17. Berkunjung Ke Museum

4.5K 407 47
                                    

Beberapa bulan lalu, aku sempat mengunjungi sebuah museum. Letaknya masih berada di wilayah Jakarta, tepatnya di Jakarta Pusat.

Museum Taman Prasasti namanya.

Awal cerita, tidak sengaja aku melihat sebuah video di Youtube. Video tentang perjalanan seseorang laki-laki yang berkunjung ke museum taman prasasti. Dalam video tersebut, di tunjukkan beberapa spot menarik yang berbeda dari museum kebanyakan.

Dari sana, aku jadi ikut tertarik untuk mengunjungi museum taman prasasti.

Museum taman prasasti merupakan tempat berkumpulnya batu nisan dari para tokoh yang sudah wafat pada era jaman kolonial Belanda.

Setelah mencari tau lebih dalam. Museum Taman Prasasti memang dulunya adalah kompleks pemakaman tua di Batavia, sekarang Jakarta.

Dahulu sebelum menjadi Taman Prasasti, tempat ini di sebut sebagai pemakaman Kebon Jahe Kober. Di namakan seperti itu, karena letaknya berada di wilayah Kebon Jahe, Gambir dan Kober yang berarti kuburan.

Lahan dari pemakaman Kober dulunya di hibahkan oleh Gubernur Jenderal ke 29 Batavia, bernama WV Halventius. Awalnya tempat ini bernama Kerkhof Loan dan resmi digunakan pada 28 september 1795.

Di bangun nya tempat ini, adalah untuk menggantikan pemakaman gereja Nieuw Hollandse Kerk atau yang sekarang di kenal dengan Museum Wayang. Di karenakan tempat sebelumnya sudah penuh dan pemerintah pada saat itu butuh lahan baru.

Nisan yang berasal dari Nieuw Hollandsche Kerk sebagian di pindah ke areal makam Kebon Jahe kober. Nisan yang berasal dari sana, di beri tanda HK yang berarti Hollandsche Kerk.

Beberapa nisan yang masih tersimpan rapi di dalam museum ini, salah satunya adalah istri dari Gubernur Hindia Belanda, Thomas Stafford Raffles yaitu Olivia Marianne Raffles.

Kemudian Dr. H.F Roll, tokoh pendiri STOVIA. Sekolah kedokteran pertama di Indonesia.

A.V. Michiels tokoh militer Belanda pada perang Buleleng.

Bahkan ada juga salah satu tokoh yang berasal dari Indonesia dan batu nisan nya tersimpan dalam museum ini. Tokoh tersebut ialah Soe Hok Gie, aktivis pergerakan mahasiswa pada tahun 1960.

Pemakaman Kebon Jahe Kober dulunya merupakan tempat yang selalu di hindari oleh pribumi. Tempat ini sering di ceritakan sebagai tempat yang cukup angker. Terlebih saat malam hari, para penduduk asli tidak ada yang berani melewati tempat ini.

Pemakaman ini dulunya juga memang menjadi tempat yang eksklusif. Tidak sembarang orang dapat masuk ke dalamnya.

Waktu terus berlanjut, ketika Belanda sudah tidak lagi menjajah Indonesia. Areal pemakaman tua ini pun tidak lagi menjadi tempat yang eksklusif.

Di tanggal 9 Juli 1977, pemerintah menjadikan tempat ini sebagai museum dan di buka untuk umum.

Karena perkembangan kota yang semakin pesat. Areal pemakaman tua ini pun semakin lama semakin menyusut. Luas awal nya mencapai 5,5 hektare, tapi sekarang hanya 1,3 hektare saja.

Pasti ada banyak dari kalian yang bertanya tanya. Apakah kerangka di dalam nya juga masih tersimpan di dalam pemakaman tua itu?

Tenang saja, kerangka di dalamnya sudah di pindahkan ke tempat lain. Yang tersisa hanyalah batu nisan dan beberapa peninggalan saja.

°°°

Akhirnya ku putuskan untuk berangkat di hari libur. Pergi ke sana dengan menggunakan jasa ojek online.

Nampak dari depan, bangunan nya mirip dengan bangunan museum pada umumnya. Tapi setelah masuk lebih dalam, baru nampak perbedaan nya.

Indigo Stories 2Where stories live. Discover now