2. Si Genit Darmi.

9K 844 67
                                    

"Aku memang senang dengan laki-laki, apalagi kalau laki-laki itu tampan" Darmi menengok ke arah Wira

"Waktu masih hidup dulu, banyak laki-laki yang menyukai ku. Mereka bilang aku sangatlah ayu, sangat cantik"

Malam itu Darmi menghampiri ku yang sedang berjalan jalan keluar rumah. Ibu menyuruh ku membeli kopi instan di warung, yang jarak nya cukup jauh dari rumah.

Darmi langsung saja membuka komunikasi, padahal aku sama sekali tidak tertarik dengan kisah hidupnya. Aku sendiri pun tidak memiliki niatan untuk mencari tahu siapa sebenarnya sosok perempuan itu. Ataupun cerita tentang bagaimana kehidupan nya sebelum mati.

Sebagai seorang yang mampu melihat dan mendengar sosok makhluk halus. Mau tidak mau, telinga ku terbuka mendengarkan setiap cerita yang Darmi keluarkan.

Sementara Wira, di saat Darmi melihat ke arah nya dan mulai mendekat seketika itu dia langsung mengambil ancang-ancang untuk pergi entah kemana. Berusaha untuk meninggalkan ku bersama dengan sosok perempuan ini.

"Aku pergi saja, aku tidak suka melihat perempuan seperti dia. Selalu menangis, tertawa seperti perempuan gila. Dia dan kunti sama saja, tidak ada bedanya mereka buruk rupa" Wira berkata padaku

"Tidak bisa seperti itu, kau mau meninggalkan ku bersama sosok ini" aku protes

Wira hanya mendelik.

"Bagaimana kalau sosok perempuan ini mencekik ku, lalu membuat ku mati" aku mendekatkan diri pada Wira lalu berbisik pelan. Mencoba mendramatisir suasana yang saat itu tidak terlalu seram.

Wira mulai terlihat protes. "Umur mu masih sangat panjang den ayu, satu sosok kunti di samping mu tidak akan membuat dirimu mati secepat itu"

"Tapi apa harus.."

Belum sempat aku selesai bicara dalam sekejap mata, Wira menghilang begitu saja seperti tertiup angin.

"Dia benar-benar pergi meninggalkan ku, dasar tembok dingin" aku bergumam kesal

Hidup sebagai makhluk halus seperti mereka memang terlihat sangat mudah, bisa menghilang dengan cepat tanpa harus repot berjalan layaknya manusia. Pergi kemanapun sesuka hati tanpa memikirkan ongkos transportasi, bahkan mereka mampu menembus dinding rumah seperti hologram yang mampu menembus benda apa saja.

Terlihat menyenangkan memang, tapi tetap saja hal seperti itu tidak membuat ku tertarik sedikitpun untuk menjadi seperti mereka. Hah, memikirkan hal seperti itu mampu membuat tubuhku bergidik.

Kini aku berdua dengan Darmi, ingin rasanya bibir ini menyuarakan alunan sholawat guna mengusir nya pergi. Namun lama kelamaan terbesit rasa iba dan sedih yang mulai menyerang hati, hingga rasanya tak mau mengusir nya untuk pergi menjauh.

Lagi-lagi perasaan dari sosok makhluk halus seketika langsung kurasakan saat bersama mereka. Aku begitu sensitif dengan perasaan yang mereka miliki sewaktu hidup dulu.

Ini memang sangat merepotkan, tapi bersikap acuh pun tidak akan membantu.

Ku lirik sesosok perempuan yang berada tepat di samping ku ini. Yang sedang berdiri mengambang dan tak ingin beranjak pergi. Menatap ku seolah ingin menceritakan semua hal yang di rasakan, ya meskipun wajahnya terlihat abstrak tapi aku bisa merasakan sebuah keinginan dalam dirinya untuk bercerita tentang sesuatu hal padaku.

Dia lebih tinggi dari ku, bisa ku tebak dia berusia 30 tahunan lebih. Tubuhnya kurus, wajahnya menghitam penuh luka hantaman benda tumpul. Aku pernah melihat sesosok mayat yang tewas akibat di aniaya dan di pukuli menggunakan benda tumpul seperti balok kayu dan begitulah penampakan Darmi yang aku lihat sekarang ini.

Indigo Stories 2Where stories live. Discover now