Sebuah Rencana?!

1.9K 85 12
                                    

Selamat membaca!!

Semoga suka dan terhibur....

Harap maklum typo's bertebaran.....

.
.
.

Meera berusaha menghindari Rivanca. Ia tidak mau semua orang akan lebih memperhatikannya ketika cowok itu terus mencoba mendekatinya tanpa bosan. "Meera ikut gue yuk!!" ujar Rivanca dengan senyuman kecilnya menatap wajah jutek gadis itu.

"Ih! Lepasin! Aku enggak mau sama kamu!!" jawab Meera sambil menyentak tangan cowok itu saat hendak menyentuhnya sebelum  Rivanca sempat akan memegangnya.

"Meera kok Lo gitu sih?!" Rivanca sedikit terkejut ketika Meera masih sama yang selalu menolaknya. Kemarin Rivanca terlalu senang karena gadis itu akhirnya mau menghiburnya walau hanya sesaat, namun sekarang kini Meera terlihat jauh berbeda dengan sikapnya yang enggan waktu di kost ditempat gadis itu, dibandingkan saat mereka di lingkungan sekolah seakan saling tak mengenalnya satu sama lain.

"Jangan maksa Meera Van! Lo bikin dia takut tuh!!" ujar Enggar.

"Gue masih baik-baik kok, gak lagi jahatin dia,," heran Rivanca mengernyit sedikit bingung. Menoleh pada Enggar sebentar.

"Tapi dia nya enggak mau!!" balas Enggar agar Rivanca cepat sadar.

"Diam Gar!!" tegur Gaztra seketika mengisyaratkan Enggar untuk tidak ikut campur dalam urusan mereka berdua. Enggar menelan ludahnya sedikit saat tatapan Gaztra berubah tajam padanya. Meera pun menoleh sejenak pada Gaztra yang langsung cowok itu melengos cepat ke arah lain seakan membuang mukanya untuk lebih tidak bertatapan dengan kontak mata gadis itu. Kenapa? Pikir Meera sedikit aneh dengan cowok satu itu.

"Terus Lo mau kemana Meer?" tanya Rivanca lagi saat Meera hendak beranjak dari duduknya dari kelas mereka ingin segera keluar. Gadis itu kembali teralihkan ke arah Rivanca mengubah raut mukanya agak kesal.

"Mau nemani Sevan dulu!!" ketus Meera kemudian pada Rivanca. Sevan sudah keluar Lebih dulu. Dan benar saja cowok itu sedang merajuk pada Meera soal kemarin. Rivanca mendesis tak suka ketika temannya lebih dipentingkan oleh gadis itu tanpa mau mempedulikan dirinya.

"Meera gue ikut!!" ucap Enggar bangkit untuk mengejar gadis itu. Rivanca tak ingin kalah begitu saja ia pun lantas mengikutinya saat gadis itu lebih dulu beranjak pergi.

"Meera tunggu!!" Rivanca mencekalnya saat masih di lorong kelas. Enggar memutar jengah matanya ketika cowok itu masih bersikeras ingin memaksa Meera entah menginginkan hal apa dari gadis itu, Enggar tidak peduli.

"Gue ada salah Meer?" tanya Rivanca sedikit pelan dengan nada selembut mungkin untuk menahan ekspresi wajahnya yang sedang mengeras saat ini karena sikap Meera tidak menentu padanya.

"Enggak ada tuh!!" jawab Meera menggelengkan kepalanya cepat. Ia masih ingat Rivanca pernah hampir saja melakukan sesuatu yang aneh padanya saat terakhir kali meminta rokok sialan itu. Walau Meera akui reaksi tubuhnya juga menginginkan hal lebih dari perlakuan Rivanca tanpa Meera sadari.

Meera bingung tapi ia tidak ingin terlalu memikirkannya. Mungkin Meera juga sudah salah, bukan sepenuhnya itu kesalahan Rivanca, meski semua sumber masalah berawal dari lelaki itu yang telah melibatkannya lebih dalam. Namun Meera harus siap untuk menghadapinya konsekuensinya dengan sebuah perjanjian dari cewek yang dia setujui telah membawa kesialannya. Meera sadar, tak mau kembali mengulang kesalahan yang sama karena sering berurusan dengan Rivanca dari geng Bangs yang ikut terjaring bersama bos mafia besar.

"Terus kenapa Lo bersikap acuh kayak gini, gue punya salah apa sih tolong kasih tahu gue biar Lo bisa senang sama gue juga?" ujar Rivanca seakan ingin meminta jawabannya langsung dengan wajah cowok itu mulai sedikit memelas pada Meera agar segera memberitahukannya. Rivanca juga ingin memperbaikinya supaya gadis itu tak lagi membencinya setiap kali bertemu di depan mata mereka untuk bisa lebih lama saling bertatapan.

Bad The GengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang