21. Cerita Mistis di Kala Sore

4.7K 460 151
                                    

Tidak biasanya hawa di dalam rumah ku terasa panas dan gerah. Hingga membuat ku tidak nyaman dan memilih untuk duduk di luar.

Padahal cuaca kala itu mendung, awan mulai menghitam memenuhi permukaan langit pertanda sebentar lagi akan turun hujan.

Aku duduk di teras depan rumah. Duduk sendirian sembari menunggu adik ku pulang dari sekolah.

Kepala ku menatap ke atas, melihat deretan atap rumah tetangga yang tinggi. Lalu ku perhatikan jalanan, tidak banyak orang yang berlalu lalang di depan rumah.

"Agni, kamu sedang apa? Cepat masuk, sebentar lagi maghrib" panggil ibu dari dalam rumah

"Iya bu, nanti agni masuk"

Sore hari menjadi peralihan waktu siang menuju malam. Di waktu ini manusia mulai menghentikan aktivitas nya dari bekerja lalu pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.

Sore hari juga menjadi bahan larangan bagi para anak-anak supaya berhenti bermain dan kembali ke rumah.

Hampir semua orangtua pernah berkata, kalau anak-anak masih bermain hingga sore hari sampai adzan maghrib sudah berkumandang. Anak tersebut akan di culik atau di ganggu makhluk halus.

Sebab sore hari adalah waktu peralihan di mana mereka, para makhluk halus bersiap-siap keluar dari tempat persembunyian nya kemudian melakukan aktivitas hingga subuh.

Cerita seperti inilah yang sering di ceritakan para orangtua. Membuat anak-anak mereka enggan untuk keluar rumah saat sore menjelang.

"Sedang apa?" tanya wira

"Aku sedang menunggu Nissa. Hawa di dalam juga gerah sekali, coba kau periksa ke dalam dan cari tau kenapa bisa sampai seperti itu" jawab ku

"Tapi ini sudah mau malam, lebih baik masuk ke dalam" suruh nya

"Iya, nanti aku masuk" sahut ku cepat

"Jangan nanti nanti, lebih baik kau masuk sekarang. Kau akan melihat sangkakala berkeliaran jika terus duduk seperti itu"

"Nanti, kalau ku bilang nanti ya nanti saja. Kau ini bawel sekali" aku berdecak kesal

"Baiklah, kau duduk di sini saja sampai besok pagi. Kalau terjadi apa-apa, jangan mengadu padaku!" setelah mengatakan ini, ia kemudian menghilang

Alasan kenapa aku nyaman duduk di teras depan. Sebab areal depan rumah ku hanya terdiri dari bangunan rumah tetangga saja. Tidak ada pohon, tak ada rumah kosong yang artinya tidak ada tempat untuk makhluk halus tinggal dan berkeliaran di sekitar sini.

Berbeda dengan areal belakang rumah yang di tumbuhi jejeran pohon jati. Tempat itu menjadi tempat favorit mbak kunti berdiam diri.

Tapi entah mengapa, setelah Wira pergi. Hawa sejuk yang awalnya menerpa tubuh ku, berubah menjadi rasa tidak enak yang mampu membuat ku gelisah.

Sore yang sepi itu, terasa benar-benar sunyi berbeda dari hari-hari biasa. Semakin lama, tidak ada satu manusia pun yang lewat.

Keadaan sekitar juga berubah menjadi senyap. Di mulai dari suara televisi yang biasanya menyala di dalam rumah, karena sore hari merupakan waktu favorit ibu menonton sinetron.

Biasanya aku masih mendengar suara televisi itu, tapi kali ini suaranya sangatlah hening.

"Bu, ibu,,!" aku coba memanggil ibu

Dan ibu tidak menjawab panggilan ku.

Ku coba untuk berpikiran positif, mungkin ibu sedang memasak atau mencuci di ruang belakang. Jadinya beliau tidak mendengar suara ku.

Indigo Stories 2Where stories live. Discover now