Pengen Ngenwe?!

11.9K 122 10
                                    

Vote dan komentar yaa!! Biar rajin UPDATE....

Ditunggu dari kalian readers!!

Rivanca sangat kesal sekali. Ia memutuskan untuk menenangkan pikirannya sejenak di gedung kosong sekolahnya yang tak terpakai sebagai markasnya. Ia sambil merogoh sesuatu dalam brankas lemarinya yang ada dalam ruangan itu setelah memasukinya.

Entah apa yang ingin dia cari, Rivanca berusaha mengeluarkannya sambil pikirannya yang masih kacau belum juga tenang. Tiba-tiba ia seketika terhenti saat menyadari akan satu hal. "Obatnya kok ada disini? Bukannya udah gue kasih sama dia?" kaget Rivanca sedikit bingung sesaat. Detik berikutnya ia langsung tersadar mengingat bahwa Rivanca sendiri salah telah memberikan obat itu pada gadis itu kemarin sebelumnya.

"Anjing gue kok bisa salah ya kasih dia obat? Ini vitaminnya harusnya sampai ke dia. Kok masih gue simpan. Sialan! Apa jangan-jangan gue salah kasih dia sesuatu....?!" seketika Rivanca melototkan matanya tak percaya. Sialan Rivanca hanya sedikit mengkhawatirkan gadis itu saat Meera mabuk pulang ke kostannya. Dan Rivanca tentu saja merasa bersalah karena telah mengambil keuntungannya dari ketidak sadaran Meera.

"Sial sial! Gue bukannya bikin dia sembuh total buat dia tambah parah kayak?!" cowok itu meneguk ludahnya kasar. Ia terdiam sesaat memikirkan bagaimana nanti nasib Meera selanjutnya yang terus mengonsumsi obat yang salah dia kasihkan ke gadis itu masih mengira yang diminumnya adalah sebuah vitamin namun ternyata malah bukan. Ini sejenis obat lain.

"Hey! Ngelamun aja Lo?" ujar Sevan baru datang sambil menepuk pundak Rivanca dibelakangnya.

"Sana Lo gue lagi mau sendiri!!" decak Rivanca sempat kaget. Cowok itu lebih dulu menyimpan obatnya kembali memasukkan cepat ke dalam lemari yang sudah dikuncinya. Membuat Sevan sedikit mengerutkan dahinya.

"Santai aja dong! Lagian nih ya gue mau ngasih tau Lo sesuatu." ucap Sevan sambil tersenyum aneh.

"Gue malas ngomong jadi gak usah ajak gue ngegibah!!" ketus Rivanca mendelik tajam. Sevan sedikit terperanjat dibuat oleh kelakuan Rivanca yang kurang mengenakkan.

"Tadi Meera mau nyariin Lo buat minta rokok lagi katanya,," kata Sevan sebentar sedikit berbisik membahas gadis itu pada temannya yang terlihat badmood.

"Oh." gumam Rivanca acuh seakan tak begitu peduli. Walau dalam hatinya ia masih terus kepikiran.

"Tapi Lo harus tau. Bibir Meera bukan pecandu rokok men! Gue makin penasaran kenapa Meera bisa bela-belain mau dapatin rokok itu ya? Padahal tahu itu larangan keras. Apa Meera sengaja mau menjebak kita juga ke dalam masalah besar tanpa kita ketahui niat terselubungnya eh?" duga Sevan tampak berpikir sebentar.

"Gue gak peduli dia mau ngapain. Jangan harap dia bisa hidup tenang kalau udah berani memulainya duluan,," ujar Rivanca dingin. Kemudian menoleh ke arah teman-temannya yang lain. Terlihat Adhery seperti biasanya berkutat membaca bukunya, namun kali ini, sampul itu agak berbeda seperti 'sesuatu' diluar materi pelajaran. Apa Adhery mulai gemar membaca stiker gambar? Tapi kok anehnya seperti majalah dewasa tentang dunia wanita. Rivanca pun berdecak malas memutar bola matanya jengah.

Lalu ada Enggar yang berisik mulai ikut bernyanyi bersama Gaztra yang sedang asik memetik musik gitarnya. Kaden duduk tak jauh bersandar di sofanya dengan nyaman sambil memainkan game PS kesukaannya. Entah sejak kapan mereka semua berkumpul datang ke sini. Padahal Rivanca tak mau melihat mereka dulu. Ia butuh ketenangan setelah pikirannya berkecamuk akan tentang gadis itu saat di dalam kelasnya bersama para teman-temannya tadi sepeninggal Rivanca pergi keluar.

Bahkan ketika Rivanca sedikit bisa melupakan kekesalannya pada gadis itu sejenak, kini harus kembali diingatkan lagi saat melihat wajah tengil Sevan, temannya itu seakan tersenyum mengejeknya dengan mengungkit perihal tentang Meera saat bersama yang lainnya dikelas tadi.

Bad The GengWhere stories live. Discover now