Sebuah Apartemen!?

5.1K 94 3
                                    


Setelah cukup lama berkeliling mencari tempat tinggal kediaman lelaki itu dengan sedikit kesusahan dan sempat bingung. Hari ini Meera benar-benar merasa cukup kelelahan. Bahkan ia mulai lebih capek dari biasanya berjalan cukup lama sempat berlari jauh untuk datang kemari. Bahkan kini hari pun sudah malam. Meera juga tak bisa meminum obat vitamin yang biasanya harus dia konsumsi.

Setelah berhasil menemukannya. Meera pun mengetuk pintu sebuah apartemen dan juga memencet belnya saat Meera baru menyadari ada tombol kecil itu juga disana saat tangannya mulai sakit terlalu keras menggedornya. Setelah pintu terbuka barulah nampak orang yang sedari tadi dia cari akhirnya muncul juga membukakan pintunya sambil memegangi kaleng bir sempat bergumam malas dengan langkah gontai.

"Lo!? Mau ngapain Lo kesini?" Rivanca seketika cukup terkejut melihat kedatangan Meera ke apartemennya sambil cewek itu seakan langsung menyodorkan sesuatu padanya.

"Ini ponsel kamu kan?" Rivanca melototkan matanya dibuat semakin kaget bagaimana bisa Meera memilikinya. Sialan jangan sampai Meera tahu sesuatu tentang dirinya selama ini diam-diam menyusup ke tempat gadis itu. Rivanca jadi panik sendiri sambil mengigit gugup jarinya tangan sebentar.

"Kenapa hape gue bisa ada di Lo? Kapan Lo nemuinnya?" tanya Rivanca sedikit pelan. Masih gugup sebenarnya. Tapi ia berusaha untuk memastikan bahwa Meera tak akan dapat mengingatnya.

"Daripada kamu nanyain itu, lebih penting kamu baca pesan itu dulu." kata Meera yang terlihat ikut mencemaskan hal lain. Rivanca sedikit berpikir. Apa setengah otak Meera udah dibelah menjadi kecil? Atau lebih parahnya Meera kehilangan memori sebagian otaknya jika akan mengingat setiap malam? Rivanca kini mengulum senyumnya dan hampir terkekeh. Dasar gadis bodoh. Masa Meera lebih mudah dikelabui oleh ingatannya yang samar-samar itu?! Rivanca menggelengkan kepalanya sebentar

Rivanca pun berniat langsung untuk mengecek pesan yang dimaksud oleh Meera sambil menyerahkan minuman kaleng birnya pada gadis itu seakan bertukar. "Ini pegangin dan Lo boleh minum juga pasti capek abis kesini kan?" ujar Rivanca sekilas tanpa melihat ke arah Meera lagi ia mulai fokus pada ponselnya itu.

Meera lantas meanggukkan kepalanya. Benar ia kebetulan sangat haus. Mana uangnya tidak cukup beli minuman saat dijalan tadi karena udah kere duluan. Gadis itu meminumnya tanpa tahu itu minuman apa. Tapi setidaknya cukup menyengarkan tenggorokannya sesaat. "Makasih.... Atas minumannya--!?" ucap Meera menunduk kecil.

Hingga terdengar cowok itu bergumam Shit! dan bergerak gelisah.  "Yaudah gue harus pergi dulu! Ini sudah malam Lo bisa tinggal disini aja!  Ada teman-teman gue disini juga. Lo pasti aman kok,," ujar cowok itu sembari melirik arloji ditangannya sebentar sebelum akan berlalu pergi.

Meera sempat mengigit bibirnya pelan saat ia tak sengaja menghabiskan sisa bir kaleng dari cowok itu. Membuat Meera terkejut sendiri saat menyadarinya begitu kaleng ditangannya itu tadi sudah tandas.

"Maaf minumannya gak sengaja..." ringis Meera jadi malu dan tak enak.

"Simpan maaf Lo nanti!!" potong Rivanca cepat.

"Vanca! Lo mau kemana?" teriak seseorang dari dalam apartemennya saat Rivanca belum juga kembali dari depan pintu begitu ada tamu yang tak diundang datang mencari lelaki itu.

"Gue mau keluar bentar!!" sahut Rivanca menoleh sebentar ke arah suara temannya itu tadi.

"Kalau gitu aku mau balik pulang juga--?!" kata Meera hendak pamit.

"Udah cukup malam. Lo gak takut apa ketemu preman setan?"

"Tapi buat apa aku tinggal disini? Gak mungkin nginap, kalian kan lagi bikin acara gitu..." Meera mengernyitkan keningnya.

