Ketergantungan nafsu?!

6.9K 99 0
                                    

Kali ini Meera tak bisa lagi terus melupakan janjinya pada geng Rhea. Cewek gila itu benar-benar berniat untuk ingin membunuhnya bersama pacar barunya itu Jeon. Meera harus mendapatkan segera sebelum nyawanya melayang. Meera terpaksa. Benar-benar harus mendekati Rivanca langsung. Ia tidak terus menjaga jaraknya dari lelaki itu atau nyawa Meera taruhannya.

"Tunggu! Rivanca! Aku mau meminta sesuatu padamu,," ucap Meera ketika mengikuti langkah lelaki berhoodie dingin itu. Dia sedikit tersengal sebentar. Rivanca tidak memakai seragamnya dibalik hoodie putih itu. Rivanca baru menoleh ke arah Meera saat gadis itu memanggil namanya.

"Hn, kenapa?" ujar bergumam sedikit malas. Ia tentu saja sangat senang melihat gadis itu sekilas tapi wajahnya kembali datar jika mengingat Meera sering mengacuhkannya tak peduli.

"Plis Rivanca. Kasih aku rokok yang kemarin. Itu sangat penting bagiku." kata Meera sambil memelas padanya dengan menangkupkan kedua tangannya didepan dada pada cowok itu. Rivanca mengernyitkan keningnya sebentar.

"Rokok? Lo mau yang gratis gitu aja? Itu bukan rokok sembarangan sayang.... lo harus bayar dengan sesuatu untuk bisa mendapatkannya lebih banyak dari gue." kata Rivanca seketika menarik pinggang gadis itu agar lebih mendekatkan padanya sembari membisikkannya.

"A-apa itu?" Meera terbata pelan. Rivanca pun sudah membalikkan tubuh Meera yang membelakanginya. Memeluk gadis itu seraya terus masih berbisik disamping wajahnya. Ia mulai menjilati ceruk leher Meera sebentar sebelum akan lanjut berkata. "Bayar gue dengan tubuh indah Lo ini sekarang,," pinta laki-laki itu terdengar lebih serak.

Tubuh Meera menegang sesaat. Ia tak bisa bergerak banyak saat tangannya dibekuk oleh Rivanca. Cowok itu terus merapatkan tubuhnya seakan membelit Meera dengan erat dan tak membiarkan gadis itu mudah terlepas darinya begitu saja.

"Tolong Rivanca lepasin aku..." Meera mulai kesal berusaha memberontak. Namun lelaki itu malah mengangkat sebelah paha Meera hingga sedikit hampir kehilangan keseimbangannya, akan tetapi Rivanca dapat menahannya. Meera membelalakkan matanya begitu menyadari roknya sudah tersingkap naik ke atas seakan tangan Rivanca membuka lebar pahanya. Posisinya sekarang sungguh merugikan Meera yang agak susah berdiri dengan benar ketika ia dibuat sedikit berjinjit kecil. Untung tak ada orang lain yang mengetahui dimana keberadaan mereka berdua saat ini. Lorong sekolah begitu sepi dan terlihat agak samar gelap Meera tak sadar telah mengikuti Rivanca sudah sejauh ini tanpa siapapun untuk bisa meminta pertolongan begitu teringat lelaki yang bersamanya ini lebih berbahaya.

"Jangan bergerak Meera. Atau pedang gue bisa langsung masuk dengan begitu lebih gampang menembus sarang rahim Lo itu..." bisik Rivanca penuh sensual tepat ditelinga gadis itu. Wajah Meera memanas hebat. Apalagi saat tahu celana dalamnya terasa lebih aneh seolah angin pun bisa masuk ke dalam lubang sempitnya yang tak terhalangi oleh sesuatu. Seperti Meera memakainya namun entah sejak kapan robek dibagian tengahnya tepat di titik daerah kemaluannya yang kecil itu, kini sedang terbuka lebar karena pahanya terangkat oleh tangan besar Rivanca yang sedang tersenyum miring.

"Sialan sejak kapan aku memakai celana dalamku jadi sobek begini?!" rutuk Meera dalam hatinya shock. Ia sangat terkejut sekarang wajahnya pasti sudah merah padam. Bahkan Rivanca tertawa saat Meera seakan memberikannya sebuah kejutan manis untuknya.

Tentu saja semua itu perbuatan licik Rivanca yang sempat pernah membelikan Meera celana dalam terbarunya dengan tampilan lebih seksi untuk Meera pakai. Diam-diam menaruhnya dilemari gadis itu saat Meera tidur dimalam hari sebelum Rivanca akan pulang dari kostannya. Karena perempuan itu telah memakainya tanpa sadar tak mengetahuinya saat dia terburu-buru berangkat sekolah hampir terlambat karena bangun cukup kesiangan.

"Enggak gue sangka Lo benaran memakainya, sengaja eh buat gue suprise gitu hmm... Makasih sayang gue sangat suka hadiah seksi Lo itu bisa Lo pakai,," goda Rivanca sembari mengigit telinga Meera dengan pelan. Meera semakin merinding mendengarnya.

Bad The GengWhere stories live. Discover now