?" tanya ku lagi

Dia tidak menjawab pertanyaan ku.

Indigo Stories 2Where stories live. Discover now