"Stop! Lo mau gue jambret sekarang hah?!" ancam Rivanca mulai kesal.

"Kan aku gak bawa apa-apa apalagi uang juga nggak punya,," kilah Meera masih bersikeras. Tentu saja Rivanca tahu jarak Kost Meera lumayan jauh sedangkan gadis itu hanya berjalan kaki. Sialan! Rivanca tak habis pikir Meera terlalu lugu mengkhawatirkannya.

"Tubuh Lo, itu bisa dijual dengan harga fantastis!!" decak Rivanca melotot tajam. Meera terdiam seketika teringat betapa seramnya jalanan malam hari saat sepi dan jauh dari tempatnya.

"Minggir! Gue gak bisa lebih lama lagi ngomong! Gue harus cepat sebelum terjadi!!" ujar Cowok itu segera bergegas meninggalkan Meera dan tempat apartemennya yang diisi oleh para teman-temannya sedang asyik di dalam sana tanpa mengetahui kedatangan Meera.

Mau tidak mau Meera terpaksa harus masuk saat Rivanca sempat lebih dulu mendorongnya untuk masuk meski Meera enggan bergabung dengan para temannnya yang sekaligus teman sekelasnya juga. Rivanca sudah menutup pintu apartemennya sendiri lalu setelahnya ia benar-benar pergi meninggalkan mereka.

Tak terasa hari sudah hampir jam 10 malam. Pantesan Rivanca bilang Meera tak bisa berkeliaran lagi lebih lama diluar sana atau gadis itu akan mendapatkan masalah besar yang menimpanya sangat disayangkan bagi Rivanca jika sampai hal itu terjadi, maka dari itu dia mengizinkan Meera untuk tetap berada di apartemen meski tanpa Rivanca malam ini. Namun Meera tak juga sendirian karena ada teman-temannya disana yang akan menenemani gadis itu.

Meera mulai melangkah lebih masuk ke ruangan itu. Ia pun menemukan para teman lelaki itu berkumpul di ruangan tengah sedang duduk lemas sambil rebahan di sofa panjang dengan beberapa botol miras. Meera terdiam sejenak menghentikan langkahnya takut akan membuat mereka terganggu dengan kehadirannya saat melihat sepertinya mereka cukup mabuk saat ini.

Ada yang terlihat selonjoran di lantai dengan kepala yang menegandah di bawah sofa. Ada yang saling sandaran dengan temannya. Meera tak bisa melihat wajah mereka langsung saat para cowok itu masih membelakanginya. Bahkan sudah ada yang tepar duluan. Meera tak terlalu peduli. Ia juga sudah cukup lelah. Lebih baik Meera segera memasuki kamar Rivanca saat cowok itu sempat mengatakannya untuk beristirahat dikamarnya saja.

Niatnya Meera hendak menyapa mereka tapi sepertinya para teman cowok-cowoknya itu seperti tak sadatkan diri. Jadi dia urungkan mungkin mereka juga sudah mulai ketiduran. Pun Meera harus cepat istirahat agar dia bisa bangun lebih awal nanti.

Setelah itu kini Meera sudah berada di dalam kamar Rivanca. Tak butuh waktu lama Meera akhirnya pun ikut terlelap dalam tidurnya karena saking capeknya ia dalam perjalanan menuju kesini hanya untuk menyerahkan ponsel lelaki itu yang sekarang sedang keluar tak ada ada di apartemennya meninggalkan gadis itu sendirian dan beberapa temannya di rumah ini.

Tanpa ada yang menyadari. Disaat Meera sudah berada di dalam mimpinya. Ada seseorang yang ternyata benar-benar tidak sepenuhnya mabuk diantara mereka. Dia menunggu sampai gadis itu sudah tak sadar dalam tidurnya. Ia mulai membuka pintu kamar itu saat Meera sempat menutupnya.

Hingga seseorang itu juga berada di dalam kamar yang sama sambil mendekati gadis itu perlahan. "Selamat malam baby...." kata orang itu terkekeh kecil saat sudah berada disampingnya sembari menyentuh halus wajah polos Meera.

"Gue boleh bukain baju Lo kan?" tanyanya seakan berbicara dengan putri tidur yang butuh dongeng dari pria dewasa.

Dengan perlahan orang itu mulai membuka kancing kemeja baju Meera dengan gerakan jarinya. Ia belum pernah melihat bagaimana bentuk tubuh gadis itu. Tapi satu hal yang pasti sama mungkin seperti wanita lain yang sering dijumpai setiap malam akan menghabiskan sisa-sisa kegelapan malam yang indah itu berdua dalam satu kamar dengannya.

TBC.....











Bad The GengWhere stories live. Discover now